PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

PENGARUH FLUIDA KERJA CAMPURAN AIR ASETON TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA PIPA KALOR

KARAKTERISTIK PIPA KALOR DENGAN FLUIDA KERJA ASETON, FILLING RATIO 60% PADA POSISI HORIZONTAL, KEMIRINGAN 45º DAN VERTIKAL

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

KARAKTERISTIK KINERJA PIPA KALOR MENGGUNAKAN STRUKTUR WICK SCREEN 100 MESH DENGAN FLUIDA KERJA AIR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

Experimental Study of Heat Pipe for Solar Collector Heater

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

Studi Eksperimental Pipa Kalor untuk Pemanas Kolektor Surya. Experimental Study of Heat Pipe for Solar Collector Heater

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

BAB IV ANALISA KOMPONEN MESIN

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR DUA FASA UDARA DAN AIR SEARAH DALAM PIPA VERTIKAL PADA DAERAH ALIRAN KANTUNG (SLUG FLOW)

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

Teknologi Pipa Kalor Teori, Desain dan Aplikasi

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

BAB III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Maka persamaan energi,

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 3 CONDENSING VAPOR

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

Transkripsi:

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor adalah perangkat yang dapat memindahkan panas dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan kecepatan tinggi, penurunan temperature relatif kecil dan kapasitas perpindahan panas yang besar. Dalam tulisan ini dilakukan pengujian untuk membandingkan kemampuan pipa kalor dalam memindahkan panas dengan variasi sudut. Untuk itu dibuat pipa kalor tembaga dengan diameter luar 9.525 mm, tebal 0.8 mm, panjang 300 m yang akan diuji kemampuan memindahkan panas pada sudut 0 o, 30 o, 45 o, 60 o dan 90 o terhadap arah horizontal. Fluida kerja yang digunakan adalah air, karena mudah didapat serta memenuhi syarat utama sebagai fluida kerja, yaitu tidak bereaksi dengan material pipa maupun struktur sumbu (wick) dan mampu beroperasi pada temperatur 30 o - 200 o C, memiliki sifat termal stabil dan panas laten yang tinggi. Wick yang digunakan adalah wick stainless steel mesh 100. Pendinginan dilakukan secara konveksi paksa menggunakan air pada kondensor dengan debit air yang konstan. Beban panas yang diberikan pada evaporator tetap yaitu 14 W. Posisi pipa kalor bervariasi dengan sudut 0 o, 30 o, 45 o dan 90 o terhadap arah horizontal. Pipa kalor dievaluasi secara eksperimen. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa kapasitas perpindahan panas pipa kalor meningkat dengan naiknya sudut. Pada sudut 0 o laju perpindahan panas hanya 5.95 W dan meningkat menjadi 9.73 W pada sudut 90 o. Kata Kunci : Pipa Kalor, Wick, Fluida Kerja 1. Pendahuluan Salah satu alat pemindah panas yang mampu memindahkan panas dengan cepat dan dengan penurunan temperatur yang kecil adalah pipa kalor (heat pipe). Keunggulan pipa kalor dibandingkan dengan penghantar panas jenis lain adalah: - Kapasitas pemindahan panas yang besar - Beda temperatur pemindahan panas relative konstan - Mampu menghantarkan panas cepat dan untuk jarak yang jauh Pipa kalor berbeda dengan alat penghantar panas yang lain, terutama karena kecepatan penghantaran panasnya sangat tinggi dengan nilai konduktivitas setara dengan beberapa ratus kali lipat konduktivitas termal tembaga. Hal ini disebabkan oleh adanya fluida murni yang terdapat didalam pipa kalor yang berubah fasa ketika melakukan perpindahan panas. 3. Kajian Teori 3.1 Pipa Kalor Pipa kalor adalah perangkat yang dapat memindahkan panas dari suatu titik ke titik yang lain dengan sangat cepat pada beda temperature yang relatif kecil dan konstan dengan kapasitas perpindahan panas yang besar [1]. 3.2 Struktur Pipa Kalor Pipa kalor terdiri atas pipa berongga yang kedua ujungnya tertutup yang didalamnya terdapat fluida kerja dan struktur sumbu (wick) seperti ditunjukkan oleh gambar 1. Daerah pipa kalor secara aksial dibagi menjadi tiga bagian yaitu daerah evaporator, adiabatik dan kondensor. 2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk membandingkan kemampuan pipa kalor dalam memindahkan panas pada variasi sudut 0 o, 30 o, 45 o, 60 o dan 90 o. Gambar 1. Struktur Pipa Kalor 144

