KECERDASAN ADVERSITAS DAN KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. GANDUM MAS KENCANA KOTA TANGERANG

dokumen-dokumen yang mirip
KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP EMPLOYEE RELATIONS DENGAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. BANK X CABANG AREA Y

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

Eka Wulandari, Ika Zenita Ratnaningsih

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. X

HUBUNGAN ANTARA KEADILAN DISTRIBUTIF DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. TELKOM, TBK DIVISI REGIONAL IV SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN DI PT. X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR KARYAWAN DAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk KANTOR WILAYAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN WORK ENGAGEMENT PADA PEGAWAI PELAKSANA PERUM PERHUTANI KBM SAR WIL II CEPU

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN RESONAN DANWORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN REDAKSI SURAT KABAR HARIAN (SKH) DI PROVINSI LAMPUNG

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. X DI BOGOR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... ABSTRAK...

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

EFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI KERJA DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA PEGAWAI INSTANSI PEMERINTAHAN

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

1 PENDAHULUAN Latar belakang

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

HUBUNGAN ANTARA LEADER MEMBER EXCHANGE (LMX) DENGAN EMPLOY EE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT PLN DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I.Y

PERCEPTION OF COMPENSATION AND JOB SATISFACTION ON EMPLOYEES OF PT KUDA INTI SAMUDERA, SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

Putri Zahrah Adelia, Harlina Nurtjahjanti. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

KONSEP DIRI AKADEMIK DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMP N 24 PURWOREJO

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. DUA KELINCI PATI

HUBUNGAN KEPUASAN TERHADAP GAJI DENGAN ETOS KERJA KARYAWAN KPRI DI KOTA SEMARANG

Diponegoro Journal of Social and Politic Science. Pengaruh Komitmen Organisasi, Kompensasi, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

EFIKASI DIRI DAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI MASA PERSIAPAN PENSIUN DI PEMERINTAH KOTA CIREBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

Hubungan Employee Engagement dengan Perilaku Produktif Karyawan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KEPUASAN KERJA WIRANIAGA NASMOCO GRUP DI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWANBAGIAN PRODUKSI PT. ARGAMAS LESTARI SEMARANG

PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA DOSEN DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

SELF ESTEEM DAN OPTIMISME RAIH KESUKSESAN KARIR PADA FRESH GRADUATE FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional

PENGARUH INTERNAL CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KETERIKATAN KARYAWAN PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK TUGAS AKHIR FIKA FAUZIATI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI LAMPUNG

PENGARUH PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DAN ORGANIZATIONAL-BASED SELF ESTEEM TERHADAP WORK ENGAGEMENT

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN BERDASARKAN USIA DAN MASA KERJA

Transkripsi:

KECERDASAN ADVERSITAS DAN KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. GANDUM MAS KENCANA KOTA TANGERANG Nurul Kusuma Dewi 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 nurulkdewi92@gmail.com Abstrak Karyawan merupakan aset utama perusahaan sehingga kinerja karyawan yang produktif dibutuhkan oleh perusahaan, namun ada kalanya saat bekerja ditemukan hambatan yang membuat karyawan jenuh sehingga memiliki keinginian untuk meninggalkan pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan adversitas dan keterlibatan kerja pada karyawan PT. Gandum Mas Kencana. Keterlibatan kerja merupakan kondisi psikologis positif karyawan terhadap pekerjaannya yang ditandai dengan curahan energi dalam bekeja, perasaan terlibat yang kuat, penuh konsentrasi, serta kesulitan untuk memisahkan diri dengan pekerjaannya. Kecerdasan adversitas merupakan kemampuan individu dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk menyelesaikannya. Jumlah populasi penelitian ini yaitu 134 karyawan tetap dan masa kerja minimal 1 tahun hingga 10 tahun. Pada sampel penelitian sebanyak 80 karyawan yang diperoleh melalui propotional sampling diberikan Skala Keterlibatan Kerja (31 aitem; α = 0,92) dan Skala Kecerdasan Adversitas (37 aitem; α = 0,94). Analisis regresi sederhana menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan adversitas dan keterlibatan kerja pada karyawan PT. Gandum Mas Kencana (r = 0,62; p < 0,001). Semakin tinggi kecerdasan adversitas, maka semakin tinggi keterlibatan kerja. Kecerdasan adversitas memberikan sumbangan efektif sebesar 38% terhadap keterlibatan kerja. Ketika ingin meningkatkan keterlibatan kerja ia harus memperhatikan kecerdasan adversitas, dan untuk meningkatkan keterlibatan kerja, perusahaan dapat melakukan intervensi dalam meningkatkan kecerdasan adversitas melalui pelatihan dan pengembangan karyawan. Kata kunci: keterlibatan kerja, kecerdasan adversitas, Kota Tangerang Abstract Employees are the main asset of the company therefore productive employees are needed by the company, but there are times when the work is found barriers that keep employees saturated so has the desire to leave their job. This study aimed to determine the relationship between adversity intelligence and work engagement of employee at PT. Gandum Mas Kencana. Work engagement is a positive psychological condition of employees to their work marked by an outpouring of energy in work, involves a strong feeling, full of concentration, as well as the difficulty to separate himself with his work. Adversity intelligence is the ability of individuals to observe the difficulties and processing difficulties with intelligence possessed so that it becomes a challenge to complete. Total population of this study is 134 permanent employees and a minimum term of 1 year to 10 years. The study sample comprised 80 employees obtained through the proportional sampling. Data were collected using the Work Involvement Scale (31 items; α =.92) and the Adversity Intelligence Scale (37items; α =.94). The results of simple regression analysis showed that there is a significantly positive correlation between adversity intelligence and work engagement at PT. Gandum Mas Kencana (r =.62; p <.001). The higher adversity intelligence will the higher work engagement. Adversity intelligence provides an effective contribution of 38% of work engagement. When employee wants to increase their work engagement the employee had to pay attention of their adversity intelligence, and to increase the work engagement, the company can intervene in improving adversity intelligence through training and development of employees. Keyword: work engagement, adversity intelligence, Tangerang 123

