Tabel 4.22 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan. Sub Komoditas Tanaman Pangan

dokumen-dokumen yang mirip
2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

A. Realisasi Keuangan

Tahun Bawang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. Namun, secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

Perkembangan Ekonomi Makro

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b)

VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

S. Andy Cahyono dan Purwanto

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

30% Pertanian 0% TAHUN

Programa Penyuluhan Kab.Bangka

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK KOMODITAS SAYURAN UNGGULAN DI KABUPATEN BATANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI

EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak dan Luas Wilayah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

104 2. Evaluasi Keseuaian Lahan di Kecamatan Bandungan Evaluasi kesesuaian lahan menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk tanaman yang unggul secara kompetitif dilihat dari tingkat produktivitasnya. Setiap tanaman menurut masing-masing sub sektor di-ranking berdasarkan jumlah desa yang memiliki produktivitas lebih tinggi daripada produktivitas rata-rata Kecamatan Bandungan. Tanaman subsektor pertanian pangan memiliki 4 jenis tanaman (komoditas) yang unggul secara kompetitif, yaitu ketela pohon, ketela rambat, padi sawah dan jagung. Dalam evaluasi kesesuaian lahan, tanaman yang dipilih adalah ketela pohon, ketela rambat dan padi sawah yang memiliki angka produktivitas 271,02 Kw/Ha untuk ketela pohon, 327,09 Kw/Ha untuk ubi jalar dan 56,70 Kw/Ha sedangkan jagung hanya memiliki angka produktivitas 37,10 Kw/Ha. Selain pertimbangan dari angka produktivitas juga mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Pada kenyataannya padi merupakan tanaman pangan yang menjadi kebutuhan pangan pokok masyarakat di Kecamatan Bandungan oleh sebab itu padi sawah lebih dipilih untuk evaluasi kesesuaian lahan dibandingkan jagung. Tabel 4.22 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan No Sumber: Hasil Perhitungan Sub Komoditas Tanaman Pangan Jml Desa Provitas > Provitas Rata2 Ranking 1 Padi Sawah 3 2 2 Padi Ladang 0 3 3 Jagung 3 2 4 Ketela Pohon 5 1 5 Ketela Rambat 3 2 6 Kacang Tanah 0 3 7 Kedelai 0 3

105 Sub sektor pertanian tanaman hortikultura (sayur dan buah semusim) memiliki 16 jenis tanaman yang unggul. Jenis tanaman yang dipilih berdasarkan ranking atau peringkat adalah sawi, wortel dan kobis. Tabel 4.23 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Sayur dan Buah Semusim No Komoditas Jumlah Desa dg Provitas > Provitas RANK Rata-rata 1 Bawang Daun 4 3 2 Kobis 4 3 3 Kembangkol 2 5 4 Sawi 6 1 5 Wortel 5 2 6 Kacang Panjang 4 3 7 Cabe besar 3 4 8 Cabe Rawit 3 4 9 Seledri 2 5 10 Tomat 2 5 11 Terung 2 5 12 Buncis 2 5 13 Ketimun 2 5 14 Labu Siam 2 5 15 Kangkung 1 6 16 Bayam 3 4 Sumber: Hasil Perhitungan Meskipun bawang daun, kobis dan kacang panjang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi komoditas unggulan terpilih tetapi tanaman kobis memiliki produktivitas rata-rata di Kecamatan Bandungan yang tertinggi. Oleh sebab itu, evaluasi kesesuaian lahan dilakukan untuk tanaman hortikultura berdasarkan keunggulan kompetitif tersebut. Terdapat 11 tanaman buah tahunan yang dapat ditemui di Kecamatan Bandungan. Jenis tanaman buah tahunan yang memiliki produksi tinggi adalah avokad, kelengkeng dan pisang. Dilihat dari jumlah desa yang memiliki angka produktivitas melebihi produktivitas rata-rata Kecamatan Bandungan, tanaman avokad unggul di 6 desa, pisang di 5 desa dan kelengkeng di 5 desa pula.