Material yang umum dipakai sebagai pipa adalah [2] : - Aluminium - Tembaga - Stainless Steel 3.3 Prinsip Kerja Pipa Kalor Prinsip kerja dari pipa kalor adalah panas masuk ke pipa kalor melalui daerah evaporator, merambat melewati dinding pipa secara radial kemudian memanasi dan menyebabkan fluida kerja yang ada di dalam pipa menguap. Uap yang terbentuk mengalir ke ujung kondensor pipa kalor melalui rongga uap yang berada di dalam dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sampai di kondensor panas dari uap ini diambil oleh pendingin melalui dinding pipa sehingga uap ini terkondensasi, kondensat yang terbentuk pada dinding pipa dan permukaan struktur sumbu mengalir kembali ke evaporator melalui struktur sumbu dengan efek kapilaritas atau gaya gravitasi [1][3]. Sirkulasi fluida kerja terjadi secara kontinyu selama pipa kalor beroperasi dengan normal. Proses ini akan berlangsung secara terus menerus sepanjang adanya panas yang diterima dibagian evaporator seperti ditunjukkan oleh gambar 2 berikut ini. Gambar 3. Rancangan Pipa Kalor Tembaga Fluida kerja yang digunakan adalah air dengan filling rasio 10%. Alasan penggunaan air sebagai fluida kerja karena mudah didapat serta memenuhi syarat utama sebagai fluida kerja, yaitu tidak bereaksi dengan material pipa maupun struktur sumbu (wick), mampu beroperasi pada temperatur 30 o - 200 o C, sifat termalnya stabil dan panas laten yang tinggi. Sedangkan struktur sumbu yang akan digunakan adalah struktur sumbu anyaman (wire mesh screen) dengan bahan stainless stell AISI 304 angka mesh sebesar 100. Gambar 4 menunjukkan struktur sumbu yang telah dimasukkan ke dalam pipa tembaga. Gambar 2. Proses perpindahan panas pipa kalor 4. Perancangan dan Pembuatan Pipa Kalor Untuk menghitung laju perpindahan panas dan koefisien perpindahan panas pipa kalor digunakan bahan pipa dari tembaga dengan dimensi diameter luar 9.525 mm, tebal 0.8 mm dan panjang 300 mm. Pipa kalor tembaga pada salah satu ujungnya dilengkapi dengan katup pentil untuk memvakumkannya seperti ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 4. Pipa Kalor dengan Wick Untuk proses pembuangan panas dari pipa kalor digunakan selubung kondensor dengan diameter luar 12 mm dan panjang 50 mm. Kondensor dialiri dengan air pendingin yang mengalir secara paralel dengan aliran uap didalam pipa kalor. Air pendingin bersumber dari reservoar yang ditempatkan lebih tinggi dari pipa kalor dengan head konstan. Debit air pendingin dapat diatur sesuai kebutuhan dengan cara mengatur bukaan katup pada reservoar. Sedangkan untuk pemanasan pipa kalor digunakan pemanas listrik (heater) dari kawat nikelin. Rancangan keseluruhan sistem pengujian pipa kalor ditunjukkan oleh gambar 5. Pipa kalor dipanaskan menggunakan heater pada daerah evaporator. Untuk pendinginan pada daerah kondensor menggunakan air yang bersumber dari reservoar yang dialirkan ke kondensor dan akan 145

