GAMBARAN KEPRIBADIAN HARDINESS PADA PENDERITA HIV/AIDS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN KEPRIBADIAN HARDINESS PADA PENDERITA HIV/AIDS"

Transkripsi

1 GAMBARAN KEPRIBADIAN HARDINESS PADA PENDERITA HIV/AIDS Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi oleh : Devina Zahra Santoso F PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018 i

2

3

4

5 GAMBARAN KEPRIBADIAN HARDINESS PADA PENDERITA HIV/AIDS ABSTRAK Penderita HIV/AIDS akan mengalami semua reaksi psikologis seperti terkejut, penyangkalan dan kemarahan, menarik diri dan depresi, membuka diri, mencari teman, dan pada akhirnya menerima keadaan. Dalam menghadapi seluruh reaksi psikologis tersebut, individu dengan kepribadian tahan banting yang tinggi akan memiliki kontrol diri, komitmen dan kemampuan menghadapi tantangan sehingga apabila terjadi perubahan-perubahan di dalam maupun di luar hidupnya akan dilihat sebagai suatu kesempatan untuk tumbuh dan bukan sebagai ancaman bagi dirinya. Sifat tahan banting yang dimiliki oleh penderita HIV/AIDS akan memberikan hubungan yang positif dengan gangguan fisik dan mentalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS. Subjek penelitian sebanyak tiga orang yang merupakan penderita HIV/AIDS dengan usia tahun yang tinggal di Yayasan Rumah Singgah Lentera Surakarta. Pencarian subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan kualitatif fenomenologi. Metode pengambilan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur dengan data tambahan menggunakan kuesioner skala kepribadian hardiness. Penelitian ini menggunakan analisis data secara induktif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa gambaran kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS yaitu mampu melibatkan diri dalam aktivitas yang telah dihadapi, mampu mengendalikan beragam tindakan yang diambil, dan mampu melihat suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS yaitu penguasaan pengalaman, perasaan positif, hubungan yang hangat atau mendukung, dukungan sosial, penerimaan diri, rasa ikhlas dan syukur. Kata kunci : Kepribadian hardiness, penderita HIV/AIDS 1

6 ABSTRACT People with HIV / AIDS will experience all psychological reactions such as shock, denial and anger, withdrawal and depression, open up, make friends, and eventually accept the situation. In the face of all the psychological reactions, individuals with high-end personalities will have self-control, commitment and ability to face challenges so that when there are changes in and outside of life it will be seen as an opportunity to grow and not as a threat to itself. The resilience possessed by HIV / AIDS sufferers will provide a positive relationship with the physical and mental disorders. This study aims to determine the description of personality hardiness in people with HIV / AIDS and the factors that influence the formation of personality hardiness in people with HIV / AIDS. Research subjects as many as three people who are HIV / AIDS sufferers with age years who live in Yayasan Rumah Singgah Lentera Surakarta. Subject search is done by using purposive sampling technique. This research uses qualitative approach method of phenomenology. Method of data retrieval used is semi structured interview with additional data using questionnaire of hardiness personality scale. This research uses inductive data analysis. The results of the study show that the personality image of hardiness in HIV / AIDS sufferers is able to involve themselves in activities that have been faced, able to control the various actions taken, and able to see a change that occurs as an opportunity to develop themselves. While the factors that influence the formation of personality hardiness in people with HIV / AIDS is the mastery of experience, positive feelings, warm or supportive relationships, social support, self-acceptance, a sense of sincerity and gratitude. Keywords: Hardiness personality, people with HIV / AIDS 1. PENDAHULUAN HIV atau Human Immunodeficiency Virus yaitu sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Jenis virus yang menyerang sel darah putih ini yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh manusia menurun. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome muncul setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia selama kurang lebih lima hingga sepuluh tahun lamanya. Sistem kekebalan tubuh manusia akan menjadi lemah dan akan mudah muncul banyak penyakit yang menyerang tubuh manusia. Selain itu, penyakit yang muncul akibat kekebalan tubuh yang turun bisa menjadi lebih parah dari biasanya. Sistem kekebalan tubuh manusia berfungsi untuk membuat 2

7 antibodi yang berbeda-beda untuk setiap penyakit atau sesuai dengan kuman yang dilawan oleh antibodi tersebut, termasuk dengan antibodi HIV. Antibodi khusus HIV inilah yang terdeteksi saat hasil tes HIV dinyatakan positif (Murni, Green, Djauzi, Setiyanto, dan Okta, 2016). Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau ARV untuk menuruknkan jumlah virus HIV dalam tubuh agar tidak masuk dalam stadium AIDS. Orang yang sudah terjangkit AIDS membutuhkan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik atau berbagai macam penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dengan berbagai macam komplikasinya (Departemen Kesehatan R.I, 2014). Pada tahun 1987 di Indonesia, pertama kali HIV/AIDS ditemukan di Bali. Berdasarkan provinsi, wilayah Jawa tengah pada tahun 2014 menempati urutan ke enam di Indonesia dengan jumlah kumulatif kasus HIV sebesar kasus dan AIDS sebesar kasus. Sedangkan menurut resume profil kesehatan di kota Surakarta pada tahun 2014 terdapat 18 kasus HIV dan 47 kasus AIDS yang ditemukan (Departemen Kesehatan R.I, 2014). Sejak tahun 1999 penggunaan narkoba dengan jarum suntik telah menjadi faktor utama meningkatnya kasus HIV/AIDS di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Jakarta, Jawa Barat, dan Bali. Infeksi HIV/AIDS menular dari para pengguna narkoba suntik (penasun) kepada mitra mereka yang bukan merupakan pengguna narkoba suntik (non penasun) dan kepada para pekerja seks. Dari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan penggunaan secara bersamaan tersebut, para pengguna narkoba jarum suntik sangat rentan terjangkit virus HIV (Wicaksana, 2009). Melakukan hubungan seks dengan pasangan yang bergonta-ganti dan tanpa menggunakan kondom juga menimbulkan resiko terjangkit HIV (Wicaksana, 2009). Selain itu, kelompok masyarakat yang juga berpotensi HIV adalah status donor darah, bayi dari ibu yang dinyatakan menderita AIDS, pecandu narkotik dan melakukan tindik dengan alat yang terpapar HIV/AIDS, dan mereka yang mempunyai banyak pasangan seks di diskotik atau bar, homoseksual dan heteroseksual, pola hubungan seks keluarga dengan penderita HIV/AIDS positif (pasangan penderita misalnya suami/istri) yang tidak menggunakan pelindung. Menurut penelitian, 3

8 risiko paling tinggi untuk terinfeksi HIV/AIDS yaitu perempuan pekerja seks. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Moscow menemukan 79% dari perempuan pengidap HIV berasal dari kelompok pekerja seks (Villasis-Keever A, Ruiz-Palacios G, 2001). Sesaat setelah didiagnosa HIV/AIDS, penderita memiliki keinginan untuk memberitahukan kabar tersebut kepada orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan pasangan. Namun, reaksi yang diberikan kepada penderita terkadang positif dan bermanfaat tetapi juga tidak sedikit yang mendapatkan kekecewaan atau melebihi dari itu (Murni, Green, Djauzi, Setiyanto, dan Okta, 2016). Fleishman (1998) mengemukakan bahwa orang yang terjangkit HIV/AIDS akan berhadapan dengan situasi dimana dia harus berhadapan dengan hasil tes HIV yang positif, berhadapan dengan stigma dan diskriminasi, menghadapi rasa sakit akut yang terus menerus, dan berhadapan dengan berbagai sistem pelayanan medis, sosial dan hukum yang kompleks yang menghasilkan kecemasan dan hambatan secara berlebihan diluar kemampuan mereka. Masalah yang muncul pada penderita HIV/AIDS selain masalah fisik juga ada masalah sosial. Masalah fisik terjadi akibat kekebalan tubuh yang menurun akibat terjangkit virus HIV/AIDS sehingga penderita juga rentan terkena penyakit lainnya. Sedangkan masalah sosial yang dihadapi penderita cukup memprihatinkan sebagai dampak dari adanya stigma terhadap penyakit HIV/AIDS ini (Purnama & Haryanti, 2006). Masyarakat umum menganggap bahwa penyakit HIV/AIDS ini adalah akibat dari perbuatan yang tidak sesuai dengan moral agama dan bangsa Indonesia seperti perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan seks dengan sesama jenis (homoseksual). Oleh sebab itu, para penderita dianggap pantas mendapatkan hukuman akibat perbuatan tidak bermoral tersebut. Stigma yang diberikan masyarakat ini muncul karena pemahaman mereka yang kurang terhadap HIV/AIDS. Penyakit ini dinilai sebagai penyakit yang mematikan dan sangat mudah menular melalui kontak sosial biasa seperti bersalaman dan sebagainya sehingga penderita HIV/AIDS sering dikucilkan dan mendapatkan perilaku diskriminatif dari masyarakat di sekitar mereka (Purnama & Haryanti, 2006). Seperti yang diungkapkan oleh Sarafino (1998) bahwa suatu penyakit dan 4

9 akibat yang diderita dapat menimbulkan perasaan negatif seperti kecemasan, depresi, marah, maupun rasa tidak berdaya yang terus-menerus menyerang pasien yang ternyata dapat memperbesar kecenderungan seseorang terhadap suatu penyakit tertentu. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Yunita dan Ginanjar (2001) mengenai ODHA memfokuskan pada perkembangan status identitas penderita HIV/AIDS yang hasilnya adalah bahwa ODHA mengalami semua reaksi psikologis yang sebagian besar dialami oleh para ODHA seperti terkejut, penyangkalan dan kemarahan, menarik diri dan depresi, membuka diri, mencari teman, status spesial, tingkah laku altruistik, dan pada akhirnya menerima keadaan. Proses dalam menerima keadaan ini diduga karena adanya faktor kepribadian hardiness yang dimiliki oleh individu dalam menghadapi semua reaksi psikologis yang terjadi. Maddi dan Kobasa (2005) menyebutkan bahwa individu dengan kepribadian tahan banting mempunyai kontrol diri, komitmen dan mampu menghadapi tantangan sehingga apabila terjadi perubahan-perubahan di dalam maupun di luar hidupnya akan dilihat sebagai suatu kesempatan untuk tumbuh dan bukan sebagi ancaman bagi dirinya. Komitmen erupakan kecenderungan untuk melibatkan diri dalam aktivitas yang telah dihadapi individu. Individu yang memiliki komitmen tinggi akan selalu melibatkan diri dalam segala aspek kehidupan seperti hubungan interpersonal. Mereka juga meyakini bahwa perubahan yang terjadi dalam hidup dapat membantu mereka berkembang dan belajar dari pengalaman yang telah diperoleh. Kontrol diri dalam individu merupakan kemampuan untuk mengendalikan beragam tindakan yang diambil. Individu yang memiliki kontrol diri mampu mempengaruhi dan mengendalikan apapun yang terjadi dalam hidupnya. Individu tersebut percaya dirinya mampu menentukan terjadinya sesuatu dalam dirinya sehingga mereka tidak mudah menyerah saat menghadapi tekanan. Sedangkan individu yang mampu menghadapi tantangan mempunyai kemampuan melihat suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri. Melalui pandangan yang terbuka dan fleksibel yang dimiliki, tantangan dipandang sebagai sesuatu yang harus dihadapai dan tidak dapat dipisahkan dari bagian kehidupan. 5

10 Kobasa, Maddi, & Courington (dalam Civitci dan Civitci, 2015) juga menjelaskan bahwa individu yang memiliki hardiness tinggi memiliki rasa ingin tahu yang besar dan cenderung memandang kehidupan mereka itu menarik dan bermakna. Mereka percaya bahwa mereka mampu bertindak sesuai dengan apa yang mereka bayangkan, apa yang mereka katakan dan apa yang mereka ingin lakukan. Mereka menganggap bahwa perubahan yang terjadi memberikan makna dalam hidup, tantangan yang mereka hadapi adalah sebagai suatu yang menarik dan perubahan yang terjadi merupakan rencana kehidupan mereka sehingga mereka tidak mengalami stres dalam menghadapi semua peristiwa di hidupnya. Sebaliknya, menurut Riggio (dalam Evendi & Dwiyanti, 2013), individu yang hardiness-nya rendah kurang mampu mengendalikan dirinya saat menghadapi stres tinggi. Schultz dan Schultz (dalam Nurtjahjanti & Ratnaningsih, 2011) juga menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai hardiness rendah kurang mampu dalam mengendalikan situasi dan memiliki ketidakyakinan dalam kemampuan yang dimiliki sehingga memandang kemampuannya rendah dan tidak berdaya. Oleh sebab itu, individu yang memiliki hardiness yang rendah memiliki pengharapan yang rendah juga, membatasi usahanya dan mudah menyerah saat mengalami kesulitan sehingga mengakibatkan kegagalan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya kepribadian Hardiness menurut Bissonnette (1998), antara lain: a. Penguasaan Pengalaman. Persepsi kontrol terhadap lingkungan di sekitar mengarah kepada perasaan menguasai menjadi sebuah pengalaman hidup. Penguasaan pengalaman tersebut menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil sehingga mengakibatkan meningkatnya kepribadian tahan banting (Brooks dalam Bissonnette, 1998). b. Perasaan Positif. Hubungan orang tua dengan anak yang hangat, peduli, saling mencintai dan memimpin anak-anaknya akan memberikan penilaian diri yang positif bagi anak. Sikap-sikap tersebut mampu manjadikan seseorang melihat dirinya sebagai orang yang dicintai dan berharga bagi orang lain dan dirinya sendiri sehingga menimbulkan persepsi yang positif 6

11 dalam dirinya (Garmezy, Werner, Masten, Seligman dalam Bissonnette, 1998). c. Pola Asuh Orang Tua. Cara orang tua dalam menunjukkan sikap optimis dan pesimis dapat dikaitkan dengan tingkat optimisme pada anak-anaknya. Hubungan yang hangat, positif, dan saling peduli di dalam keluarga yang berguna untuk kesejahteraan anak dan sesuai dengan kebutuhan anak mampu memberikan kontribusi untuk berkembangnya sikap tahan banting pada anak (Fischer dan Leitenberg dalam Bissonnette, 1998). d. Hubungan yang Hangat atau Mendukung. Berdasarkan penilaian kognitif, orang yang keras cenderung lebih sehat dan menganggap hidup sebagai hal yang positif dan menantang. Hal tersebut tidak jauh dari peran keluarga yang memberikan sikap yang hangat dan saling mendukung sehingga konsep keluasan keluarga ini dapat menjadi kontribusi dalam membangun sikap hardiness pada anak (Huang dalam Bissonnette, 1998). Kepribadian hardiness menjadi salah satu hal yang terpenting bagi penderita HIV/AIDS. Studi yang dilakukan Patrice, Nicholas, dan Leuner pada tahun 1999 menunjukkan bahwa sifat tahan banting memiliki hubungan yang positif terhadap kesehatan psikologis dan kepuasan hidup individu (dalam Taheri, Ahadi, dan Kashani, 2014) selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Brooks pada tahun 2003 juga menunjukkan hubungan yang positif dengan gangguan fisik dan mental. Sedangkan Nasiri mengungkapkan bahwa belajar meningkakan sikap tahan banting melalui komitmen, kontrol dan tantangan baik secara terpisah maupun kombinasi mampu menurunkan tingkat stres. (Khaledian, Babaee, dan Amani, 2016). Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah apakah ada kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS dan bagaimanakah gambaran kepribadian hardiness itu. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepribadian hardiness yang dimiliki penderita HIV/AIDS, gambaran kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS dan faktor-faktor yang membentuk kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS. 7

12 2. METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah penderita HIV/AIDS sebanyak 3 orang. Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu penderita HIV/AIDS berusia tahun dan tinggal di Yayasan Rumah Singgah Lentera Surakarta serta bersedia menjadi informan penelitian yang telah dinyatakan di dalam informed concent. Berikut adalah tabel data identitas informan penelitian: Tabel 1. Identitas informan penelitian Subjek Usia Jenis kelamin Status HIV/AIDS Asal HIV/AIDS RSR 35 tahun Perempuan Tahun 2012 Suami pertama P 37 tahun Perempuan Tahun 2014 Suami pertama MM 33 tahun Laki-laki Tahun 2015 Seks bebas sesama jenis Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif fenomenologi yaitu suatu studi untuk memberikan gambaran tentang suatu arti dari pengalamanpengalaman beberapa individu mengenai suatu konsep tertentu (Herdiansyah, 2015). Metode pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur yang bertujuan untuk mengungkapkan pertanyaan penelitian mengenai gambaran kepribadian hardiness pada informan. Pertanyaan dalam wawancara disusun berdasarkan aspek-aspek hardiness yaitu komitmen, kontrol diri, dan juga tantangan. Selain itu, pertanyaan dalam wawancara juga disusun berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kepribadian hardiness pada informan. Tujuan dilakukannya wawancara ini yaitu untuk mengetahui gambaran kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS dan faktor-faktor yang membentuknya. Kemudian, penelitian ini juga menggunakan bantuan skala kepribadian hardiness yang pernah disusun dan diujicobakan oleh Rania Saleh (2011). Skala terdiri dari 50 item yaitu 25 item favorable dan 25 item unfavorable dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (SS), Tidak 8

13 Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala ini mempunyai validitas item bergerak dari 0,275 sampai 0,628 dengan p<0,05 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,901. Skala Kepribadian Hardiness ini bertujuan untuk mengungkapkan pertanyaan penelitian mengenai tingkat kepribadian hardiness pada informan. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga menggunakan analisis data secara induktif yaitu proses pengumpulan data menggunakan gambaran cerita dengan melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-fenomena khusus yang dikelompokkan menjadi satu dan didukung oleh instrumen pengukuran. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS, mengetahui gambaran kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS di Surakarta dan faktor-faktor yang dapat membentuk kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS di Surakarta. Hasil perhitungan skor skala kepribadian hardiness S1 menunjukan bahwa tingkat kepribadian hardiness yang dimiliki oleh S1 tergolong tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara di lapangan yang menunjukkan bahwa gambaran kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS yaitu komitmen para penderita HIV/AIDS yang mampu melibatkan diri dalam aktivitas yang mereka hadapi yakni S1 bersedia menjadi pengasuh di Yayasan Rumah Singgah Lentera karena panggilan hati dan merasa tidak tega melihat anak-anak dengan HIV/AIDS (ADHA) yang ditinggalkan begitu saja oleh keluarga kandungnya. S1 juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti bergabung dalam KDS (Kelompok Dukungan Sebaya), mengikuti kegiatan dari Dinas Sosial bersama para ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dan ADHA (Anak dengan HIV/AIDS) yang lainnya. S1 lebih terbuka dengan keadaannya. Subjek tidak merasa takut maupun minder apabila tetangganya mengetahui status HIV yang ia miliki. Walaupun ada yang mendiskriminasi namun subjek mampu menerimanya, mampu memberikan penjelasan tentang keadaan dirinya dan membela anggota keluarganya serta tetap menjalani hidup sehari-hari apa adanya seperti biasanya sehingga dapat dikatakan subjek mampu dalam mengontrol dirinya. kemampuan subjek dalam merespon 9

14 kejadian yang tidak terduga sebagai suatu masalah yang harus ditangani dan kecenderungan dalam melihat suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dapat dilihat dari sikap subjek yang awalnya sangat terpuruk kemudian dapat bangkit dan menerima keadaan dirinya karena adanya dukungan dari teman-teman KDS dan juga anggota keluarganya. Saat mengalami diskriminasi pun juga dapat melalui itu dengan lapang dada dan mampu menjelaskan sendiri tentang keadaan ODHA yang sebenarnya. Subjek sudah mampu menerima keadaan dirinya dengan ikhlas dan saat ini berjuang dan fokus untuk bekerja dan tetap sehat demi merawat anak semata wayangnya dan juga para ADHA di rumah singgah. S2 memperoleh hasil perhitungan skor skala kepribadin hardiness yang menunjukkan bahwa tingkat kepribadian hardiness yang dimiliki oleh S2 tergolong tinggi. Namun, dalam hal ini tidak sesuai dengan hasil wawancara di lapangan yang menunjukkan bahwa S2 menjalani aktivitas sebagai pengasuh ADHA di rumah singgah hanya karena ditawari bekerja oleh temannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. S2 juga tidak mengikuti organisasi maupun kegiatan sosial lainnya. S2 lebih sering berada di dalam rumah daripada melakukan aktivitas di luar. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa S2 kurang memiliki komitmen dalam hidupnya. Kemampuan subjek untuk mengendalikan beragam tindakan yang diambil, menginterpretasi, menilai, dan menyatukan berbagai peristiwa dalam rencana kehidupan selanjutnya S2kurang mampu mengontrol dirinya. S2 cenderung menutup diri dari lingkungan sekitarnya karena merasa takut apabila dikucilkan oleh tetangga dan keluarganya apabila tahu tentang status HIV yang subjek miliki. Kemampuan subjek dalam merespon kejadian yang tidak terduga sebagai suatu masalah yang harus ditangani dan kecenderungan dalam melihat suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dapat dilihat dari sikap subjek yang awalnya sangat terpuruk dan sudah tidak ada semangat hidup. Namun berkat dukungan dari suami kedua dan anak semata wayangnya subjek mampu bertahan hingga sekarang. Subjek telah memaafkan semua kejadian yang ia alami termasuk HIV yang ditularkan oleh almarhum suami pertamanya dan berusaha untuk menjalani hidup 10

15 apa adanya dengan syukur, ikhlas dan bekerja keras. Subjek kedua saat ini juga fokus bekerja agar dapat menjalani pengobatan dan menghidupi anaknya. S3 memperoleh hasil perhitungan skor skala kepribadian hardiness yang menunjukkan bahwa tingkat kepribadian hardiness yang dimiliki oleh S3 tergolong sedang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara di lapangan yang menunjukkan bahwa S3 menjalani aktivitas sebagai pengasuh ADHA di rumah singgah karena ingin mencari kesibukan setelah berhenti menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) karena terjangkit HIV. S3 juga tidak mengikuti organisasi apapun dan hanya fokus sebagai pengasuh di rumah singgah membantu keperluan ADHA untuk berobat di rumah sakit. Kemampuan subjek untuk mengendalikan beragam tindakan yang diambil, menginterpretasi, menilai, dan menyatukan berbagai peristiwa dalam rencana kehidupan selanjutnya menunjukkan S3 kurang mampu mengontrol dirinya karena S3 yang memiliki sifat pendiam juga memilih hanya diam saja dalam menghadapi gunjingan masyarakat dan tidak memperdulikannya. Kemampuan subjek dalam merespon kejadian yang tidak terduga sebagai suatu masalah yang harus ditangani dan kecenderungan dalam melihat suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dapat dilihat dari sikap subjek yang awalnya sangat terpuruk kemudian dapat bangkit dan menerima keadaan dirinya karena ketika pertama kali divonis mengidap HIV subjek langsung menghubungi anggota keluaganya dan mendapat dukungan dari kakak kandungnya untuk berobat, maka subjek dapat bangkit dan bertahan. Subjek dengan cepat mampu menyadari kesalahannya bahwa penyakit ini didapatkan dari akibat pergaulan bebas yang selama ini di jalani. Sehingga subjek saat ini mampu menerima keadaannya dan berusaha untuk menikamati hidup, mensyukuri dan menjalani hidup dengan lebih baik lagi. Penjelasan tersebut membuktikan bahwa S1 memiliki karakteristik kepribadian hardiness yang sesuai dengan pernyataan dari Maddi dan Kobasa (2005) yaitu bahwa karakteristik pertama dalam kepribadian hardiness yaitu komitmen dimana seseorang yang memiliki hardiness yang tinggi mampu melibatkan diri dalam aktivitas yang telah dihadapi, percaya terhadap nilai-nilai kebenaran, kepentingan dan apa yang mampu dia lakukan. S1 juga memiliki 11

16 karakteristik kedua dari kepribadian hardiness yaitu kontrol diri dimana seseorang yang memiliki hardiness yang tinggi mampu untuk mengendalikan beragam tindakan yang diambil. Individu juga berkeyakinan bahwa dirinya mampu menentukan terjadinya sesuatu dalam dirinya sehingga mereka tidak mudah menyerah saat menghadapi tekanan. Individu dengan hardiness tinggi juga memandang bahwa semua kejadian yang terjadi dalam hidupnya mampu ditangani oleh dirinya sendiri dan ia bertanggungjawab atas apa yang harus dilakukannya sebagai respon atas stres. Sedangkan karakteristik ketiga dari kepribadian hardiness juga dimiliki oleh ketiga subjek yaitu tantangan dimana seseorang yang memiliki kepribadian hardiness yang tinggi dalam melihat suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri. Hal-hal yang sulit untuk dilakukan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan. Namun, melalui pandangan yang terbuka dan fleksibel yang dimiliki, tantangan dipandang sebagai sesuatu yang harus dihadapai dan tidak dapat dipisahkan dari bagian kehidupan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tergambarannya kepribadian hardiness penderita HIV/AIDS dapat dilihat dari kemampuan penguasaan pengalaman subjek dalam mengendalikan hidupnya dengan cara mereka dalam menerima dan menjalani kehidupan mereka saat ini sebagai ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Kedua subjek menjalani hidup apa adanya, menerima dan menikmati hidup mereka saat ini dengan dukungan-dukungan dari teman dan keluarga dekat. Penyakit HIV yang mereka dapat tidak dijadikan beban pikiran, tidak peduli dengan omongan negatif orang dan menerima segala resikonya. Namun, satu orang subjek masih merasa sangat ketakutan untuk didiskriminasi apabila status IV yang subjek derita diketahui oleh orang-orang terdeatnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Brooks (dalam Bissonnette, 1998) bahwa keadaan yang terjadi memungkinkan seseorang untuk dapat menumbuhkan rasa kendali dalam dirinya. Persepsi kontrol terhadap lingkungan di sekitar mengarah kepada perasaan menguasai menjadi sebuah pengalaman hidup. Penguasaan pengalaman tersebut menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil sehingga mengakibatkan meningkatnya kepribadian tahan banting. 12

