TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Asrama Polisi Bojong Kota Tasikmalaya Terletak di Propinsi Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

FAKTOR KEPATUHAN MAHASISWA DAN KARYAWAN TERHADAP PERATURAN KAWASAN TANPA ROKOK DI LINGKUNGAN KAMPUS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK LAPORAN AKHIR PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 18

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

Hubungan Terpaan Gambar Bahaya Merokok pada Bungkus Rokok dan Motivasi dari Pasangan Terhadap Upaya untuk Berhenti Merokok

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

Deni Wahyudi Kurniawan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

PERBANDINGAN KEPUASAN ANTARA PASIEN ASKES DAN PASIEN JAMKESMAS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP DR.KARIADI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Bahaya Merokok dengan Tahapan Usaha Henti Rokok pada Mahasiswa Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih*

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. impotensi, emfisema, dan gangguan kehamilan (Pergub DIY, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

Transkripsi:

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian syarat mencapai derajat sarjana program strata-1 kedokteran umum RIZKIA AMALIA SOLICHA G2A 008 166 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2012

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang Disusun oleh RIZKIA AMALIA SOLICHA G2A 008 166 Telah disetujui Semarang, Agustus 2012 Pembimbing 1 Pembimbing 2 dr. Santosa, SpF dr. Noor Wijayahadi, MKes, PhD NIP 194910271979011001 NIP 196406301996031001 Penguji Ketua Penguji dr. Gatot Suharto, SH, SpF, Mkes dr. Dodik Pramono,M.SiMed NIP 195202201986031001 NIP 196804271996031003

ABSTRAK Latar Belakang : Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang tidak sehat. Setiap kali menghirup asap rokok, baik sengaja atau tidak sengaja, berarti juga menghisap ribuan racun. Oleh sebab itu di rumah sakit, diberlakukan aturan Kawasan Tanpa Rokok, yaitu ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, dan atau penggunaan rokok. Tujuan Penelitian : Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap pada pengunjung di lingkungan RSUP Dr. Kariadi. Metode Penelitian : Desain studi adalah penelitian observasional yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling dan didapatkan jumlah responden sebanyak 90 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Hasil Penelitian : Sebanyak 38.9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik dan 48.9% cukup. Dari seluruh responden, ada 85.6% responden bersikap patuh, sedangkan 14.4% nya tidak. Analisis hubungan antara keduanya didapatkan nilai signifikan p adalah 0.001 Kesimpulan : Kategori tingkat pengetahuan kategori baik dan sikap patuh memiliki prosentase lebih besar dibanding kategori kurang, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mematuhi aturan yang berlaku. Kata Kunci : tingkat pengetahuan, sikap, kawasan tanpa rokok.

PENDAHULUAN Rokok telah menjadi benda kecil yang paling banyak digemari. Merokok telah menjadi gaya hidup bagi banyak pria dan wanita, bahkan anak-anak dan kaum remaja. Kebiasaan merokok telah mengakibatkan banyak penyakit dari gangguan pernapasan hingga kanker. 1 Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker esofagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. 1. Bahkan WHO tahun 2008 telah menyebutkan bahwa angka kematian berkaitan dengan akibat asap rokok 5,4 juta pertahun dapat meningkat hingga 8 juta pertahun dengan jumlah perokok mencapai 1,3 milyar orang pada tahun 2030 dan 70% diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. 2 Kebiasaan merokok merupakan gaya hidup yang merugikan kesehatan, hampir semua perokok memulai mengenal rokok pada usia muda. Setiap jam ada 560 orang mati atau 8,4 juta pertahun mati akibat rokok. Di Indonesia 52,9 % laki-laki merokok dan 3,2 % perempuan merokok. 3 Untuk mengatasi hal itu, maka Kementrian Kesehatan mengharapkan para Gubernur segera mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di wilayah kerja masing-masing. 4 Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, dan atau penggunaan rokok. 5 Pada Undang-Undang no 36 tahun 2009 pasal 115 tentang Kesehatan disebutkan dimana saja Kawasan Tanpa Rokok berlaku. Nomor satu adalah fasilitas pelayanan kesehatan. 6 Salah satunya RSUP Dr. Kariadi Semarang. Yaitu melalui Surat Keputusan Direktur Utama pada tanggal 22 Desember 2011 telah menetapkan RSUP Dr. Kariadi sebagai rumah sakit Kawasan Tanpa Rokok. 7 Namun tidak semua masyarakat pengunjung rumas sakit tahu dan mau mematuhi aturan tersebut.

