1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan individu lain. Interaksi antar individu terjadi sejak awal kehidupan seseorang, seperti halnya interaksi bayi dengan orang tua khususnya ibu. Interaksi bayi dengan ibu akan membentuk ikatan emosional yang ditunjukan oleh perilaku bayi yang selalu ingin dekat dengan ibunya. Semakin bertambah usia individu semakin kompleks hubungan sosial yang dijalaninya, tidak hanya hubungan dengan keluarga tetapi juga menjalin kedekatan dengan individu lain diluar keluarga. Individu akan mulai menjalin hubungan persahabatan dengan teman sebaya ketika memasuki usia sekolah. Mereka akan menghabiskan banyak waktu bersama dan berbagi hal-hal yang menyenangkan bersama dengan teman sebayanya. Dalam hubungan persahabatan yang dekat bukan hanya akan menimbulkan keakraban namun juga akan menimbulkan emosional antar individu yang bersahabat di sebut dengan kelekatan atau attachment. Bowlby dan Ainsworth (dalam Finda & Susanti, 2015 :154) menyatakan bahwa attachment merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya. Kelekatan yang dibentuk oleh individu pada saat bayi akan berpengaruh pada pembentukan hubungan sosial yang akan dijalaninya. 1
2 Karena, pengalaman hubungan antara orang tua dengan anak dapat menjadi dasar dalam pembentukan hubungan persahabatan yang berkaitan dengan penyesuaian psikososial. Santrock (dalam Finda & Susanti, 2002: 271) mengungkapkan bahwa attachment yang kokoh atau keterkaitan dengan orang tua meningkatkan relasi teman sebaya yang kompeten dan relasi erat yang positif di luar keluarga. Menurut Both (dalam Eka Ervika, 2005 : 3) beberapa penelitian membuktikan bahwa anak yang memiliki kelekatan akan menunjukan kompetensi sosial yang baik pada masa kanak-kanak serta lebih popular dikalangan teman sebayanya. Menurut Parke dan Waters (dalam Eka Ervika, 2005 : 3) anak-anak ini juga lebih mampu membina hubungan persahabatan yang intens, interaksi yang harmonis, lebih responsif dan tidak mendominasi. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling manusia yang dapat mempengaruhi tingkah laku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan sosial meliputi keluarga, teman, guru, dan masyarakat sekitar. Teman merupakan lingkungan sosial pertama anak untuk belajar berinteraksi dengan orang lain selain anggota keluarga. Pada saat anak mulai bersekolah, hubungan teman sebaya lebih dekat daripada dengan keluarganya sendiri, hal itu dikarenakan anak lebih sering berada di luar rumah untuk menghabiskan waktunya belajar dan bermain di luar rumah. Kelompok teman sebaya merupakan sekelompok anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang hampir sama.
3 Pada saat anak mulai masuk sekolah, anak akan mulai bertemu dengan banyak teman sebayanya dan mulai menjalin hubungan yang lebih dekat. Anak memulai hubungan dengan teman sebayanya melalui interaksi, kemudian karena mereka terbiasa bersama, sering bertemu, dan bermain bersama akhirnya terjalin keakraban atau disebut kelekatan. Anak yang memiliki kelekatan dengan teman sebaya biasanya mereka akan selalu bermain bersama dan melakukan apa saja bersama. Pada dasarnya ada beberapa jenis teman sebaya dengan berbagai tipe, adanya teman sebaya itu karena didasari karena kesamaan hobi, tujuan, pikiran, dan seringnya bertemu. Dan setiap teman sebaya masing-masing memiliki karakter yang berbeda. Perbedaan karakter ini mempengaruhi dalam banyak hal, khususnya motivasi belajar anak itu sendiri. Pengaruh tersebut dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap motivasi belajar anak. Motivasi dapat berfungsi untuk merangsang atau menstimulasi anak dalam kegiatan belajar agar berlangsung dengan baik. Bagi anak motivasi belajar akan menimbulkan semangat belajar sehingga anak terdorong untuk melakukan aktivitas belajar dengan perasaan senang karena terdorong oleh adanya motivasi. Salah satu ciri anak yang memiliki motivasi belajar tinggi adalah selalu memperhatikan dengan antusias yang tinggi. Anak yang memiliki motivasi belajar yang tinggi tentu akan berpengaruh positif terhadap hasil belajarnya. Sedangkan anak yang merasa tidak mempunyai motivasi belajar tentu akan berdampak buruk terhadap hasil belajar dan prestasinya. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji lebih dalam dan mengetahui apakah kelekatan dengan teman sebaya berpengaruh terhadap motivasi belajar anak.
4 Berdasarkan hasil observasi pada anak kelompok B di TK UMP Pembina Kecamatan Kembaran-Banyumas yang dilaksanakan pada saat peneliti melakukan program magang 3 dan KKN Dik, peneliti menemukan beberapa anak yang memiliki hubungan kelekatan dengan teman sebayanya. Mereka terlihat selalu bersama sepanjang waktu, baik saat berada di kelas maupun saat bermain di luar kelas. Karena melihat hubungan kelekatan yang terjalin diantara mereka sangat dekat, penelitipun merasa penasaran dan ingin tahu apakah hubungan kelekatan di antara mereka mempengaruhi motivasi belajar mereka. Karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa motivasi belajar sangatlah penting dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dari fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Kelekatan Dengan Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Anak Kelompok B di TK UMP Pembina Kecamatan Kembaran-Banyumas Semster Genap Tahun Ajaran 2016-2017. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut Apakah ada pengaruh kelekatan dengan teman sebaya terhadap motivasi belajar anak kelompok B di TK UMP Pembina Kecamatan Kembaran-Banyumas Semester Genap Tahun Ajaran 2016-2017?.
5 C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah ada pengaruh kelekatan dengan teman sebaya terhadap motivasi belajar anak kelompok B di TK UMP Pembina Kecamatan Kembaran-Banyumas Semester Genap Tahun Ajaran 2016-2017. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian ini semoga dapat dijadikan untuk menambah ilmu tentang kelekatan dengan teman sebaya dan motivasi belajar anak. 2. Manfaat Praktis a. Untuk Guru Hasil penelitian ini bisa memberikan manfaat kepada guru untuk menambah informasi tentang kelekatan anak dengan teman sebaya dan juga motivasi belajar anak. b. Untuk Peneliti Manfaat bagi peneliti sendiri adalah dapat menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh kelekatan dengan teman sebaya terhadap motivasi belajar. Dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau referensi untuk peneliti selanjutnya.