106 Tabel 4.24 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Buah Tahunan Sumber: Hasil Perhitungan No Jenis Tanaman Jumlah Desa dengan Provitas > RANK Provitas Rata-rata 1 Alpokat 6 1 2 Durian 4 3 3 Jambu Air 1 5 4 Jambu Biji 4 3 5 Pepaya 4 3 6 Melinjo 4 3 7 Pisang 5 2 8 Salak 2 4 9 Kelengkeng 5 2 10 Sirsat 1 5 11 Sukun 1 5 Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas dan ranking dari komoditas tanaman, terdapat 3 jenis tanaman tiap sub sektor pertanian, yaitu 3 tanaman untuk sub sektor pertanian tanaman pangan, 3 tanaman untuk sub sektor pertanian tanaman hortikultura (sayur dan buah semusim) dan 3 tanaman untuk subsektor pertanian tanaman buah tahunan. Tanaman pangan yang memiliki keunggulan kompetitif adalah ubi jalar, ubi kayu dan padi sawah. Tanaman hortikultura (sayur dan buah semusim) yang memiliki keunggulan kompetitif adalah sawi, wortel dan kubis. Tanaman buah tahunan yang memiliki keunggulan kompetitif adalah avokad, pisang dan kelengkeng.

107

108 Peta 9 merupakan hasil dari evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar di Kecamatan Bandungan. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman pangan, yaitu ubi jalar yang dilakukan untuk seluruh lahan di Kecamatan Bandungan menunjukkan bahwa faktor penghambat paling banyak adalah erosi (e) seluas 3046,81 Ha atau sekitar 63,17 %. Sedangkan faktor suhu adalah faktor penghambat paling rendah, yaitu hanya 46,30 Ha atau 0,96 % dari keseluruhan lahan di Kecamatan Bandungan. Lahan yang dapat sesuai marginal dengan syarat tumbuh tanaman ubi jalar di seluruh wilayah Kecamatan Bandungan adalah berjumlah 1097,71 Ha atau 22,76 %. Sedangkan lahan dengan subkelas kesesuaian N1 adalah 619,39 Ha atau 12,84 % dan lahan dengan subkelas kesesuaian N2 adalah 3106,20 Ha atau 64,40 %. Namun lahan yang tersedia atau lahan pertanian yang dapat ditanam hanya sekitar 617,76 % karena pemukiman dan hutan adalah lahan non pertanian. Sebagian besar wilayah yang memiliki kesesuaian lahan marginal adalah lahan yang memiliki jenis tanah Latosol Coklat Tua. Hal ini disebabkan oleh pengaruh ketebalan tanah dan hara yang tersedia oleh tanah jenis Latosol Coklat Tua. Kemiringan lereng yang cenderung landai/berombak hingga agak miring di wilayah Kecamatan Bandungan bagian tengah menyebabkan lahan tersebut memiliki ancaman erosi maupun penghambat terrain potensi mekanisasi lebih rendah daripada tanah yang memiliki kedalaman tanah dangkal dan kemiringan lereng agak curam. Sebagian besar lahan yang lahan yang tidak sesuai untuk ubi jalar merupakan lahan non budidaya atau yang memiliki kelas kemampuan lahan V-VII.

109

110 Peta kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu/ketela pohon menunjukkan area yang hampir sama dengan peta kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar/rambat, yaitu lahan yang memiliki jenis tanah Latosol Coklat Tua mendominasi lahan sesuai marginal. Lahan dengan tingkat kesesuaian S2 seluas 15,90 Ha atau hanya 0,33 % dari seluruh wilayah Kecamatan Bandungan. S3 merupakan lahan yang sesuai marginal dengan syarat tumbuh tanaman ubi kayu dengan luas 1648,80 Ha atau 34,18 %. Sedangkan lahan yang memiliki tingkat kesesuaian tidak sesuai permanen adalah seluas 3158,60 Ha atau 65,49 %. Akan tetapi lahan yang tersedia atau lahan pertanian saja yang sesuai memiliki luas 1232,91 Ha atau sekitar 45,56 % dari total lahan tersedia. Kecamatan Bandungan memiliki faktor penghambat pertumbuhan tanaman berupa faktor kerersediaan hara, terutama pada kandungan P 2 O 5. Kondisi ini menyebabkan kekurangan asupan nutrisi dari bahan organik yang membantu menaikkan kadar unsur hara tanah dalam mencapai intensitas kesuburan yang otptimal. Dengan demikian perlu adanya pemupukan yang mengandung unsur fosfor jika tanah di Kecamatan Bandungan ingin diperbaiki untuk penanaman ubi kayu/ketela pohon. Luas lahan yang memiliki faktor penghambat berupa hara tersedia (n) seluas 4763,20 Ha atau 98,75 %. Faktor penghambat lainnya adalah faktor media perakaran. Sebagian besar masalah media perakaran disebabkan oleh kedalaman efektif yang dangkal menempati wilayah seluas 3367,10 Ha atau 69,81 %. Faktor penghambat erosi menjadi penghambat pertumbuhan tanaman ubi kayu dengan luas lahan 2293,09 Ha atau sekitar 47,54% dari keseluruhan wilayah di Kecamatan Bandungan. Faktor erosi disumbang dari kondisi tanah, lereng, curah hujan, pengelolaan lahan dan jenis tutupan lahan. Oleh sebab itu manajemen lahan sesuai dengan kondisi fisik lahan perlu dilaksanakan di Kecamatan Bandungan mengingat ancaman berupa erosi.

