BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga dan menggunakannya. dalam pemecahan masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1

BAB I PENDAHULUAN. ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN. A. Standar Kompetensi 6. Memahami konsep segiempat serta menentukan ukurannya

BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK. 1. Pengertian Model Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan yang sangat pesat. Para ahli psikologi pendidikan. yang telah melalui bermacam penelitiannya. Para ahli pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang. berkedudukan dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Terbuka, 2007), h Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan penalaran Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

SILABUS PEMELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 1 Poncol Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

SILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DENGAN PERMAINAN MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode penemuan terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PROJECT BASED LEARNING

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Uji Coba Instrumen

LAMPIRAN A. A. 1. Jadwal Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melalui kegiatan ini, aspek-aspek kemampuan pemecahan masalah sangat penting

DAFTAR NILAI PRETEST DAN POSTTEST KELAS EKSPERIMEN

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 KELOMPOK TTW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

datar Belah ketupat. 2. Menentukan keliling dan luas bangun datar Belah

BAB II KAJIAN TEORETIK. fisik. Goleman (1996:63) menjelaskan bahwa, kesadaran diri adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB II PEMBELAJARAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATERI SEGI EMPAT. A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Penalaran adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika,2006). Materi matematika dan penalaran matematika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami menggunakan penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui materi matematika. Ada dua cara untuk menarik kesimpulan yaitu secara induktif dan deduktif, selanjutnya dikenal istilah Penalaran Induktif dan penalaran Deduktif. a. Penalaran Induktif, merupakan proses berfikir untuk menarik kesimpulan tentang hal umum yang berpijak pada hal khusus. Contoh : sebutkan bangun bangun yang merupakan segiempat? b. Penalaran Deduktif, merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan pada hal khusus yang berpijak pada hal umum atau hal yang sebelumnya telah dibuktikan kebenarannya.

Contoh : Diberikan gambar gambar seperti di bawah ini : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Apakah gambar - gambar diatas termasuk bangun segiempat? Pada Kurikulum 2004 standar kompetensi mata pelajaran matematika SMP atau MTS (2004:12) dinyatakan bahwa siswa memiliki penalaran yang baik dalam matematika bila siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana. Dengan mengingat langkah - langkah perkembangan mental siswa usia SMP maka disarankan bahwa penalaran yang dilakukan siswa dalam pembelajaran matematika SMP sebaiknya lebih banyak yang induktif. Pada Petunjuk Teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas nomor 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator dari kemampuan penalaran sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah: 1. Menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar maupun diagram.

Contoh : Gambarlah sebuah persegi panjang PQRS. Jika memiliki koordinat titik P( 2, 4 ), Q( 5, 4 ) dan R( 5, 2 ). Buatlah persegi panjang tersebut! dan tentukan koordinat titik S! 2. Mengajukan dugaan Bila siswa diberikan pernyataan secara tulisan. maka siswa mampu menduga menemukan menjawabnya. Contoh : Sebuah persegi panjang PQRS dengan titik P( 2, 4 ), Q( 5, 4 ) dan R( 5, 2 ). Dengan gambar, tentukanlah koordinat titik S! 3. Melakukan manipulasi matematika, menarik kesimpulan, menyusun bukti. Manipulasi adalah mengatur (mengerjakan) dengan cara yang pandai sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki. Contoh : Lantai sebuah ruangan berbentuk persegi panjang dengan luas lantai 20 m 2. Jika lantai ruangan tersebut akan dipasang keramik yang mempunyai luas 625 cm 2 berapa banyak keramik yang ada di ruangan tersebut? 4. Memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. Contoh : Buktikan bahwa x = 5. Jika panjang diagonal AC = 4x dan BD = 20. A 4x B 20 D C

5. Menarik kesimpulan dari pernyataan. Contoh : Ali adalah pemain sepak bola di klubnya, setiap kali latihan Ali mengelilingi lapangan sepak bola sebanyak 9 kali putaran. Jika lapangan bola yang berbentuk persegi panjang dengan luas 8250m 2 dan panjang 110m. Berapa meter Ali mengelilingi lapangan bola setiap kali latihan? 6. Memeriksa keshahihan suatu argumen, menemukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat generalisasi. Contoh : Sebutkanlah sifat persegi panjang dan persegi! Adakah kesamaan sifat antara persegi panjang dan sifat persegi? Kemampuan penalaran dinilai mengacu pada indikator - indikatornya seperti telah diuraikan di atas. Seperti telah diuraikan sebelumnya, menilai kemampuan penalaran siswa berarti menilai proses berpikir siswa dalam mengambil suatu kesimpulan. Karena menyangkut proses berpikir berarti penilaian difokuskan pada keruntutan alur berpikir dan kelogisannya atau kebenaran cara berpikirnya.

B. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) 1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Tan (dalam Rusmanto,2003) menyebutkan Pembelajaran berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam (PBM) kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan model dengan menghadapkan siswa pada permasalahan permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan permasalahan (Wena,2009). Arends (dalam Trianto,2010) menyebutkan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Oleh karena itu, Pembelajaran berbasis masalah ( PBM ) adalah pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan sehari hari yang sering dialami sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan mereka sendiri.

