BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN orang orang orang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

GAMBARAN KEPRIBADIAN HARDINESS PADA PENDERITA HIV/AIDS

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat hal tersebut menjadi semakin bertambah buruk.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. (HIV-AIDS) merupakan masalah kesehatan global karena penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. masih sering terjadi. Seorang perempuan bernama Mairinda yang kini menjabat

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat

Ibu rumahtangga merupakan istilah yang digunakan untuk. menggambarkan seseorang yang telah menikah serta menjalankan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu jenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan beberapa penyakit yang muncul karena menurunnya kekebalan tubuh manusia yang disebabkan dari infeksi HIV. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau ARV untuk menuruknkan jumlah virus HIV dalam tubuh agar tidak masuk dalam stadium AIDS. Orang yang sudah terjangkit AIDS membutuhkan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik atau berbagai macam penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dengan berbagai macam komplikasinya (Departemen Kesehatan R.I, 2014). Tahun 2013 terdapat 35 juta orang dengan HIV di seluruh dunia yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak dengan usia <15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2013 sebanyak 2,1 juta meliputi 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak dengan usia <15 tahun. Sedangkan kasus kematian yang diakibatkan oleh AIDS sebesar 1,5 juta meliputi 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak dengan usia <15 tahun (Departemen Kesehatan, 2014). Hampir 5 juta orang hidup dengan HIV di Asia Selatan, Asia Timur 1

2 dan Asia Tenggara. Walaupun jumlah tersebut tergolong kecil dibandingkan dengan Afrika, namun penyakit ini masih menjadi ancaman. Menurut data Badan Amal Inggris dalam bidang HIV/AIDS menunjukkan, masing-masing negara di Asia menghadapi situasi yang berbeda-beda. Namun, kemajuan sudah banyak dilakukan di negara Kamboja, Myanmar dan Thailand yang mengalami penurunan sebesar 25% di tahun 2001-2011 (Syarifah, 2014). Pada tahun 1987 di Indonesia, pertama kali HIV/AIDS ditemukan di Bali. Hingga pada tahun 2014, kasus HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten /kota di seluruh provinsi di Indonesia (Departemen Kesehatan R.I, 2014). Indonesia pada tahun 2015, menurut Kemenkes RI estimasi dan proyeksi jumlah orang dengan HIV/AIDS sebesar 735.256 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 85.523 orang. Kecenderungan penemuan kasus baru HIV/AIDS di Indonesia cenderung meningkat di tahun 2013. Menurut laporan provinsi, jumlah kasus HIV yang dilaporkan pada tahun 1987 hingga September 2014 terbanyak di provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 32.782 kasus, sedangkan kasus AIDS terbanyak di provinsi Papua sebesar 10.184 kasus. Namun, di tahun 2014 dan 2015 terjadi penurunan kasus AIDS menjadi sebesar 7.875 kasus di tahun 2014 dan di tahun 2015 sebanyak 6.081 kasus. Secara akumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun 2015 sebesar 77.112 kasus. Menurut jenis kelaminnya, presentase kasus baru pada AIDS di tahun 2015 kelompok laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan yaitu laki-laki sebesar 55%

3 dan perempuan sebesar 32% sedangkan sisanya 13% tidak tercantum apa jenis kelaminnya. Menurut kelompok umur, sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun sebesar 31,8% kemudian pada usia 30-39 tahun sebesar 29,9% dan pada usia 40-49 tahun sebesar 17,1% yang semuanya tergolong dalam kelompok usia produktif yang aktif secara seksual dan termasuk pula kelompok yang menggunakan NAPZA suntik. AIDS dilaporkan bersamaan dengan penyakit penyerta pada tahun 2015 yaitu tuberkulosis, kandidiasis, dan diare yang merupakan penyakit penyerta AIDS paling tinggi sebanyak 275 kasus, 191 kasus, dan 187 kasus pada masing-masingnya (Departemen Kesehatan R.I, 2015). Berdasarkan provinsi, wilayah Jawa tengah pada tahun 2014 menempati urutan ke enam di Indonesia dengan jumlah kumulatif kasus HIV sebesar 9.032 kasus dan AIDS sebesar 3.767 kasus. Sedangkan menurut resume profil kesehatan di kota Surakarta pada tahun 2014 terdapat 18 kasus HIV dan 47 kasus AIDS yang ditemukan (Departemen Kesehatan R.I, 2014). Seorang wanita yang akrab disapa Achi terinfeksi HIV pada tahun 2005. Achi dalam wawancaranya di acara yang digelar oleh Yayasan AIDS Indonesia di Jakarta pada November 2016 lalu menyatakan bahwa ia merasa sangat hancur dan menunggu mati saja. Achi mendapatkan virus HIV dari almarhum suaminya yang telah meninggal dunia karena penyakit HIV di tahun 2005. Semenjak itu, Achi harus berjuang hidup sendiri untuk melawan penyakitnya. Ia juga menderita beberapa penyakit yang