Melihat hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan dan sikap pengunjung rumah sakit tentang kawasan tanpa rokok serta bagaimana hubungan antara keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan, menilai sikap pengunjung di poliklinik penyakit dalam mengenai aturan kawasan tanpa rokok dan bahaya merokok serta menganalisa bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang peraturan Undang-Undang no 36 tahun 2009 pasal 115 di kalangan pengunjung RSUP Dr. Kariadi Semarang dan agar dapat bersikap mematuhi adanya Kawasan Tanpa Rokok dan ikut serta dalam kampanye anti rokok. METODE Penelitian ini dilakukan di poliklinik penyakit dalam subspesialis pulmonologi RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Mei hingga Juli 2012. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengaan pengisian kuesioner dengan surat persetujuan dari responden. Sampel dari penelitian ini adalah sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu : pria, bersedia dilibatkan dalam penelitian dan tidak buta huruf. Variabel bebas penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dengan skala ordinal dengan hasil ukur: 0.(Kurang,jika menjawab benar<56%) ; 1.(Cukup, jika menjawab benar 56-75%) ; 2. (Baik,jika menjawab benar >75%). Variabel tergantung adalah sikap yaitu kepatuhan. Menggunakan skala nominal dengan hasil ukur: 0. Tidak Patuh ;1. Patuh Data yang didapat dari kuesioner berupa karakteristik responden, tingkat pengetahuan dan sikap responden mengenai kawasan tanpa rokok. Seluruh data dianalisa menggunakan uji Chi-square.

HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian, didapatkan jumlah sampel sebanyak 90 responden. Berdasarkan keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi : usia, pendidikan, pekerjaan, sikap dan pengetahuan responden. Tabel 1. Usia responden Usia Frekuensi % < 20 tahun 10 11,1 20 35 tahun 35 38,9 > 35 tahun 45 50,0 Total 90 100 Tabel 2. Pendidikan Pendidikan Frekuensi % Dasar 19 21,1 Menengah 38 42,2 Tinggi 33 36,7 Total 90 100 Tabel 3. Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi % Tidak bekerja 20 22,2 Petani atau buruh 6 6,7 Wiraswasta/Swasta 44 48,9 PNS 20 22,2 Total 90 100

Tabel 4. Pengetahuan Pengetahuan Frekuensi % Baik 35 38,9 Cukup 44 48,9 Kurang 11 12,2 Total 90 100 Berdasarkan data yang didapat, 35 orang (38,9%) merupakan responden berpengetahuan baik, sedangkan responden berpengetahuan cukup berjumlah 44 rorang (48,9%) dan responden berpengetahuan kurang sebesar 11 orang (12,2%). Tabel 5. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Kawasan Tanpa Rokok Pengetahuan Patuh Sikap Tidak patuh N % n % Baik 33 94,3 2 5,7 0,001 Cukup 40 90,9 4 9,1 Kurang 4 36,4 7 63,6 p Tabel 6. Sikap terhadap aturan kawasan tanpa rokok Sikap Frekuensi % Patuh 77 85,6 Tidak patuh 13 14,4 Total 90 100

