BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan biologis seorang perempuan menjelang dewasa di mulai dari periode pubertas dimana hormone seksual mulai mempengaruhi tubuh. Dan di mulainya sesaat proses pematangan alat-alat seksual. Hormon estrogen dan progesterone berpengaruh terhadap perkembangan payudara dan mempengaruhi mempengaruhi ciri khas perempuan, Oleh karena itu wanita dapat mengetahui kelainan payudara, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya, karena besar sekali pengaruhnya terhadap psikologi perempuan, (Hawari, 2004). Bentuk dan ukuran payudara mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Perubahan payudara besar, kecil atau terlihat kendur akan terjadi berdasarkan usia wanita. Saat masih produktif wanita khawatir mengenai ukuran dan bentuk payudaranya, sedangkan setelah menopause lebih memikirkan mengenai risiko kanker payudara. Payudara sendiri tidak mengandung otot, melainkan terdiri dari jaringan ikat, jaringan lemak dan jaringan padat yang meliputi kelenjar penghasil susu disebut dengan lobulus dan saluran untuk mengalirkan susu, ( http://info-dewasa.com/kesehatan-payudara-wanita-menurut-usianya./ diakses tanggal 5 maret, 2011). Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. Kelenjar ini bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama masa menyusui. Setiap bola
memberikan makanan ke dalam pembuluh tunggal lactiferous yang mengalirkannya keluar melalui puting susu. Sebagai hasilnya, terdapat 15-20 saluran puting susu, mengakibatkan banyak lubang pada puting susu (Mykey, 2009). Pertumbuhan dan perkembangan payudara pada seorang wanita menjadi perhatian yang serius karena banyak masalah yang mungkin timbul akibat kelainan pada payudara, misalnya kanker payudara (ca mamae), tumor dan sebagainya. Berdasarkan data dari American Cancer Society pada tahun 2007 di Amerika Serikat terdapat sebanyak 1.444.920 kasus baru kanker payudara invasif dan 559.650 kematian akibat kanker payudara (American Cancer Society, 2007). Survei yang dilakukan sekolah kedokteran Dunedin Selandia Baru menyebutkan bahwa skrining yang dilakukan pada wanita usia 50-69 tahun terbukti mengurangi angka kematian akibat kanker payudara sebanyak 6-8 persen atau 20-34 pasien. Skrining yang dilakukan pada usia lebih muda (mulai 45 tahun) diperkirakan mencegah 1-7 kematian pasien (Sindo, 2008). Di Indonesia kurva angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun dan yang paling tinggi pada kelompok usia 45-66 tahun (Haryono, 2008). Berdasarkan data dari SIRS (sistem informasi di rumah sakit) di Indonesia tahun 2007 kejadian kanker payudara sebesar 8.227 kasus (16,85%), survey yang dilakukan yayasan kesehatan payudara di Jakarta tahun 2005 menunjukan 80% masyarakat tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan dini payudara, sebanyak 11,5% paham dan 8,5% tidak tahu (Ariestiani, 2010). Di Jatim tahun 2009 (dari beberapa rumah sakit percontohan) jumlah penderita kanker serviks (leher rahim) cukup tinggi dan menempati urutan pertama dengan jumlah 1.185 orang yang rawat inap dan 694 orang menjalani rawat jalan. Jumlah kanker payudara yang rawat inap sebanyak 1069 orang dan yang menjalani rawat jalan 970 0rang.