111

112 Lahan pertanian di Kecamatan Bandungan yang memiliki kualitas dan karakterisitik lahan sesuai marginal (S3) dengan syarat tumbuh tanaman padi sawah seluas 987,41 Ha atau 37,23% dari seluruh lahan pertanian di Kecamatan Bandungan. Lahan pertanian yang tidak sesuai saat ini (N1) seluas 452,40 Ha atau sekitar 17,06 %. Sedangkan lahan pertanian yang tidak sesuai permanen (N2) seluas 1212,70 Ha atau 45,72% dari seluruh lahan pertanian yang ada. Faktor terhambat yang paling banyak ditemui di lahan Kecamatan Bandungan adalah tingkat bahaya erosi (e) dengan luas lahan 3246,40 atau sekitar 67,31% lahan di Kecamatan Bandungan untuk penanaman padi. Hambatan terrain potensi mekanisasi (s/m) seluas 2802,40 Ha atau 58,10 % dari luas keseluruhan lahan di Kecamatan Bandungan disebabkan oleh lereng di Kecamatan Bandungan yang memiliki luas lahan bergelombang hingga agak curam dibandingkan luas lahan dengan lereng landai. Faktor penghambat lainnya adalah kandungan hara tersedia (n) seluas 1058,41 Ha atau sekitar 21,94%. Faktor penghambat berupa perakaran yang disebabkan oleh faktor kedalaman efektif tanah untuk tumbuh tanaman padi sawah mempengaruhi lahan seluas 951,70 Ha atau 19,73 %. Faktor penghambat minor lainnya adalah temperatur dan retensi hara. Dari ketiga tanaman pangan yang dilakukan evaluasi kesesuaian lahan lahan, jenis tanaman yang paling sesuai berdasarkan kualitas dan kuantitas lahan pertanian di Kecamatan Bandungan adalah tanaman ubi kayu/ketela pohon, yaitu seluas 1232,81 Ha dibandingkan dengan luas lahan pertanian yang sesuai dengan ubi rambat/ubi jalar (422,21 Ha) dan padi sawah (987,41 Ha). Sedangkan untuk kebutuhan tanaman pangan sebagian masalah yang menghambat pertumbuhan adalah tingkat bahaya erosi dan kedalaman efektif tanah.

113

114 Sesuai dengan angka produktivitas dan peringkat dari jumlah desa di Kecamatan Bandungan yang banyak memiliki keunggulan komparatif pada subsektor tanaman buah tahunan, jenis tanaman avokad, pisang dan kelengkeng adalah tanaman yang dilakukan evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman avokad menghasilkan 2 kelas kesesuaian lahan dengan 12 sub kelas kesesuaian lahan dengan faktor penghambat berupa kondisi perakaran (r), tingkat bahaya erosi (e), terrain potensi mekanisasi (s/m) dan retensi hara (f). Lahan yang dapat digunakan sebagai lahan tumbuh tanaman avokad seluas 1609,60 Ha atau dari 33,37 % total luas Kecamatan Bandungan. Lahan yang dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman avokad merupakan lahan yang memiliki kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai marginal). Sedangkan lahan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman avokad adalah 3213,70 Ha atau 66,63 %. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman avokad menunjukkan bahwa lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor penghambat berupa kondisi perakaran (r) adalah lahan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman avokad. Lahan ini tampak dalam peta 12 berwarna hijau muda yang mendominasi wilayah Kecamatan Bandungan bagian tengah. Lahan ini yang paling sesuai dibandingkan lahan dengan tingkat kesesuaian lahan S3 re dan S3 s/m karena hanya memiliki faktor penghambat yang mengancam berupa kedalaman efektif tanah. Hampir seluruh lahan dengan jenis tanah Latosol Coklat Tua dapat digunakan sebagai lahan tumbuh tanaman avokad karena ketebalan tanah jenis Latosol Coklat Tua yang cenderung lebih tebal dibanding Andosol dan Litosol.