PENDAHULUAN Sumber daya manusia merupakan elemen utama dalam organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi dan uang, sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan elemen yang lain (Hariandja, 2007). Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fisher (dalam Margaretha & Saragih, 2008) bahwa sumber daya manusia sangat penting dalam kemajuan dan keberhasilan dari suatu perusahaan, hal ini berkaitan dengan bagaimana sumber daya manusia itu dikelola dan dikembangkan. Perusahaan di Indonesia ternyata menghadapi masalah dalam mempertahankan karyawan berprestasi tinggi, karyawan dengan keahlian khusus dan karyawan berpotensi tinggi (Wyatt, 2008). Berdasarkan survei Global Strategic Reward 2008 yang dilakukan oleh Wyatt (2008), kehilangan karyawan berprestasi tinggi, karyawan dengan keahlian khusus dan karyawan berpotensi tinggi sudah menjadi masalah yang perlu diwaspadai oleh industri di Indonesia. Tujuan perusahaan dapat tercapai apabila perusahaan memiliki karyawan yang mengoptimalkan seluruh kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan pekerjaannya. Berdasarkan kebutuhan tersebut perusahaan membutuhkan karyawan-karyawan yang memiliki keterikatan dalam menjalani pekerjaannya atau keterlibatan kerja, akan tetapi dalam perindustrian pasti ditemukan permasalahan seperti keluar-masuknya karyawan yang disebabkan karyawan merasa jenuh karena beban dan ketentuan kerja yang diberikan perusahaan atau karyawan mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik untuk perkembangan jenjang karirnya. Permasalahan seperti ini menjadikan perusahaan semakin menyadari bahwa keterikatan kerja pada karyawan sangat dibutuhkan. Namun ada saatnya ketentuan dan beban kerja dalam perindustrian membuat karyawan merasa jenuh, ketika karyawan mengalami ketidakmampuan dalam menyelesaikan tuntutan serta beban kerja yang diembannya. Hal tersebut dapat menimbulkan kejenuhan saat bekerja yang membuat karyawan burnout. Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan burnout atau kejenuhan kerja karyawan adalah sebuah strategi manajemen yang memunculkan kondisi dimana karyawan merasa nyaman dan bersemangat dengan pekerjaan mereka, yaitu keterikatan dengan pekerjaan (keterlibatan kerja). Masclach (dalam Saks, 2006) mengatakan bahwa dimensi dari keterlibatan kerja terbukti merupakan lawan dari dimensi burnout, sehingga ketika dimensi keterlibatan kerja terdapat pada diri karyawan maka tingkat burnout pun akan menurun (Bakker & Leiter, 2010). Keterlibatan kerja diartikan sebagai keadaan/kondisi psikologis positif individu yang berkaitan dengan pemenuhan kerja yang memiliki karakteristik vigor, dedication, dan absorption. Vigor merupakan curahan energi dan mental yang kuat selama bekerja, keberanian untuk berusaha sekuat tenaga dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, dan tekun dalam menghadapi kesulitan kerja. Dedication mengarah pada keterlibatan yang sangat tinggi saat mengerjakan tugas dan mengalami perasaan yang berarti, sangat antusias, penuh inspirasi, kebanggaan, dan tantangan. Absorption merupakan kondisi konsentrasi dan keseriusan terhadap suatu pekerjaan. Individu merasa ketika ia bekerja waktu terasa berlalu begitu cepat dan menemukan kesulitan dalam memisahkan diri dengan pekerjaan. Permasalahan yang dihadapi karyawan dalam dunia perindustrian beraneka ragam, salah satu contohnya seperti beban kerja yang diberikan pada setiap karyawan. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional, sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit 124

dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton. Hal tersebut dapat mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan, sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba dalam Prihatini, 2007). Bakker dan Demerouti (2007) mengemukakan cara untuk meningkatkan keterlibatan kerja karyawan melalui teori The Job Demands and Resources Model atau JD-R model of work engagement, dimana dalam model ini terdapat dua faktor yaitu, job demands dan job resources. Job demands merupakan tuntutan kerja yang diberikan perusahaan terhadap karyawan, sedangkan job resources diartikan sebagai aspek fisik, psikologis, sosial, dan organisasi pada pekerjaan. Ketika tingginya tingkat job demands dan rendahnya job resources, hal tersebut dapat menyebabkan burnout dan menurunkan keterlibatan kerja terhadap karyawan. Sehubungan dengan definisi job resources dan personal resources yang dikemukakan Bakker dan Demerouti (2007) dalam JD-R model of work engagement. Kecerdasan adversitas dalam JD-R model termasuk dalam personal resources. Bakker dan Demerouti (2007) mengemukakan bahwa personal resources diartikan sebagai aspek kognitif dan afektif dalam diri individu yang merupakan kepercayaan positif terhadap diri sendiri dan lingkungan serta bersifat dapat dikembangkan, yang mana hal ini dapat memotivasi dan memfasilitasi pencapaian tujuan bahkan saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Stoltz (2005) mengenai kecerdasan adversitas sebagai kemampuan individu dalam mengamati kesulitan dan mengelolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk menyelesaikannya. Karyawan yang memiliki kecerdasan adversitas yang tinggi akan mampu bertahan dalam menghadapi segala kesulitan yang disebabkan karena perubahan yang terjadi serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mengatasi tantangantantangan yang ada (Stoltz, 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian Nugraha (2011) yang menunjukkan bahwa pelatihan kecerdasan adversitas dapat membuat individu lebih optimis dalam menghadapi suatu tantangan, mampu memompa diri untuk lebih maju dan berpikir kreatif, berani mengambil resiko, bertanggung jawab dan lebih mengingkatkan kedisiplinan dalam diri individu. Menurut Schaufeli dan Bakker (dalam Bakker & Leitter, 2010). Keterlibatan kerja didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang positif yang berkaitan dengan pemenuhan kerja yang dikarakteristikkan dengan vigor, dedication, dan absorption. Vigor adalah level energi yang tinggi dan ketangguhan mental ketika bekerja, dedication adalah rasa antusias, inspirasi, kebanggaan dan tantangan, sedangkan absorption dikarekteristikan dengan berkonsentrasi penuh dan senang dalam keterlibatan terhadap pekerjaan. Schaufeli, Gonzales-Roma, dan Bakker (dalam Bakker & Leiter, 2010) mengungkapkan dimensi-dimensi keterlibatan kerja, yaitu vigor, dedication, dan absorption. Stoltz (2005) mendefinisikan kecerdasan adversitas sebagai kemampuan individu dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk menyelesaikannya. Terutama dalam penggapaian sebuah tujuan, cita-cita, harapan dan yang paling penting adalah kepuasan pribadi dari hasil kerja atau aktifitas itu sendiri. Kecerdasan adversitas mempunyai tiga bentuk, yaitu (1) sebagai suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua jenis kesuksesan, (2) merupakan suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap kesulitan, dan (3) merupakan serangkaian 125

peralatan dasar yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap kesulitan (Stoltz, 2005). Stoltz (2003) menyebutkan empat dimensi kecerdasan adversitas yang dapat disingkat menjadi. CORE (Control, Ownership, Reach, Endurance). Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adversitas merupakan kemampuan individu untuk dapat terus bertahan dalam suatu kesulitan dengan kecerdasan yang dimilikinya sampai pada akhirnya individu tersebut dapat mengatasi tantangan yang dihadapi sebagai seorang pemenang atau memilih mundur ditengah jalan dan bahkan tidak mau menerima tantangan sedikitpun. Maka dari itu, peneliti ingin mengkorelasikan keterlibatan kerja dengan kecerdasan adversitas. Penelitian ini akan dilakukan di PT. Gandum Mas Kencana yang merupakan pemasok industri jasa makanan, terutama produk yang berkaitan dengan cokelat. Semua perusahaan yang bergerak dibidang produksi sangat mengandalkan kinerja karyawannya, karena kinerja karyawan akan menentukan kesuksesan produksi industri. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan adversitas dengan keterlibatan kerja pada karyawan PT. Gandum Mas Kencana. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kecerdasan adversitas dan keterlibatan kerja. Semakin tinggi kecerdasan adversitas maka akan semakin tinggi keterlibatan kerja dan semakin rendah kecerdasan adversitas maka akan semakin rendah keterlibatan kerja pada karyawan. METODE Penelitian ini dilakukan pada sampel berjumlah 80 karyawan dari 10 divisi yang diperoleh melalui teknik propotional sampling dari populasi berjumlah 134 karyawan PT. Gandum Mas Kencana Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu Skala Keterlibatan Kerja yang terdiri dari 31 aitem valid, yang disusun berdasarkan aspek-aspek menurut Schaufeli, Gonzales-Roma, & Bakker (dalam Bakker & Leiter, 2010) yaitu vigor, dedication, dan absorption. Skala Kecerdasan Adversitas yang terdiri dari 37 aitem valid, yang disusun berdasarkan aspek-aspek menurut Stoltz (2003) yaitu, control, ownership, reach, dan endurance. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji hipotesis penelitian dengan menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan adversitas terhadap keterlibatan kerja (r xy = 0,62; p < 0,001). Hasil regresi sederhana menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima. Artinya, semakin tinggi kecerdasan adversitas yang dimiliki karyawan maka semakin tinggi keterlibatan kerja. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan adversitas yang dimiliki karyawan maka semakin rendah pula keterlibatan kerja yang dimiliki karyawan PT. Gandum Mas Kencana Kota Tangerang. Hasil penelitian variabel kecerdasan adversitas pada karyawan tetap PT. Gandum Mas Kencana Kota Tangerang berada pada kategori tingkat kecerdasan 126

adversitas yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada karyawan yang memiliki kecerdasan adversitas yang sangat rendah dan rendah pada karyawan PT. Gandum Mas Kencana, 80% karyawan berada pada kategori kecerdasan adversitas yang tinggi, dan 20% karyawan berada pada kategori kecerdasan adversitas sangat tinggi. Skor empirik mendapatkan rata-rata (mean) dengan skor 120.25 berada pada antara rentang skor 37 sampai 148. Berdasarkan mean pada skor empirik tersebut dapat dikatakan bahwa karyawan tetap PT. Gandum Mas Kencana Kota Tangerang cenderung memiliki kecerdasan adversitas yang tinggi. Hasil penelitian variabel keterlibatan kerja menunjukkan bahwa bahwa tidak ada karyawan PT. Gandum Mas Kencana yang memiliki keterlibatan kerja sangat rendah dan rendah, 75% karyawan berada pada kecenderungan keterlibatan kerja yang tinggi dan 25% karyawan berada pada kategori yang memiliki keterlibatan kerja sangat tinggi. Skor empirik mendapatkan rata-rata (mean) dengan skor 100.75 berada pada antara rentang skor 31 sampai 124. Berdasarkan mean pada skor empirik tersebut dapat dikatakan bahwa karyawan tetap PT. Gandum Mas Kencana Kota Tangerang cenderung memiliki keterlibatan kerja yang tinggi. Mohapatra dan Sharma (2010) mengenai keterlibatan kerja karyawan dan prediktor perusahaan pada sektor publik di India menyatakan bahwa memberikan penghargaan berupa gaji, tunjangan, dan bonus dapat meningkatkan keterlibatan kerja pada karyawan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Harter, Schmidt, & Hayes (2002) penelitian ini dilakukan pada 7.939 dalam 36 perusahaan yang mengemukakan bahwa keterlibatan kerja berhubungan dengan hasil kinerja karyawan, meningkatkan kepuasan pelanggan, profitabilitas, dan produktivitas karyawan, serta menurunkan tingkat turnover karyawan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Istiqomah, Widyarini, dan Silviandari (2013) juga menunjukkan bahwa psychological capital dan organizational-based self-esteem secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh terhadap keterlibatan kerja. Adanya kepercayaan diri (self-efficacy), atribusi positif (optimism), harapan (hope), dan ketahanan (resilience) akan membuat seseorang dalam menyikapi masalah apapun secara positif, sehingga organizational-based self-esteem pun akan terpengaruh semakin positif dan akan memperkuat keterlibatan kerja. Seseorang yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi memiliki empat dimensi yang dikemukakan oleh Stoltz (2003) yaitu control, ownership, reach, dan endurance. Pemaparan mengenai dimensi kecerdasan adversitas yang dikemukakan oleh Stoltz (2003) sejalan dengan apa yang dikemukakan Bakker dan Demerouti (2007) mengenai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keterlibatan kerja yaitu sumber daya pribadi (personal resources). Personal resources adalah evaluasi diri positif yang terkait dengan ketahanan dan mengacu pada rasa individu dari kemampuan mereka untuk mengendalikan dan memberikan dampak yang baik pada lingkungan mereka (Hobfoll, Johnson, Ennis, & Jackson, 2003). Personal resources merupakan aspek diri dan pada umumnya dihubungkan dengan kegembiraan dan perasaan bahwa diri mampu memanipulasi, mengontrol dan memberikan dampak pada lingkungan sesuai dengan keinginan dan kemampuannya (Demerouti, Bakker, Nachreiner, & Schaufeli, 2001). Hal ini dapat disimpulkan bahwa dimensi kecerdasan adversitas antara lain, control, ownership, dan endurance termasuk kedalam personal resource, karena dengan dimensi tersebut kecerdasan adversitas yang dimiliki individu akan terbentuk dengan sempurna. Hal ini akan membuat individu terikat dengan pekerjaannya meskipun dihadapkan kesulitan, namum individu mampu mengatasi kesulitannya dengan kecerdasan yang 127