Tahun 2010 belum ada data yang valid karena belum genap 1 tahun namun diperkirakan dibandingkan tahun 2009 jumlah itu semakin meningkat tahun 2010. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sangat bermanfaat bagi para wanita usia dewasa awal. SADARI dapat mengetahui kelainan payudara sedini mungkin, lebih cepat mendeteksi kanker payudara stadium dini sehingga mampu menyelamatkan jiwa para wanita. Pemeriksaan payudara sendiri maka akan semakin mengenal dan memahami area serta kondisi payudaranya, sehingga akan meningkatkan status kesehatan khususnya kesehatan payudara. SADARI sangat potensial untuk identifikasi dan pengobatan kanker payudara sangat penting untuk mempercayakan metode skrining kanker payudara tidak hanya dengan satu metode tetapi dengan beberapa metode pemeriksaan klinik dengan mamografi setiap tahun dilengkapi dengan SADARI tidak hanya meningkatkan kefamiliaran terhadap payudara tetapi juga berguna untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Deteksi dini kanker belum populer di Indonesia karena selain ketidaktahuan, ketidakpedulian dan ketidakmampuan finansial, banyak anggota masyarakat yang takut menghadapi kenyataan (Handayani, 2001). Metode Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat digunakan untuk deteksi dini kanker payudara. Menurut American Cancer Society menganjurkan untuk wanita yang berusia diatas umur 20 tahun melakukan SADARI setiap bulan. Usia 35-40 tahun melakukan mammografi, di atas 40 tahun melakukan check-up pada dokter ahli, lebih dari 50 tahun check-up rutin dan mammografi setiap tahun (Asrul, 2008) dan terbaik melakukan mammografi adalah seminggu setelah menstruasi. Deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara adalah terobosan yang inovatif dalam pembangunan kesehatan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian.
Pemeriksaan payudara secara rutin dan teratur adalah salah satu cara untuk mencegah penyakit kanker payudara. Pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja, untuk mendeteksi tanda-tanda dini. Seorang wanita dapat memeriksa payudara sendiri (SADARI) pada saat mandi dengan menggunakan jari-jari tangan sehingga dapat menentukan benjolan pada lekukan halus di payudaranya. Pemeriksaan payudara sendiri salah satu hal penting dalam menjaga kesehatan payudara dengan mewaspadai payudara dari segala kelaianan, terutama yang berkaitan dengan benjolan pada payudara. Kanker payudara umumnya ditemukan pada stadium lanjut akibat kelalaian penderita dalam mendeteksi benjolan ataupun kelainan pada payudaranya. Kanker payudara stadium lanjut membawa dampak yang besar kepada penderita yakni, biaya pengobatan yang sangat mahal dan menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi. Padahal kemungkinan sembuh tentu akan semakin besar bila benjolan kanker terdeteksi lebih awal (Nurcasanah, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Kelurahan Merjosari didapatkan data survey mengenai jumlah Wanita Usia Subur berumur 15-49 tahun di wilayah Puskesmas sebanyak 18.343 orang, Maka dari pemaparan diatas, peneliti bermaksud mengambil responden Wanita Usia Subur berumur 20-45 tahun yang berada di wilayah Kelurahan Merjosari. Berbagai pertimbangan yaitu jumlah porsentase WUS yang meningkat dan peneliti mendapatkan informasi dari petugas kesehatan setempat tidak pernah memberikan informasi mengenai Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) kepada Wanita Usia Subur. Hasil wawancara pada masyarakat setempat ada beberapa wanita yang terkena kanker payudara yang berada di wilayah puskesmas Dinoyo Malang dan kurang mengetahui akan pentingnya pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Berdasarkan penjabaran tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kelurahan Merjosari dan memberikan informasi tentang pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri kepada Wanita Usia Subur cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya kanker payudara sejak dini. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara tingkat pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan perilaku aktif SADARI pada Wanita Usia Subur. dan penelitian ini Sangat penting untuk dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Sebagaimana yang telah dibahas pada latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan WUS tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Wilayah Puskesmas Dinoyo Malang? 2. Bagaimana gambaran Perilaku Aktif WUS tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Wilayah Puskesmas Dinoyo Malang? 3. Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan perilaku aktif SADARI pada WUS di Wilayah Puskesmas Dinoyo Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dengan perilaku aktif SADARI di wilayah Puskesmas Dinoyo Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan WUS tentang SADARI. 2. Untuk mengidentifikasi perilaku aktif WUS dalam melakukan SADARI. 3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku aktif WUS dalam melaksanakan SADARI. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat Masyarakat dapat mengetahui tentang arti SADARI, manfaat SADARI, masyarakat dapat melakukan dan mempraktikan SADARI secara rutin dan teratur dan dapat melakukan pencegahan sejak dini. 1.4.2 Bagi petugas Kesehatan Petugas kesehatan mengetahui tingkat pengetahuan WUS tentang SADARI. Sehingga dapat memberikan penyuluhan tentang cara melakukan SADARI dan pemeriksaan SADARI dan dapat dilakukan pencegahan sejak dini 1.4.3 Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai Hubungan antara tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) dengan Perilaku aktif SADARI dan dapat dilakukannya pencegahan kanker payudara sejak dini Sehingga menurunnya angka kejadian Ca Mamae. 1.4.4 Bagi perawat Diharapkan bagi Perawat dapat berperan dalam menginformasikan Dan mengajarkan pada semua Wanita Usia Subur tentang praktek Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).