115

116 Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman buah pisang menghasilkan 5 tingkat subkelas kesesuaian lahan yang sesuai marginal dan 9 tingkat subkelas kesesuaian lahan yang tidak sesuai untuk tanaman buah pisang dengan faktor penghambat bermacam-macam. Peta kesesuaian lahan dalam peta 13 ditunjukkan dengan simbol area berwarna yang menunjukan sub kelas kesesuaian lahan N e, N r, N re, N rs/m, N rs/me, N tr, N ts/m, N e, S3 f, S3 rf, S3 tr, S3 trf dan S3 trfe. Lahan dengan kelas kesesuaian lahan N seluas 3183,60 Ha atau 66,00 % dari total lahan di Kecamatan Bandungan. Lahan dengan kelas kesesuaian S3 (sesuai marginal) seluas 1639,70 Ha atau 34,00 %. Faktor penghambat yang paling berpengaruh terhadap tanaman pisang di Kecamatan Bandungan adalah kondisi perakaran, tingkat bahaya erosi dan terrain potensi mekanisasi. Kedalaman efektif tanah, kemiringan lereng dan ancaman erosi merupakan ancaman yang dihadapi kondisi fisik lahan di Kecamatan Bandungan. Faktor peghambat terbanyak adalah kedalaman efekif tanah yang menjadi penghambat bagi lahan seluas 3129,60 Ha atau 64,89 % dari seluruh lahan di Kecamatan Bandungan. Gagguan tingkat bahaya erosi menempati lahan seluas 2354,99 Ha atau 48,83 %. Faktor ancaman lereng seluas 783,30 Ha yang menyebabkan hambatan pada terrain potensi mekanis. Sedangkan faktor retensi hara (f) mengganggu lahan dengan luas 1584,60 Ha atau 32,85%. Faktor suhu/temperatur mengganggu lahan dengan luas 510,79 Ha atau 10,59 %. Tanaman pisang di Kecamatan Bandungan dapat ditemukan hampir diseluruh jenis penggunaan lahan. Tanaman pisang merupakan tanaman merakyat bagi masyarakat di Kecamatan Bandungan karena mudah untuk ditanam tanpa perawatan khusus. Oleh sebab itu, tanaman pisang dapat ditanam di jenis penggunaan lahan pemukiman yang memberikan kontribusi terhadap hasil pertanian subsektor tanaman buah tahunan di Kecamatan Bandungan.

117

118 Pasar Buah di Kelurahan Bandungan merupakan salahsatu pasar yang terkenal di Kabupaten Semarang karena didukung oleh akses yang baik dan potensi wisata di kawasan tersebut. Buah yang menjadi ciri khas Kecamatan Bandugan adalah buah kelengkeng atau longan. Buah ini merupakan buah yang menjadi dayatarik agrowisata di Kecamatan Bandungan. Berdasarkan data produktivtias lahan di Kecamatan Bandungan, produksi dan jumlah pohon kelengkeng memiliki peringkat tertinggi setelah avokad. Oleh sebab itu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kelengkeng yang bertujuan mengetahui kecocokan antara syarat tumbuh tanaman dengan kualitas dan karakteristik lahan di Kecamatan Bandungan. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman buah kelengkeng divisualisasikan pada Peta 14. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa lahan dengan kelas kesesuaian N atau lahan tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kelengkeng adalah seluas 3158,60 Ha atau 65,49%. Kelas kesesuaian lahan S3 atau sesuai marginal terdapat pada lahan seluas 1664,70 Ha atau sekitra 34,15 % dari seluruh wilayah di Kecamatan Bandungan. Wilayah Kecamatan Bandungan bagian utara tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kelengkeng karena pada evaluasi kemampuan lahan menunjukkan wilayah tersebut termasuk dalam lahan non budidaya. Lahan yang tidak sesuai untuk tanaman kelengkeng di sebagian besar Desa Banyukuning disebabkan oleh jenis tanah dan kedalaman tanah yang cenderung dangkal. Faktor penghambat yang paling mempengaruhi lahan di Kecamatan Bandungan untuk syarat tumbuh tanaman buah kelengkeng adalah kedalaman efektif tanah seluas 3440,80 Ha atau 71,34 %. Faktor ini sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelengkeng karena syarat tumbuh tanaman kelengkeng untuk media perakaran (r) adalah lebih dari 50 cm. Dengan demikian tanah litosol kurang cocok untuk tanaman kelengkeng karena kedalaman efektif tanah kurang dari 10 cm. Sedangkan tekstur pada tanah andosol yang cenderung agak kasar hingga kasar menjadi faktor penghambat perakaran tanaman.