dimilikinya untuk mengontrol dirinya agar tetap fokus, berkonsentrasi penuh dengan pekerjaannya dan enggan meninggalkan pekerjaan sebelum menyelesaikannya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan adversitas dan keterlibatan kerja pada karyawan PT. Gandum Mas Kencana (r xy = 0,62; p < 0,001). Hasil penelitian ini dapat diartikan sebagai semakin tinggi kecerdasan adversitas yang dimiliki karyawan maka semakin tinggi keterlibatan kerja, dan sebaliknya. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima. DAFTAR PUSTAKA Bakker, A. B. & Demerouti, E. (2007). Towards a model of engagement. Journal Career Development International. 13, 209-223. Bakker. A. B. & Leiter, M. P. (2010). Work engagement: Handbook of essential teory and reasearch. New York, NY: Psychology Press. Demerouti, E., Bakker, A. B., Nachreiner, F., & Schaufeli, W. B. (2001). The job demands-resources model of burnout. Journal of Applied Psychology, 86, 499-512. Hariandja, M. & Hadiwati, Y. (2007). Manajemen sumber daya manusia: pengadaan, pengembangan, pengkompesian dan peningkatan produktifitas pegawai. Jakarta: PT. Grasindo. Harter, J. K., Schmidt, F. L., & Hayes, T. L. (2002). Business-unit-level relationship between employee satisfaction, emloyee engagement and business outcomes: A meta-analysis. Journal of Applied Psychology, 87, 268-278. Hobfoll, S. E., Johnson, R. J., Ennis, N., & Jackson, A. P. (2003). Resource loss, resource gain, and emotional outcomes among inner city women. Journal of Personality and Social Psychology, 84, 632 643. doi: 10.1037/0022-3514.84.3.632. Istiqomah, Y., Widyarini, I., & Silviandari, I. A. (2013). Pengaruh psychological capital dan organizational-based self esteem terhadap work engagement. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya Malang. Margaretha, M. & Saragih, S. (2008). Employee engagement: Upaya peningkatan kinerja organisasi. The 2nd National Conference UKWMS. 128

Mohapatra, M., & Sharma, B. R. (2010). Study of employee engagement and its predictors in an indian public sector undertaking. Global Business Review June 2010, 11, 281-301. Nugraha, R. A. (2011). Pengaruh pelatihan kecerdasan adversitas terhadap motivasi berprestasi pada siswa kelas X di SMA Negri 8 Surakarta. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sebelas Maret. Saks, A. M. (2006). Antecedents and consequences of employee engagement. Journal of Managerial Psychology, 26, 600-619. Stoltz, P. G. (2003). Adversity quotient at work: Mengatasi kesulitan di tempat kerja, mengubah tantangan sehari-hari menjadi kunci sukses anda. Alih Bahasa: Alexander Sindoro. Jakarta: Interaksara. Stoltz, P. G. (2005). Adversity quotient: Mengubah hambatan menjadi peluang. Alih Bahasa: Hermaya. Jakarta: Grasindo. Wyatt, W. (2008). Global work Arttitudes Report. Diunduh dari http://www.watsonwyatt.com/research/pdfs/2007-us-0298.pdf, pada tanggal 20 Mei 2014. 129