17 Perasaan positif yang dimiliki subjek juga diperoleh dari kedua orang tua, keluarga dan teman-teman dekatnya. Penilaian diri yang positif juga didapatkan dari dua subjek perempuan yang sudah memiliki anak. Keduanya dalam menjalani hidup berskap untuk selalu sabar dan ikhlas menerima keadaan dan tetap berjuang demi anak-anak mereka. Kedua subjek merasa harus bertahan karena ingin anak mereka tidak kehilangan sosok ibu yang masih dibutuhkan dan ingin merawat anak-anaknya hingga dewasa kelak. Begitu pula dengan subjek laki-laki yang dapat mensyukuri dan menikmati hidupnya. Ketiga subjek juga mendapat dukungan dari orang-orang terdekat mereka seperti suami, anak, dan anggota keluarga lainnya sehingga mereka mendapatkan motivasi untuk berjuang agar dapat bertahan hingga sekarang. Hal ini sesuai dengan penyataan Garmezy, Werner, Masten, dan Seligman (dalam Bissonnette, 1998) bahwa hubungan orang tua dengan anak yang hangat, peduli, saling mencintai dan memimpin anakanaknya akan memberikan penilaian diri yang positif bagi anak tersebut. Sikapsikap tersebut mampu manjadikan seseorang melihat dirinya sebagai orang yang dicintai dan berharga bagi orang lain dan dirinya sendiri sehingga menimbulkan persepsi yang positif dalam dirinya. Hubungan yang hangat dan mendukung dari keluarga dan orang-orang sekitar yang bersikap saling mendukung dan memberikan keluasan dalam mengambil keputusan juga mampu membuat subjek dapat bertahan. Kedua subjek perempuan bertahan demi anak-anak mereka agar dapat tumbuh dan menamani hingga dewasa kelak. Satu subjek laki-laki juga mampu bertahan berkat saudaranya yang mau menerima dan selalu mendukung agar subjek dapat terus sehat dan sembuh. Ia juga mengatakan bahwa anak-anak di rumah singgah sangat memotivasinya untuk selalu semangat, kuat dan ceria. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Huang (dalam Bissonnette, 1998) bahwa orang yang keras cenderung lebih sehat dan menganggap hidup sebagai hal yang positif dan menantang. Hal tersebut tidak jauh dari peran keluarga yang memberikan sikap yang hangat dan saling mendukung sehingga konsep keluasan keluarga ini dapat menjadi kontribusi dalam membangun sikap hardiness. 13

18 Selain keempat faktor di atas, faktor lain yang menjadi temuan baru dari penelitian ini dan mendukung terbentuknya hardiness pada penderita HIV/AIDS yaitu faktor eksternal berupa dukungan sosial yang diperoleh ODHA dari temanteman dan lingkungan sekitar juga berkontribusi untuk membangun hardiness para penderita HIV/AIDS. Ketiga subjek dapat bertahan hingga saat ini karena adanya dukungan sosial dari berbagai pihak seperti keluarga, Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) dan teman-teman di rumah singgah. Adanya dukungan sosial tersebut juga menumbuhkan hardiness dari dalam diri penderita yaitu faktor internal yang berupa sikap penerimaan diri dari para penderita HIV/AIDS. Ketiga subjek mampu menerima keadaan dirinya yang telah divonis positif HIV. Penerimaan diri yang ada pada diri penderita HIV/AIDS juga disertai dengan rasa nikmat, syukur, dan ikhlas dalam menjalani setiap jalan kehidupan. Ketiga subjek mampu menikmati hidupnya saat ini, selalu bersyukur dan ikhlas dalam menjalani kehidupan dengan status HIV yang mereka miliki. 4. PENUTUP 4.1. Simpulan Gambaran kepribadian hardiness yang dimiliki para penderita HIV/AIDS yaitu mampu melibatkan diri dealam aktivitas yang telah dihadapinya dengan menjadi pengasuh di Yayasan Rumah Singgah Lentera Surakarta dengan merawat dan memberikan kasih sayang mereka untuk anak-anak dengan HIV/AIDS (ADHA) disana, menjalin hubungan yang baik dengan keluarga walaupun hanya beberapa anggota keluarga saja yang mengetahui status HIV yang dimiliki oleh para penderita. Penderita HIV/AIDS mampu mengontrol dirinya dengan mengendalikan beragam tindakan yang diambilnya dengan tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan hidupnya dan mampu bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukannya. Selain itu, dalam menghadapi diskriminasi para ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) tetap sabar dan ikhlas, tidak ambil pusing dan tidak dibawa stres, menerima segala resikonya, dan tetap menjalani hidup mereka dengan bersyukur atas nikmat dan karunia masih diberikan umur panjang dan dapat bertahan hidup hingga saat ini. Hasil pengukuran skor skala kepribadian 14