119

120 Tanaman sawi atau Brassicca rugosa adalah jenis tanaman hortikultura yang ditanam oleh petani di Kecamatan Bandungan. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman sawi menunjukkan bahwa terdapat 2 kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan N merupakan lahan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman sawi. Kelas kesesuaian lahan S3 merupakan lahan sesuai marginal untuk pertumbuhan tanaman sawi. Lahan kelas N di Kecamatan Bandungan memiliki luas 3072,40 Ha atau 63,70 % dari luas Kecamatan Bandungan. Sedangkan lahan S3 memiliki luas 1750,90 atau 36,30%. Faktor penghambat terbesar untuk syarat tumbuh tanaman sawi adalah tingkat bahaya erosi yang mengganggu lahan seluas 2204,59 Ha atau sekitar 45,71 % dari luas Kecamatan Bandungan. Sedangkan faktor lainnya yang mempengaruhi lahan di Kecamatan Bandungan untuk tumbuh tanaman sawi adalah kedalaman tanah yang menghambat kondisi perakaran, ph yang mengganggu retensi hara dan kemiringan lereng yang menghambat dari faktor terrain potensi mekanisasi. Lahan yang sesuai dan tidak sesuai dengan faktor penghambat masingmasing divisualisasikan dalam peta 15. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman sawi menunjukkan perwilayahan lahan yang mampu digunakan sebagai media tanam tanaman sawi. Seluruh desa/kelurahan di Kecamatan Bandungan memiliki lahan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman sawi. Akan tetapi sebaigan besar lahan di Desa Mlilir merupakan lahan yang sesuai untuk tanaman sawi dibandingkan desa/kelurahan lain yang memiliki lahan tidak sesuai lebih luas dibandingkan lahan sesuai untuk tanaman sawi. Penyebabnya adalah Desa Mlilir memiliki jenis tanah, iklim, kemiringan lereng dan ketersediaan hara yang cocok terhadap syarat tumbuh tanaman sawi.

121

122 Tanaman hortikultura yang unggul di Kecamatan Bandungan dari segi produktivitas, selain sawi ada pula wortel. Tanaman dengan nama ilmiah Daucus carota merupakan komoditas pertanian di wilayah dengan topologi kawasan daratan tinggi. Wortel merupakan tanaman hortikulturan berupa tanaman sayur umbi semusim yang berbentuk semak. Tanaman ini dapat tumbuh sepanjang tahun baik pada musim hujan maupun kemarau. Batangnya pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah menjadi bulat memanjang. Produk paling baik untuk varietas wortel adalah kelompok Chanteray yang memiliki umbi berbentuk bulat panjang atanara 15-20 cm dengan ujung tumpul dan rasa yang manis dibandingkan tipe Imperator dan Nantes. Hasil evaluasi kesesuaian lahan yang dipetakan dalam Peta 16 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kecamatan Bandungan memiliki nilai kesesuaian aktual S3 (sesuai marginal) N (tidak sesuai) dengan faktor penghambat berupa kondisi perakaran, retensi hara, temperatur, kemiringan lereng (terrain potensi mekanisasi) dan tingkat bahaya erosi. Luas lahan yang memiliki nilai kesesuaian aktual S3 adalah 2489,60 Ha atau 51,52 %. Sedangkan lahan dengan nilai kesesuaian aktual N seluas 2333,70 Ha atau 48,38 %. Lahan di Kecamatan Bandungan untuk penanaman tanaman wortel memiliki ancaman terbesar oleh faktor tingkat bahaya erosi yang mendominasi lahan seluas 3163,59 Ha atau 65,59 %. Faktor suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman wortel karena jenis tanaman ini membutuhkan suhu antara 16-23 o C. Kondisi lereng menyumbang angka besar untuk erosi sehingga membutuhkan penanganan secara vegetatif maupun mekanis. Lahan seluas 2366,90 Ha atau 49,07 % memiliki faktor penghambat berupa temperatur sedangkan lahan seluas 745,40 Ha atau 15,25% dari keseluruhan luas Kecamatan Bandungan memiliki faktor penghambat berupa temperatur faktor perakaran.