2. Langkah langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Ismail (dalam Tim PPPG matematika,2006 : 10) menyebutkan langkah langkah dan peran guru pada model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah langkah pembelajaran bebasis masalah Langkah langkah ke- Indikator Peran Guru 1 Orientasi siswa pada masalah 2 siswa untuk belajar Mengorganisasikan 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan peralatan yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktifitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru membantu siswa mendefisinikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. a. Pelaksanaan Pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dalam kegiatan belajar mengajar didasarkan pada kelima langkah tersebut, adapun rincian dari kegiatan pada tiap fase adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Orientasi siswa pada masalah Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, serta menjelaskan pembelajaran yang

akan dilaksanakan. Pada kesempatan ini guru juga memotivasi siswa dan mengajukan masalah dan meminta siswa mengemukakan ide dan teori yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah terebut. Langkah 2 : Mengorganisasi siswa dalam belajar Pada kegiatan ini guru menjelaskan materi kemudian siswa dikelompokan dalam kelompok kecil berdasarkan kemampuan. Sehingga satu kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis masalah yang diberikan. Setiap kelompok mempunyai penyelesaian yang dapat diandalkan. Secara tidak langsung pembagian kelompok ini akan memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang mampu dalam menganalisis suatu masalah. Guru juga membagikan LKS untuk dikerjakan bersama kelompoknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang perencanaan penyelidikan dan pembuatan hasil karya. Langkah 3: Membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok

Dalam hal ini guru membimbing siswa mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan pemecahan masalah, membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah pemecahan masalah dan membimbing siswa menyelesaikan masalah. Langkah 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan hasil karyanya, memberi kesempatan pada kelompok untuk menyajikan hasil karyanya (mengelaborasi), Kemudian guru membantu siswa jika mengalami kesulitan dalam menyajikan hasil karya dan meminta siswa untuk menanggapi hasil karya temannya. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil sementara pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Langkah 5 : Menganalisis dan Mengevaluasi proses Pemecahan Masalah Tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah, guru bersama siswa mengoreksi hasil karya, mengevaluasi, membimbing siswa menyimpulkan materi serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan di rumah.

3. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) antara lain : 1. Realistik dengan kehidupan siswa 2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa 3. Memupuk sifat inqury siswa 4. Retensi konsep jadi kuat 5. Memupuk kemampuan pemecahan masalah Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah(PBM)antara lain: 1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks 2. Sulitnya mencari problem yang relevan 3. Sering terjadi miss-konsepsi 4. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. C. Materi Segi empat Persegi panjang. Menjelaskan Pengertian persegi Panjang menurut sifatnya. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal,sisi dan sudutnya. Menurunkan dan menghitungrumus keliling serta luas dari persegi panjang.

Persegi Menjelaskan Pengertian persegi menurut sifatnya. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari diagonal,sisi dan sudutnya. Menurunkan dan menghitungrumus keliling serta luas dari persegi. Jajargenjang Menjelaskan Pengertian jajar genjang menurut sifatnya. Menjelaskan sifat-sifat jajar genjang ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya. Menurunkan dan menghitungrumus keliling serta luas dari jajar genjang. belah ketupat Menjelaskan Pengertian belah ketupat menurut sifatnya. Menjelaskan sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya. Menurunkan dan menghitungrumus keliling serta luas dari belah ketupat. layang-layang Menjelaskan Pengertian layang - layang menurut sifatnya. Menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya. Menurunkan dan menghitungrumus keliling serta luas dari layanglayang.

Trapesium Menjelaskan Pengertian trapesium menurut sifatnya. Menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya. Menurunkan dan menghitungrumus keliling serta luas dari trapesium. D. Kerangka Pikir Kemampuan penalaran matematika dapat dinilai melalui enam indikator dan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dilaksanakan melalui lima langkah-langkah atau tahapan, hal ini telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Terdapat hubungan antara langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan indikator kemampuan penalaran sebagai berikut: langkah-langkah ke-1 dapat dihubungkan dengan indikator penalaran ke-2, karena pada langkah-langkah ini guru memotivasi siswa pada orientasi masalah agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan siswa termotivasi untuk mempelajari materi yang akan disampaikan serta dengan hal itu siswa juga dapat mengajukan dugaan dalam penyelesaian masalah tersebut. Langkah - langkah ke-2 dan ke-3 dalam kegiatan PBM dapat dihubungkan dengan semua indikator penalaran ke-1,2,3,4,5 dan ke-6, karena pada langkah - langkah ini guru mengorganisasikan dan memberikan bimbingan kepada siswa dalam tiap kelompok sehingga siswa lebih memahami materi yang telah disampaikan sehingga berdampak pada saat siswa berdiskusi tidak ditemukan kendala baik saat menyelesaikan

permasalahan atau pada saat menyajikan hasil diskusi. Langkah - langkah ke- 4 dalam kegiatan PBM dapat dihubungkan dengan indikator penalaran ke-1, karena pada langkah - langkah ini siswa dituntut untuk menyajikan hasil diskusi secara lisan, tertulis, gambar maupun diagram. Langkah-langkah ke-5 atau langkah-langkah terakhir dalam kegiatan PBM dapat dihubungkan dengan indikator penalaran ke-3,4,5 dan ke-6, karena pada langkah-langkah ini siswa melakukan analisis dan evaluasi setelah kegiatan yang telah mereka lakukan, dimana diharapkan siswa dapat memberikan alasan, menyusun bukti dan memeriksakan keshahihan terhadap hasil kegiatan/diskusi sehingga siswa dapat menarik kesimpulan terhadap materi yang telah diajarkan. Dari penjelasan mengenai langkah - langkah pembelajaran berbasis masalah (PBM) tersebut diharapkan kemampuan penalaran matematika siswa dapat ditingkatkan. Hal ini ditandai oleh meningkatnya indikator kemampuan penalaran. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir yang telah dirumuskan diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan Pembelajaran Berbasis Masalah Dapat Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Somagede Pada materi Bangun Datar Segi Empat