4 menyerangnya seperti tuberkulosis (TB), herpes, dan diare selama tiga bulan. Kondisi tersebut mengharuskannya mengonsumsi ARV yakni obat antiretroviral yang berfungsi menekan perkembangan virus HIV dalam tubuhnya (Desideria, 2016). Selain itu, Puger Mulyono dalam wawancaranya dengan Liputan6.com bulan Desember 2016 lalu di Solo, juga mengatakan bahwa ada anak bayi berusia 1,5 tahun yang diusir dari kampung dan diminta untuk tinggal di hutan oleh para tetangganya karena bayi itu terjangkit HIV/AIDS. Puger adalah seorang juru parkir di Solo yang mengabdikan dirinya di Yayasan Rumah Singgah Lentera Surakarta untuk mengasuh 11 orang anak dengan HIV/AIDS yang diantaranya berusia 1,5 tahun sampai dengan yang paling tua adalah 15 tahun. Anak-anak tersebut adalah yatim piatu karena kedua orang tuanya telah meninggal akibat HIV/AIDS dan mereka juga tidak dirawat oleh anggota keluarganya yang lain dan juga ada yang diusir oleh masyarakat di sekitar mereka karena penyakit yang diderita (Santoso, 2016). Kondisi yang dialami oleh ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) beraneka ragam. Rata-rata, secara fisik mereka seperti orang sehat biasanya. Yayasan Rumah Singgah Lentera menampung beberapa ADHA (Anak dengan HIV/AIDS) yang telah ditelantarkan orang tua mereka atau anggota keluarga mereka yang lain tidak sanggup untuk merawat. Selain ADHA, ada juga ODHA yang juga ditampung di Yayasan Rumah Lentera karena mendapat penolakn dari keluarga ataupun lingkungan sekitar tetapi

5 ada juga yang mengabdi untuk merawat ADHA. Walaupun lingkungan sekitar rumah singgah tidak dapat menerima kehadiran mereka, namun para penghuni rumah singgah ini tetap berusaha untuk menjalin komunikasi seperti menyapa jika bertemu dan hadir di acara-acara kampung. Bahkan sudah berulang kali rumah singgah harus berpindah lokasi karena menerima penolakan dari masyarakat sekitar yang merasa takut untuk tertular dan mencemari lingkungan di sekitar rumahnya. Sesaat setelah didiagnosa HIV/AIDS, penderita memiliki keinginan untuk memberitahukan kabar tersebut kepada orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan pasangan. Namun, reaksi yang diberikan kepada penderita terkadang positif dan bermanfaat tetapi juga tidak sedikit yang mendapatkan kekecewaan atau melebihi dari itu. Salah satu yang terburuk adalah sikap diskriminasi yang didapatkan dari orangorang terdekat penderita. Suzana, salah satu ODHA menyatakan bahwa masyarakat pada umumnya tidak mengerti pada masalah yang sesungguhnya sehingga mereka bersikap mendiskriminasi para ODHA. Suzana berharap agar masyarakat mau melihat dan berkomunikasi dengan para ODHA seperti biasa dengan cara yang sama yang biasa mereka lakukan dengan orang lain yang hanya terjangkit flu, tanpa rasa takut dan menghakimi (Murni dkk, 2016). Masalah yang muncul pada penderita HIV/AIDS adalah masalah fisik dan masalah sosial. Masalah fisik terjadi akibat kekebalan tubuh yang menurun akibat terjangkit virus HIV/AIDS sehingga penderita juga rentan

6 terkena penyakit lainnya. Sedangkan masalah sosial yang dihadapi penderita cukup memprihatinkan sebagai dampak dari adanya stigma terhadap penyakit HIV/AIDS ini. Masyarakat umum menganggap bahwa penyakit HIV/AIDS ini adalah akibat dari perbuatan yang tidak sesuai dengan moral agama dan bangsa Indonesia seperti perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan seks dengan sesama jenis (homoseksual). Oleh sebab itu, para penderita dianggap pantas mendapatkan hukuman akibat perbuatan tidak bermoral tersebut, yaitu terjangkit virus HIV/AIDS. Stigma yang diberikan masyarakat ini muncul karena pemahaman mereka yang kurang terhadap HIV/AIDS. Penyakit ini dinilai sebagai penyakit yang mematikan dan sangat mudah menular melalui kontak sosial biasa seperti bersalaman dan sebagainya sehingga penderita HIV/AIDS sering dikucilkan dan mendapatkan perilaku diskriminatif dari masyarakat di sekitar mereka (Purnama & Haryanti, 2006). Menurut Holmes (dalam Rozi, 2016) pasien dapat mengalami depresi atau stres akibat masalah sosial tersebut. Masalah sosial itu cukup berpengaruh terhadap motivasi penderita dalam melakukan self care secara adekuat. Hal ini dapat menyebabkan kesehatan fisik dan mental yang menurun pada diri penderita sehingga malas untuk beraktivitas, berkurangnya nafsu makan, tidak ingin berolahraga, dan sulit tidur. Selain itu, depresi yang dialami penderita akan mempengaruhi pula pada kepatuhannya terhadap regimen terapi Anti Retro Viral (ARV) dan obat-obatan profilaksis lainnya yang

7 diperlukan penderita untuk membantunya menjaga kesehatan dan kondisi fisik agar tidak menurun dan tidak memperburuk penyakitnya. Lubis (2009) menyatakan bahwa suatu studi menyimpulkan penderita dengan penyakit akut akan menunjukkan gangguan psikologis salah satunya adalah depresi. Seperti yang diungkapkan oleh Sarafino (1998) bahwa suatu penyakit dan akibat yang diderita dapat menimbulkan perasaan negatif seperti kecemasan, depresi, marah, maupun rasa tidak berdaya yang terus-menerus menyerang pasien yang ternyata dapat memperbesar kecenderungan seseorang terhadap suatu penyakit tertentu. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Yunita dan Ginanjar (2001) mengenai ODHA memfokuskan pada perkembangan status identitas penderita HIV/AIDS yang hasilnya adalah bahwa ODHA mengalami semua reaksi psikologis yang sebagian besar dialami oleh para ODHA seperti terkejut, penyangkalan dan kemarahan, menarik diri dan depresi, membuka diri, mencari teman, status spesial, tingkah laku altruistik, dan pada akhirnya menerima keadaan. Maddi dan Kobasa (2005) menyebutkan bahwa individu dengan kepribadian tahan banting mempunyai kontrol diri, komitmen dan mampu menghadapi tantangan sehingga apabila terjadi perubahan-perubahan di dalam maupun di luar hidupnya akan dilihat sebagai suatu kesempatan untuk tumbuh dan bukan sebagi ancaman bagi dirinya. Dimana hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Nurtjahjanti (2011) yang menjelaskan tentang faktor individu yang memiliki kepribadian tahan banting yaitu individu mampu mengendalikan

8 kejadian yang mereka alami, berkomitmen terhadap aktivitas dalam hidupnya, dan individu yang memperlakukan perubahan yang terjadi dalam hidupnya sebagai suatu tantangan. Studi yang dilakukan Lambert pada tahun 1990 menunjukkan sifat tahan banting mempunyai hubungan yang positif dengan kesejahteraan mental. Menurut studi yang dilakukan Patrice, Nicholas dan Leuner pada tahun 1999 sifat tahan banting juga memiliki hubungan yang positif terhadap kesehatan psikologis dan kepuasan hidup individu (dalam Taheri, Ahadi, dan Kashani, 2014). Selain itu, beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Brooks pada tahun 2003 menunjukkan bahwa sifat tahan banting memiliki hubungan yang positif dengan gangguan fisik dan mental. Nasiri (dalam Khaledian, Babaee, dan Amani, 2016) juga mengungkapkan bahwa belajar meningkatkan sikap tahan banting melalui komitmen, kontrol dan tantangan baik secara terpisah maupun secara kombinasi maka dapat menurunkan tingkat stres. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka diharapkan para penderita HIV/AIDS memiliki kepribadian hardiness dalam menghadapi masalah fisik, mental dan sosial yang mereka hadapi sebagai penyebab dari penyakit yang mereka derita. Sehingga apabila para penderita memiliki kepribadian hardiness mereka mampu menyelesaikan masalah dan menghadapi masalah tersebut tanpa ada tekanan dan stres yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikologis. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah

9 ada kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS dan bagaimanakah gambaran kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS di Surakarta? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS di kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran kepribadian hardiness atau kepribadian tahan banting pada penderita HIV/AIDS di kota Surakarta. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk hardiness atau kepribadian tahan banting yang dimiliki oleh para penderita HIV/AIDS di kota Surakarta. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Peneletian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai kepribadian Hardiness pada penderita HIV/AIDS, serta hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memperluas wawasan tentang kajian dalam ilmu psikologi bidang kepribadian dan sosial.

10 2. Manfaat Praktis Manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian adalah: a. Bagi masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat bagaimana perjuangan yang dilakukan para penderita HIV/AIDS sehingga dapat menghargai perjuangan para penderita HIV/AIDS dalam menjalani hidup di lingkungan sosialnya. b. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan sebagai acuan bagi peneliti lain yang berminat terhadap penelitian tentang para penderita HIV/AIDS.