123

124 Peta 17 merupakan visualisasi dari hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kubis. Kubis seringkali disebut kol ini memiliki nama ilmiah Brassica oleracea L. Merupakan tumbuhan sayuran daun yang tersusun sangat rapat dengan bentuk bulatan atau bulatan pipih. Kubis merupakan tumbuhan dwimusim atau biennial. Tumbuhan ini akan berbunga kemudian mati, tetapi jika tidak mendapat suhu dingin maka ia akan terus tumbuh tanpa berbunga. Kubis cocok di daerah pegunungan dengan elevasi 400m dpl ke atas di daerah tropik. Jika ditanam di dataran rendah, ukuran krop akan mengecil dan rentan terhadap ulat pemakan daun. Syarat tumbuh tanaman kubis tidak jauh berbeda dengan syarat tumbuh tanaman sawi. Sehingga hasil dari evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan lahan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian kubis dan sawi sama luasnya. Lahan di Kecamatan Bandungan memiliki kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kubis bernilai S3 seluas 1750,90 Ha atau 36,30 % dari keseluruhan luas lahan di Kecamatan Bandungan. Maka dapat diketahui presentase luas lahan yang tidak dapat ditanam kubis adalah 63,70 % atau 3072,40 Ha. Faktor penghambat pada lahan di Kecamatan Bandungan untuk ditanam tanaman kubis adalah tingkat bahaya erosi, ketersediaan air, kondisi perakaran dan terrain potensi mekanisasi. Faktor tingkat bahaya erosi sangat dipengaruhi oleh masing-masing jenis tanah dengan sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Jenis tanah sangat menentukan kepekaan lahan terhadap syarat tumbuh tanaman kubis terutama pada kedalaman efektif tanah. Disamping itu, lereng dan batuan/bahan kasar menjadi faktor yang menentukan pula dalam hal kesiapan lahan untuk penanaman sayur kubis. Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan, lahan yang dapat ditanami tanaman pangan didominasi oleh ubi kayu sedangkan padi di posisi kedua dan ubi jalar di posisi ketiga. Untuk tanaman buah tahunan, lahan di Kecamatan Bandungan paling sesuai untuk kelengkeng dibandingkan avokad dan pisang. Tanaman sayuran dan buah semusim (hortikultura) yang paling sesuai di

Kecamatan Bandungan adalah tanaman wortel dibandingkan sawi dan kubis. Dengan melihat hasil evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan maka dapat diketahui bahwa lahan non budidaya tidak cocok untuk segala jenis tanaman yang dievaluasi karena lebih baik untuk kawasan lindung. 3. Arahan Kawasan Agropolitan Berdasarkan pada Evaluasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan Tahun 2012 125 Evaluasi kemampuan lahan digunakan sebagai penentuan kawasan yang dapat dibudidayakan dan kawasan yang tidak dapat dibudidayakan terutama untuk daerah pertanian. Sedangkan untuk kawasan pemukiman, terdapat lahan yang termasuk dalam kawasan non budidaya karena berada pada kelas kemampuan lahan V-VIII namun masih dapat ditoleransi dari faktor kemiringan lereng yang kurang dari 30 %. Ditinjau dari luasan masing-masing penggunaan lahan antara penggunaan lahan eksisting dan penggunaan lahan hasil rekomendasi penelitian, maka terjadi perubahan luas pada masing-masing penggunaan lahan. Presentase berupa peta arahan penggunaan lahan dapat divisualisasikan dalam Peta 18. Berikut Tabel yang perbedaan antara penggunaan lahan eksisiting dengan penggunaan lahan hasil penelitian. Tabel 4.25 Perbandingan Luas Penggunaan Lahan Eksisting dengan Arahan Penggunaan Lahan Berdasarkan RTRW dan Evaluasi Kemampuan Lahan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penggunaan Lahan Hutan Semak Belukar Pemukiman Ladang / Tegalan Kebun/Perkebunan Sawah Lahan Kosong Luas Eksisting Rekomendasi Ha % Ha % 22,86 1432,40 3,70 133,40 19,44 878,99 25,18 1131,20 0,47 22,50 28,10 1224,81 0,25 0,00 1102,57 178,24 937,77 1214,43 22,78 1355,46 12,05 29,70 2,77 18,22 23,45 0,47 25,39 0,00 Jumlah 4823,00 100,00 4823,00 100,00 Sumber: Analisis Data dan Overlay