PEMBAHASAN Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, dan atau penggunaan rokok. Berbeda dengan istilah Kawasan Terbatas Merokok (KTM) dimana masih diberikan ruangan khusus guna perokok yang ingin menghisap rokoknya agar tidak mengganggu masyarakat yang lain. Sesuai yang tertuang dalam UUD 1945 bab X A tentang Hak Asasi Manusia, bahwa setiap orang berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya 8,maka setiap individu berhak untuk mendapat perlindungan dari paparan asap rokok yaitu dengan diberlakukannya KTR dan KTM. Pengetahuan tentang rokok dan kawasan tanpa rokok yang tertuang dalam Undang-Undang no 36 tahun 2009 pasal 115 tentang Kesehatan, menunjukkan 35 orang (38,9%) merupakan responden berpengetahuan baik, sedangkan responden berpengetahuan cukup berjumlah 44 orang (48,9%) dan responden pengetahuan kurang sebesar 11 orang (12,2%). Menurut Soekidjo Notoatmodjo, pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Antara lain : umur, pendidikan, pekerjaan dan paparan informasi yang diperoleh dari masing-masing individu. 9 Mengingat pada tabel di atas bahwa (11,1%) dari seluruh responden berumur kurang dari 20 tahun; (38,9%) berumur antara 20-35 tahun dan (50%) berusia lebih dari 35 tahun, dimana menurut Notoatmodjo semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih tinggi pada saat berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa. Dari hasil pengisian kuesioner pada responden, sikap terbanyak pada jawaban pengunjung rumah sakit adalah menunjukkan patuh terhadap aturan kawasan tanpa rokok, yaitu sebesar 77 orang dari 90 responden (85,6%) sedangkan sikap tidak patuh terhadap aturan kawasan tanpa rokok di rumah sakit sejumlah 13 responden atau (14,4%). Pada sebagian besar orang di kelompok

responden yang memiliki sikap tidak patuh terhadap aturan kawasan tanpa rokok mengaku belum pernah melihat adanya larangan tersebut pada rumah sakit dan sebagian lagi mengaku bahwa baru kali pertama mengunjungi rumah sakit Dr.Kariadi. Hasil dari analisis dengan menggunakan korelasi chi square pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap pengunjung di lingkungan RSUP Dr. Kariadi tentang kawasan tanpa rokok dengan nilai p=0,001. Hasil dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa, pengunjung yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan mau mematuhi aturan kawasan tanpa rokok memiliki jumlah yang jauh lebih banyak (33 responden) dibandingkan pengunjung yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan sikap tidak patuh (7 responden). Sehingga, tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perubahan sikap. Karena sikap dipengaruhi oleh komponen afektif dan kognitif, komponen afektif selalu berhubungan dengan komponen kognitif. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat pada keadaan tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu berubah. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa berhubungan terhadap suatu objek yang dapat dipelajari dan sikap dapat berkaitan dengan suatu objek. SIMPULAN Tingkat pengetahuan pengunjung RSUP Dr.Kariadi mengenai kawasan tanpa rokok termasuk dalam kategori cukup. Dari seluruh responden, 85,6% mematuhi aturan yang berlaku. Selain itu, dari hasil uji analisis didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap pengunjung mengenai kawasan tanpa rokok.

SARAN Dalam upaya meningkatkan kesehatan di lingkungan rumah sakit, khususnya RSUP Dr.Kariadi terhadap bahaya merokok maupun bahaya dari asap rokok sebaiknya setiap lapisan masyarakat, keamanan maupun petugas kesehatan turut mengawasi ketertiban dari adanya aturan kawasan tanpa rokok. Serta memberikan sanksi jika ada yang melanggar peraturan tersebut, dengan demikian diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan konsumsi rokok. Sajian mengenai bahaya merokok juga penting untuk ditampilkan, agar para pengunjung dapat menyadari bahwa rokok dapat menurunkan kualitas kesehatan diri dan orang disekitarnya. Dan untuk selanjutnya diharapkan adanya penelitian-penelitian lain dengan menperhatikan berbagai kekurangan yang ada pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Skurnik Y, Shoenfeld Y. Health effects of cigarette smoking. Clin Dermatol. 1998; 16:545-56 2. World Health Organization (WHO): The WHO report on the global tobacco epidemic, The MPOWER package. Geneva, Switzerland: World Health Organization, 2008. 3. http://www.lenterabiru.com/2009/10/rokok-kesehatan-kanker-paru-penyakitsesak.htm 4. Prevalensi penduduk yang merokok. Available from: bppsdmk.depkes.go.id/ diakses pada tanggal 10 Januari 2012. 5. Peraturan Pemerintah RI no.19 th 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan 6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Lembaran Negara RI No 1441 Tahun 2009. Cetakan pertama,mei. Surabaya :Anfaka Perdana. 2011

7. Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi Nomor: KP.08.02/I.IV/2332/2011 8. Undang-Undang Dasar 1945. Cetakan pertama, Agustus. Jakarta : Sinar Grafika.2002 9. Notoatmodjo Soekidjo, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003