19 hardiness menunjukkan bahwa S1 memiliki tingkat kepribadian hardiness yang tinggi sesuai dengan hasil wawancara dalam penelitian. Sedangkan S2 memiliki tingkat kepribadian hardiness yang tergolong tinggi namun tidak sesuai dengan hasil wawancara penelitian. S3 memiliki kepribadian hardiness yang tergolong sedang dan sesuai degan hasil wawancara penelitian. Faktor yang mempengaruhi timbulnya kepribadian hardiness para penderita HIV/AIDS yaitu penguasaan pengalaman, perasaan yang positif, pola asuh orang tua, dan hubungan yang hangat atau mendukung. Selain itu, terdapat faktor lain yang menonjol yang menguatkan kepribadian hardiness pada penderita HIV/AIDS yaitu adanya dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman terdekat serta orang-orang di Yayasan Rumah Singgah Lentera, adanya penerimaan diri oleh penderita terhadap keadaannya saat ini, rasa ikhlas dan syukur yang ditanamkan pada diri penderita sehingga dapat bertahan hingga sekarang Saran Untuk para penderita HIV/AIDS tetap mempertahankan dan bisa mengembangkan sikap tahan banting yang dimiliki dengan cara menambah kegiatan sosial dan mencari lebih banyak teman lagi untuk menambah dukungan dan wawasan yang luas tentang HIV/AIDS sehingga nantinya dapat berguna untuk saling memberikan dukungan dan motivasi kepada para ODHA yang lain di luar sana. Penderita juga perlu meningktakan rasa syukur, nikmat, sabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupannya. Pemerintah diharap memberikan bantuan secara moril dan meteril yang mendatangkan psikolog untuk memberikan konseling terhadap para ODHA yang membutuhkan untuk meningkatkan penerimaan diri penderita, sikap sabar, syukur dan ikhlas. Memberikan lebih banyak sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada masyarakat luas sehingga dapat mengurangi diskriminasi kepada para ODHA dan tercipta hubungan yang saling mendukung antara para ODHA dan masyarakat normal lainnya. 15

20 DAFTAR PUSTAKA Bissonnette, M. (1998). Optimism, Hardiness, and Resiliency: A Review Of The Literature. Prepared For The Child and Family Partnership Project. Civitci, N., Civitci, A. (2015). Social Comparism Orientation, Hardiness, and Life Satisfaction in Undergraduate Students. Procedia-Social Behavioral Science 205, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). n%20aids.pdf. Diakses pada tanggal 5 April Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). A_2014/3372_Jateng_Kota_Surakarta_2014.pdf. Diakses pada tanggal 5 April Evendy, R. Dwiyanti, R. (2013). Hubungan Antara Hardiness (Kepribadian Tahan Banting) dengan Intensi Turnover Pada Karyawan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk di Wilayah Gombang Kabupaten Kebumen. Psycho Idea Journal, 11 (2), Herdiansyah, Haris. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika Khaledian, M., Babaee, H., Amani, M. (2016). The Relationship of Psychological Hardiness with Irrational Beliefs, Emotional Intelligence and Work Holism. World Scientific News 98, Maddi, S. R., Kobasa. (2005). The Story Of Hardiness: Twenty Years Of Theorizing, Research and Practice. Consulting Psychologi Journal Practice and Research, 54 (3), Murni, Suzana., Green, Chris W., Djauzi, Samsuridjal., Setiyanto, Ardhi., Okta, Siradj. (2016). Hidup Dengan HIV-AIDS. Jakarta Pusat: Yayasan Spiritia. Purnama, A., Haryanti, E. (2006). Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA. Saleh, Rania. (2011). Hubungan Antara Kepribadian Hardiness dengan Optimisme Masa Depan Pada Remaja Tuna Rungu. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 16

21 Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. New York: John Wiley & Sons Inc. Taheri, A., Ahadi, H., Kashani, F. L., Kermani, R. A. (2014). Mental Hardiness And Social Support in Life Satisfaction Of Breast Cancer Patients. Procedia-Social Behavioral Sciences, 159, Villasis-Keever A, R.-F.S., Ruiz-Palacios G, de Leon-Rosales SP. (2001). Clinical Manifestations and Survival Trends During The First 12 Years of AIDS Epidemic in Mexico. Archives of Medical Research, 32, Wicaksana, J. F. P., Kusumawati, Y., Ambarwati. (2009). Pengetahuan Tentang HIV/AIDS dan Voluntary Counseling and Testing (VCT), Kesiapan Mental, dan Perilaku Pemeriksaan di Klinik VCT Pada Para Mitra Pengguna Obat dengan Jarum Suntik di Surakarta. Jurnal Kedokteran Indonesia, 01 (2), Yunita, B.S., & Ginanjar, A.S. (2001). Perkembangan Status Identitas Pada Penderita HIV & AIDS. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 17

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu jenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun. AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Viruse (HIV) merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodefiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berita akhir-akhir ini terlihat semakin maraknya penggunaan narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari sebuah interaksi. Interaksi yang berlangsung dapat mendorong para pelaku untuk

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) menjadi agenda penting baik dikalangan kedokteran maupun dikalangan politisi