126

127 Hasil dari evaluasi kemampuan lahan dapat menunjukkan persebaran lahan pertanian yang mampu dikelola menjadi lahan pertanian intensif dan lahan non budidaya. Sebagai arahan untuk pengembangan kawasan agropolitan, maka hasil dari evaluasi kemampuan lahan yang menghasilkan kawasan budidaya dicocokan dengan hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian yaitu sub komoditas pertanian pangan, sayur dan buah semusim dan buah tahunan. Arahan perwilayahan komoditas unggulan tiap sub sektor pertanian pangan, hortikultura dan buah tahunan merupakan hasil pencocockan antara analisis Location Quotion (LQ) dengan evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan. Analisis LQ yang didapatkan dari perbandingan antara produktivitas tiap desa dengan produktivitas tiap jenis tanaman di Kecamatan Bandungan. Hasil dari analsis LQ berupa angka yang menunjukkan suatu jenis tanaman basis atau non basis. Suatu jenis tanaman dikatakan basis apabila nilai LQ > 1 sehingga dapat diekspor ke wilayah lain sedangkan apabila nilai LQ < 1 maka dikatakan jenis tanaman tersebut menghasilkan produk yang tidak dapat diekspor ke luar wilayah tetapi hanya dapat mencukupi kebutuhan masyarakat lokal bahkan harus impor dari wilayah lain. Data produksi, luas tanam, jumlah pohon dan produktivitas tiap tanaman merupakan data dengan unit analisis wilayah administrasi. Berdasarkan data tersebut, analisis LQ menunjukkan jenis komoditas yang memiliki nilai LQ > 1,00 tiap desa/kelurahan berbeda-beda. Hasil analisis LQ yang menunjukkan komoditas dengan angka LQ > 1 pada tiap desa disajikan pada Tabel 4.26 berikut ini.

Tabel 4.26 Hasil Analisis LQ Seluruh Komoditas Pertanian Unggulan di Kecamatan Bandungan Tahun 2012 No 1 Candi Desa/ Kelurahan Sub Sektor Pertanian 128 Pangan Hortikutura Buah Tahunan Jagung, Ketela pohon, Ketela Rambat 2 Kenteng Jagung 3 Bandungan 4 Duren Ketela Pohon, Ubi Jalar Padi Sawah, Ubi Jalar 5 Mlilir Padi Sawah 6 Jetis Padi Sawah 7 Sidomukti Ketela Pohon, Ubi Jalar 8 Jimbaran Padi Sawah 9 Pakopen Padi Sawah 10 Banyukuning Jagung, Ketela pohon, Ketela Rambat Sumber: Hasil Analisis Location Quotion Kobis, wortel, kacang panjang, cabe besar,cabe rawit, tomat, terung, ketimun, labu siam, bayam Kobis, kembang kol, Kacang Panjang, Tomat, Terung, Buncis, Ketimun, Labu Siam Kobis, Kembang Kol, Wortel, Cabe Besar, Cabe Rawit, Tomat,Ketimun Bawang daun, Sawi, Kacang Panjang, Seledri, Buncis, Kangkung Sawi, Seledri, Kangkung, Bayam Bawang daun, sawi, Cabe Besar, Tomat, Terung Bawang Daun, Wortel, Kacang Panjang, Ketimun Bawang daun, Kembang Kol, Sawi, Wortel, Seledri,Buncis, Kangkung, Bayam Sawi, Seledri, Tomat, Kangkung, Bayam Sawi, Cabe Besar, Cabe Rawit, Buncis, Labu Siam Avokad, Durian, Melinjo, Sirsat Pisang, Kelengkeng, Sirsat Kelengkeng Pisang, Salak, Kelengkeng Avokad, Durian,Pepaya, Melinjo, Pisang Avokad, Salak, Kelengkeng Avokad, Pepaya, Melinjo, Pisang Avokad, Jambu Biji, Melinjo, Pisang, Sukun Durian, Jambu Biji, Pepaya, Melinjo, Pisang, Kelengkeng, Sukun Avokad, Durian, Jambu Biji, Pepaya, Melinjo, Pisang, Sukun