ditampung dalam penampung air. Supaya air pendingin selalu kontinyu maka dipasang pompa untuk mengalirkan air dari penampung ke reservoar. Reservoar dibuat sedemikian rupa sehingga ketinggian air didalamnya konstan untuk menjaga supaya debit air pendingin tetap konstan selama operasi. Reservoar dilengkapi dengan katup sehingga debit air pendingin dapat diatur. Pencatatan data menggunakan akuisisi data yang kemudian disimpan di dalam komputer. Realisasi rancangan keseluruhan sistem pengujian pipa kalor ditunjukkan oleh gambar 6. Gambar 7. Pemasangan termokopel pada pipa kalor (mm) Pada bagian evaporator dipasang elemen pemanas sepanjang 50 mm. Untuk bagian kondensor menggunakan pendingin air dengan jenis parallel flow, yaitu aliran air pendingin searah dengan aliran uap dalam pipa kalor. Panjang selubung kondensor 50 mm. Mulai Gambar 5. Rancangan keseluruhan sistem pengujian pipa kalor Persiapan peralatan pengujian Pengambilan data : Pencatatan data temperatur evaporator, adiabatik, kondensor, air masuk kondensor dan air keluar kondensor pada konveksi paksa dengan filling ratio 10% dan dalam kondisi vakum Analisa data : - Perpindahan panas (Q out ) - Koefisien perpindahan panas pipa kalor Gambar 6. Realisasi rancangan keseluruhan sistem pengujian pipa kalor 5. Pengujian Pengukuran temperatur menggunakan termokopel tipe T yang dilekatkan pada pipa dengan posisi diukur dari ujung evaporator, yaitu 25 mm (evaporator, T e ), 150 mm (adiabatic, T a ) dan 295 mm (kondensor, T c ), juga pada air pendingin yang masuk (T in ) dan keluar selubung kondenser (T out ) serta temperatur lingkungan (T lingk ) seperti yang ditunjukkan oleh gambar 7. Hasil analisa : - Perpindahan panas (Q out ) - Koefisien perpindahan panas pipa kalor Selesai Gambar 9 Alur pengujian dan pengolahan data Pengujian dilakukan dengan pendinginan konveksi paksa menggunakan media air. Sumber panas berasal dari heater. Pipa kalor di uji pada sudut kemiringan 90 o terhadap sumbu horizontal, dengan evaporator selalu dibawah kondensor. Untuk daya yang digunakan tetap sebesar 14 W. Laju aliran fluida pendingin adalah 6 10-4 kg/s. Perbandingan volume fluida cair 146

terhadap volume pipa kalor ( filling ratio ) adalah 10%. Data temperatur diambil dengan menggunakan termokopel yang ditempelkan pada permukaan luar pipa kalor dan dicatat menggunakan sistem akuisisi data (Labjack U6). Untuk mengetahui jumlah panas yang diserap oleh air pendingin, dipasang termokopel pada bagian masuk dan keluar aliran air pendingin. Laju aliran air pendingin diukur pada keadaan tunak dengan gelas ukur dan pencatat waktu, secara manual dan berulang. 90 o 60.37 59.83 25.16 29.03 60 o 60.79 60.16 25.68 29.44 45 o 61.39 60.72 26.68 30.27 30 o 61.65 61.00 27.29 30.77 0 o 64.27 63.61 28.29 30.65 6. Hasil Dan Pembahasan Persamaan untuk menghitung perpindahan panas yang terjadi dalam pipa kalor adalah : ( ) dimana : m Laju aliran air pendingin (kg/s) c Kalor jenis air (J/kg K) T Temperatur rata-rata air pendingin masuk T Temperatur rata-rata air pendingin keluar Dengan asumsi pipa kalor dianggap sebagai benda pejal maka persamaan yang digunakan untuk menghitung koefisien perpindahan panas pipa kalor adalah : ( ) dimana: A =1 4 π D D Diameter Pipa (m) A Luas Penampang pipa kalor (m 2 ) l Jarak evaporator dan kondensor (m) k Koefisien perpindahan panas (W/m o C) Q Panas keluar (W) T Temperatur rata-rata dinding luar pipa kondensor T Temperatur rata-rata diding luar pipa evaporator Tabel 1. Variasi perubahan temperatur pipa kalor terhadap sudut kemiringan Perhitungan Untuk melakukan perhitungan laju perpindahan panas dan koefisien perpindahan panas pipa kalor digunakan data hasil pengukuran pada sudut 90 o. Selanjutnya perhitungan yang lain dilakukan menggunakan bantuan program excel 2007. Perpindahan panas (Q out ) pipa kalor: m 6.00E 04 (kg/s) c 4200 (J/kg K) D 9.53E 03 (m) A 7.13E 05 (m 2 ) l 0.27 (m) T 25.16 T 29.03 T 59.83 T 60.37 = ( ) =6.00E 04 4200 K (29.03 25.16) =9.73 (W) Koefisien perpindahan panas (k) pipa kalor : 9.73 (W) 0.27 (m) = 7.13E 05 (m ) (60.37 59.83)(K) =68035.88 (W/mK) Data hasil pengukuran temperature pipa kalor dalam keadaan steady ditunjukkan oleh tabel 2. Temperatur Pipa Kalor T e T c T in T out Perpindahan panas (Q out ) pipa tembaga pejal: m 6.00E 04 (kg/s) c 4200 (J/kg K) D 9.53E 03 (m) A 7.13E 05 (m 2 ) 147