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

ABSTRAK BEBERAPA FAKTOR YANG MENUNJUKKAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT X KOTA BATAM TAHUN 2010

ABSTRAK BEBERAPA FAKTOR YANG MENUNJUKKAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT X KOTA BATAM TAHUN 2010 ABSTRAK BEBERAPA FAKTOR YANG MENUNJUKKAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT X KOTA BATAM TAHUN 2010 Nunkigia F. Areros, 2010. Pembimbing : Evi Yuniawati, dr., M.KM HIV/AIDS (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu

# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memiliki tubuh yang sehat dan terbebas dari segala jenis penyakit merupakan harapan bagi setiap individu, karena kesehatan merupakan salah satu aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di abad ini, dan menimbulkan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat hal tersebut menjadi semakin bertambah buruk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat hal tersebut menjadi semakin bertambah buruk. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman sekarang ini banyak mengalami perubahan, terutama meningkatnya jumlah kasus penyakit menular langsung di Indonesia yang cukup mengkhawatirkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes. RI, 2008). Virus tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus HIV (Human Immunodefeciency Virus) adalah retrovirus yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan menginfeksi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang diantaranya Acquired Immuno Defesiiency

Lebih terperinci

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI., 2006).

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS Meta Adhitama, 2011 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tersebut. Perkembangan tersebut juga merambah ke segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tersebut. Perkembangan tersebut juga merambah ke segala aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah perkembangan jaman yang semakin maju dan sarat perubahan di segala bidang, menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah untuk menampung orang-orang yang melanggar

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah untuk menampung orang-orang yang melanggar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan (LP) merupakan suatu lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Lembaga tersebut disediakan oleh

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menular dan mematikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal tahun 2008, masalah kesehatan seringkali menjadi topik utama

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal tahun 2008, masalah kesehatan seringkali menjadi topik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal tahun 2008, masalah kesehatan seringkali menjadi topik utama di berbagai media cetak dan elektronik Indonesia. Mulai dari kasus mengenai gizi buruk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu internasional karena HIV telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunice

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu 100 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu kenyataan yang harus ditanggung oleh para ODHA. Terinfeksinya ODHA dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1] PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS adalah gejala penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (HIV-AIDS) merupakan masalah kesehatan global karena penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. (HIV-AIDS) merupakan masalah kesehatan global karena penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus - Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS) merupakan masalah kesehatan global karena penyakit ini berkembang secara pandemik. Masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu penyakit menular yang merupakan kumpulan gejala penyakit yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang orang orang

BAB I PENDAHULUAN orang orang orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS. Acquired Immuno Deficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak ditemukannya penyakit Aqcuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan gobal. Menurut data dari United Nations

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS dan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS.Sejak pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Infeksi yang diakibatkan oleh virus HIV ini dapat menyebabkan defisiensi

Lebih terperinci

Gambaran Psychological Well-Being pada Odha Stadium IV di LSM Rumah Cemara Bandung

Gambaran Psychological Well-Being pada Odha Stadium IV di LSM Rumah Cemara Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Gambaran Psychological Well-Being pada Odha Stadium IV di LSM Rumah Cemara Bandung 1 Marina Savira, 2 Agus Budiman 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,

Lebih terperinci

HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah

HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah Oleh : H. Deddy Ismail, MM Pengelola Program HIV-AIDS dan IMS Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Apa yang terpikir dalam benak Anda sewaktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan tanggung jawab Negara dan pemerintah yang kemudian dilaksanakan oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pelayanan

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA Rosnancy Sinaga : Email: sinagaantyj@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena adanya peningkatan penderita HIV/AIDS

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit yang masih menjadi perhatian di dunia dan Indonesia. Penyakit ini memiliki

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Informan (Inform Concent)

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Informan (Inform Concent) Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Informan (Inform Concent) ANALISIS PERSEPSI PENYAKIT DAN NILAI SYARIAT ISLAMI TERHADAP MINAT MEMANFAATKAN PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI KOTA

Lebih terperinci

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: Latar Belakang

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: Latar Belakang PENDAHULUAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA DI KABUPATEN MADIUN Heni Eka Puji Lestari (Prodi D3 Kebidanan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih sering terjadi. Seorang perempuan bernama Mairinda yang kini menjabat

BAB I PENDAHULUAN. masih sering terjadi. Seorang perempuan bernama Mairinda yang kini menjabat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV dan AIDS (Odha) masih sering terjadi. Seorang perempuan bernama Mairinda yang kini menjabat sebagai manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 42 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Semua data yang terdapat pada kuesioner

Lebih terperinci

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan global dewasa ini. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV di Indonesia masih menjadi masalah yang serius dan komplek serta menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di Indonesia juga masih tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) , PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) 322460, Email : kpakabmimika@.yahoo.co.id LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM HIV/AIDS DAN IMS PERIODE JULI S/D SEPTEMBER

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sebuah sindrom

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sebuah sindrom 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sebuah sindrom yang menyerang sistem imun manusia yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immuodeficiency Virus (HIV)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT

Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT Resiliensi Resilience of Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 1 Departement of Nursing/Baiturrahim School of Health Science 2 Departement of Nursing/Baiturrahim School

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 1 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi

Lebih terperinci

2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran warga negara dalam terselenggaranya pemerintahan dalam suatu negara adalah penting hukumnya. Pemerintahan dalam suatu negara akan berjalan dengan baik dalam

Lebih terperinci