129 Meskipun Kecamamatan Bandungan terkenal dengan hasil pertanian yang dibuktikan dari hasil PDRB harga konstan dan berlaku tahun 2012, namun pada hakikatnya tidak semua lahan mampu diolah menjadi lahan pertanian intensif. Desa Duren dan Sidomukti merupakan 2 desa yang memiliki ancaman degradasi lahan tinggi sehingga sebagian besar lahan tidak cocok untuk diolah menjadi lahan pertanian intensif. Akan tetapi pada kenyataannya lahan di Desa Duren dan Sidomukti digunakan sebagai lahan pertanian dengan berbagai jenis tanaman baik semusim maupun tahunan. Dengan demikian, perlu adanya peran dari pemerintah, lembaga masyarakat dan masyarakat sendiri untuk membentuk suatu ketaatan terhadap pengelolaan lingkungan baik lahan pertanian maupun non pertanian supaya pengembangan kawasan agropolitan yang bertujuan untuk kemandirian wilayah dapat tercapai. Peta arahan perwilayahan komoditas pertanian Kecamatan Bandungan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan komoditas pertanian unggul menjadi komoditas pertanian agribisnis yang membutuhkan pengelolaan dan pengolahan lebih lanjut baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Peta arahan perwilayahan komoditas pertanian hanya menunjukkan komoditas yang telah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan. Oleh sebab itu, perlu adanya penelitian berlanjut untuk mencocokan antara karakterisitk dan kualitas lahan dengan seluruh tanaman yang unggul di Kecamatan Bandungan. Untuk memberikan kemudahan bagi instansi pemerintah dalam mengarahkan komoditas unggulan yang sesuai dengan lahan pertanian di Kecamatan Bandungan, maka dari hasil evalusasi kesesuaian lahan yang menggunakan satuan analisis berupa satuan lahan dicocokan dengan analisis LQ yang menggunakan unit analisis batasan administrasi. Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari tiap desa/kelurahan di Kecamatan Bandungan, maka masing-masing desa/kelurahan memiliki arahan komoditas unggulan yang berbeda-beda. Berikut ini Tabel 4.24 yang memberikan informasi arahan komoditas pertanian unggulan di Kecamatan Bandungan tahun 2013 berdasarkan evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan aktual serta data pendukung berupa analisis LQ yang menunjukkan keunggulan komparatif.

130 Tabel 4.27 Arahan Perwilayahan Komoditas Pertanian Unggulan Terpilih Per Desa/Kelurahan di Kecamatan Bandungan Tahun 2012 Sumber: Hasil Analisis No. Desa/Kelurahan Komoditas Unggulan Terpilih 1. Candi Ketela Pohon, Ubi Jalar, Sawi, Avokad dan Pisang 2. Kenteng Pisang dan Kelengkeng 3. Bandungan Tidak Ada Rekomendasi 4. Duren Tidak Ada Rekomendasi 5. Mlilir Avokad, Pisang, Sawi dan Padi 6. Jetis Wortel 7. Sidomukti Wortel 8. Jimbaran Padi Sawah, Sawi, Avokad 9. Pakopen Sawi 10. Banyukuning unggulan di Kecamatan Bandungan. Ketela Pohon, Ubi Jalar, Sawi, Avokad dan Pisang Tabel 4.27 menunjukkan bahwa di Kelurahan Bandungan dan Desa Duren tidak memiliki komoditas unggulan apapun sehingga tidak direkomendasikan untuk pengembangan kawasan agropolitan. Lahan di wilayah tersebut termasuk dalam kawasan non budidaya, sifat fisik maupun kimia tanah juga kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman baik tanaman pangan, hortikultura maupun buah tahunan. Kelurahan Bandungan yang menjadi pusat kota dapat difungsikan sebagai daerah penyedia layanan publik. Selain itu, sesuai dengan Peta Pola Ruang Kecamatan Bandungan berdasarkan RTRW Kabupaten Semarang daerah yang tidak produktif untuk pertanian dapat menjadi kawasan pemukiman. Berdasarkan Tabel 4.27 dan peta 19 diketahui bahwa tanaman pisang dan avokad memiliki perwilayahan yang lebih luas dibandingkan tanaman lainnya. Rekomendasi ini berdasarkan pada evaluasi kemampuan lahan, evaluasi kesesuaian lahan dan analisis LQ. Dua komoditas tanaman buah tersebut dapat menjadi komoditas agribisnis yang unggul dari segi komparatif maupun kompetitif. Berikut ini Peta 19 yang menunjukkan perwilayahan tanaman

131