l 0.27 (m) T 29.40 T 32.47 T 36.03 T 120.28 = ( ) =6.00E 04 4200 K (32.47 29.40) =7.75 (W) k (W/mK) 80000 60000 40000 20000 0 Konduktivitas Termal (k) 90 60 45 30 0 Koefisien perpindahan panas (k) pipa tembaga pejal : = 7.75 (W) 0.27 (m) 7.13E 05 (m ) (120.28 36.03)(K) =348.33 (W/mK) Dari perhitungan data hasil penelitian diperoleh untuk keadaan dan perlakuan yang sama antara pipa kalor tembaga dengan pipa tembaga pejal di peroleh hasil yang berbeda jauh. Untuk pipa kalor tembaga diperoleh perpindahan panas (Q out ) sebesar 9.73 W dengan koefisien perpindahan panas sebesar 68035.88 (W/mK). Sedangkan untuk pipa kalor pejal diperoleh perpindahan panas (Q out ) sebesar 7.75 W dengan koefisien perpindahan panas sebesar 348.33 (W/mK). Tabel 2. Laju perpindahan panas dan konduktivitas perpindahan panas pipa kalor terhadap sudut kemiringan Qout (W) k (W/mK) 90 o 9.73 68035.88 60 o 9.47 57326.61 45 o 9.03 51235.32 30 o 8.78 50849.21 0 o 5.95 34155.10 Q out (W) 10 9.5 9 8.5 8 7.5 Perpindahan Panas (Q out ) 90 60 45 30 0 Grafik 2. Konduktivitas Termal Pipa Kalor 7. Kesimpulan : Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa kenaikan sudut terhadap arah horizontal meningkatkan laju perpindahan panas dan koefisien perpindahan panas dari pipa kalor. Pada sudut 0 o laju perpindahan panas hanya 5.59 W dengan koefisien perpindahan panas 34155.10 (W/mK) dan meningkat menjadi 9.73 W dengan koefisien perpindahan panas 68035.88 (W/mK) pada sudut 90 o. REFERENSI 1. Dunn, P., and Reay, D A, Heat Pipes, Third Edition, Pergamon Press, Oxford United Kingdom, (1982). 2. Takaoka, Michio; Motai Tsuneaki dkk, Development of Long Heat Pipes and Heat Pipe Applied Products, Fujimura Technical Review, (1958). 3. Chi, S.W., Heat Pipe Theory and Practice, Hemispere Publising Corporation, Washington, (1976). 4. Reay, David., Kew, Peter, Heat Pipes Theory, Design and Application, Fifth Edition, Elservier, United Kingdom, (2006). 5. Engineering Science Data Unit, Heat Pipes performance of capillary driven design, 79012, (1980) Grafik 1. Perpindahan panas pipa kalor 148