1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan jurnal yang didapat oleh peneliti yaitu tentang Breast cancer prophylaxis among nurses, (Wiad Lek, 2004) hasil penelitian menunjukan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengetahuan perawat dari profilaksis kanker payudara dan berbagai penggunaannya untuk diri mereka sendiri. Penelitian ini dilakukan di antara 193 perawat mengambil bagian dalam program kualifikasi dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63% perawat tahu tentang deteksi dini kanker payudara. Hampir 50% perawat melakukan kontrol secara teratur tetapi sayangnya, tidak semua dari mereka melakukannya dengan benar. Hanya 38% dari peserta diperiksa di klinik rawat jalan. 33% memiliki mamografi dan payudara 41%'s USG. Jurnal lain yang membahas tentang pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri yaitu yang berasal dari Asian Pac J Cancer Prev. (Oktober, 2009). memaparkan bahwa perempuan Malaysia dalam studi kohort menunjukan bahwa tingkat pengetahuan tentang kanker payudara sangat rendah. Implikasi klinis untuk melawan kesulitan dalam pengobatan dan untuk perubahan Informasi tentang cara yang diberikan untuk memudahkan para wanita dalam peran aktifnya untuk melakukan perawatan payudara sendiri. Usaha untuk menyebarluaskan informasi dasar guna meningkatkan pengetahuan wanita dan berkontribusi dalam penyempitan kesenjangan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Yenny Chandra (2009), gambaran pengetahuan wanita tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di Kelurahan Petisah Tengah. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah gambaran pengetahuan tentang SADARI yaitu sebagai variabel bebas dan deteksi dini kanker payudara sebagai variabel terikat. Kesimpulan penelitian tersebut bahwa tingkat pengetahuan di Kelurahan Petisah Tengah terbanyak berada dalam kategori sedang sebanyak 80 responden (73,4%), sedangkan tingkat pengetahuan terendah berada pada kategori buruk sebanyak 12 responden (11,1%), selebihnya berada pada kategori baik sebanyak 17 responden (15,6%). Jadi penelitian ini ditinjau dari segi karakteristik usia, tingkat pendidikan dan status pernikahan. Perbedaan antara penelitian Yenni Chandra (2009) dengan penelitian yang akan dilakukan adalah responden dan perilaku aktifnya. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah hubungan antara tingkat pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri sebagai variabel bebas dan perilaku aktif SADARI pada WUS sebagai variabel terikat. Sedangkan responden yang akan diteliti adalah Wanita Usia Subur di Kelurahan Merjosari. 1.6 Batasan Penelitian 1. Peneliti hanya meneliti tentang tingkat pengetahuan SADARI dengan perilaku aktif SADARI pada WUS. 2. SADARI yang dimaksudkan disini yaitu pemeriksaan payudara sendiri bagian penting dari perawatan kesehatan yang dapat melindungi para wanita dalam resiko kanker payudara. 3. Responden dalam penelitian ini adalah Wanita Usia Subur di Kelurahan Merjosari.
1.7 Batasan Istilah Penelitian 1. Tingkat pengetahuan Merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). 2. SADARI SADARI adalah periksa payudara sendiri yang dilakukan secara rutin setiap bulan setelah menstruasi atau upaya untuk menetapkan adanya tumor atau tidak dalam payudara yang dilakukan dengan perabaan. 3. Perilaku aktif Perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berupa tindakan yang nyata contohnya: melakukan penyuluham tentang SADARI agar wanita bisa melakukan SADARI dengan benar dan teratur, penerapan pelaksanaan SADARI sesuai jadwal dengan baik dan benar dan membaca buku tentang pelaksanaan SADARI. 4. Wanita Usia subur. Wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun.