BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PERMASALAHAN KAWASAN DARI SUDUT PANDANG MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

Perancangan Rumah Susun Sederhana di Kota Kediri BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kepadatan penduduk sekaligus berpengaruh pada kebutuhan

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB II HAL TIDAK TERDUGA. akses menuju ke site yaitu dari jalan sukamulia, jalan imam bonjol dan jalan

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

BAB I SUNGAI DELI MARTABAT KOTA MEDAN. yang dulu. Sekarang mahasiswa menyelesaikan desain pada perancangan

RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Universitas Sumatera Utara

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB II DESKRIPSI PROYEK

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV ANALISA TAPAK

Universitas Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

Evaluasi Pemukiman Dan Perumahan Kumuh Berbasis Lingkungan Di Kel. Kalibanteng Kidul Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. semarang utara yang memiliki luas Ha. Kecamatan ini

BAB II MENGENAL LEBIH DEKAT

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

II. TINJAUAN PUSTAKA

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

2015 KAJIAN TENTANG PEND IRIAN BANGUNAN D I SEMPAD AN SUNGAI D ALAM MENINGKATKAN KESAD ARAN HUKUM MASYARAKAT AGAR MENJAD I WARGA NEGARA YANG BAIK

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III KAMPUNG DI KOTA SURAKARTA

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB II HUNIAN YANG DISEBUT APARTEMEN

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

Transkripsi:

BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga dan banyaknya permukiman yang menggunakan bahan bangunan bekas sehingga kesan kumuh semakin terlihat jelas. Kumuh merupakan kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan perilaku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan (Kurniasih,2007). Beberapa ciri-ciri daerah kumuh antara lain: 1. Dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, baik karena pertumbuhan penduduk akibat kelahiran mapun karena adanya urbanisasi. 2. Dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, atau berproduksi subsisten yang hidup di bawah garis kemiskinan. 3. Rumah-rumah yang ada di daerah ini merupakan rumah darurat yang terbuat dari bahan-bahan bekas dan tidak layak. 4. Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah, biasanya ditandai oleh lingkungan fisik yang jorok dan mudahnya tersebar penyakit menular. 5. Langkanya pelayanan kota seperti air bersih, fasilitas MCK, listrik, dsb. 6. Pertumbuhannya yang tidak terencana sehingga penampilan fisiknya pun tidak teratur dan tidak terurus; jalan yang sempit, halaman tidak ada, dsb. 8

Kampung Hamdan memiliki semua ciri di atas sehingga dapat disimpulkan bahwa kampung Hamdan merupakan kawasan kumuh di kota Medan yang bersebelahan dengan sungai Deli. Menurut UU No. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, dimana permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya. Dengan melakukan revitalisasi kawasan pada kampung Hamdan yaitu dengan menerapkan konsep penataan kembali permukiman kumuh yang ada di kawasan kampung Hamdan maupun permukiman di sekitar bantaran sungai Deli diharapkan dapat menyelesaikan masalah permukiman kumuh tersebut. Dengan banyaknya penduduk di kampung Hamdan yaitu sekitar 200-300 jiwa / Ha yang terdiri dari 4 lingkungan, maka salah satu cara untuk mengatasi jumlah penduduk yang cukup besar dengan kawasan yang bisa dikatakan tidak terlalu luas adalah dengan merancang sebuah perumahan vertikal atau rumah susun. Rumah susun pada kawasan ini akan dirancang sesuai dengan pendapatan warga yaitu menengah kebawah sehingga desain akan menggunakan material bangunan yang murah dan tahan lama. Selain itu, untuk menunjang pendapatan warga maka kawasan ini akan diubah menjadi kawasan komersil dengan adanya fasilitas untuk publik seperti pasar, tempat pemancingan, dan foodcourt dengan view sungai Deli. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan sungai Deli sebagai 9

muka atau wajah dari kota Medan dengan menjadikannya area muka suatu kawasan dan menarik pengunjung yang datang ke kawasan untuk menikmati fasilitas publik yang ada. Hal pertama yang harus dilakukan untuk memulai proses revitalisasi adalah survey lapangan yang meliputi beberapa aspek, antara lain: aspek fisik, teknis, ekonomi, dan sosial. Selain itu, ketika melakukan analisa kawasan, ada 4 hal pokok yang harus diperhatikan yaitu faktor manusia, fungsi dan pengolahan lahan, fungsi dan pengolahan bangunan serta faktor eksternal. Dengan persiapan matang seperti melakukan dan memperhatikan hal hal tersebut, maka desain yang spektakuler dapat diraih oleh perancang. 1.1 Kondisi Eksisting Kawasan Berdasarkan dari data kondisi tapak, diketahui bahwa kawasan kampung Hamdan merupakan kawasan berkontur yang setiap konturnya memiliki perbedaan sekitar 1 meter. Pada bantaran sungai didapat ketinggiannya sekitar 23 meter dan semakin ke pinggiran kawasan yang bersebelahan dengan jalan tingginya sekitar 26 meter. Gambar 1.1. Garis kontur kawasan 10

Dengan kawasan yang berkontur seperti ini, seharusnya dapat dimanfaatkan dengan mendesain suasana yang asri yaitu dengan memanfaatkan level yang ada seperti pada kontur yang tinggi didesain area pertokoan kemudian level kebawah berikutnya dijadikan area bercocok tanam dan level bawah selanjutnya didesain area kuliner sehingga tercipta suatu suasana yang berkesinambungan dan asri seperti dikampung dikarenakan adanya area bercocok tanam yang ada di tengah kawasan tersebut. Namun fakta dilapangan berbeda, kawasan yang berkontur tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik oleh warga, hal ini dapat dilihat bahwa hampir tidak adanya terdapat ruang terbuka hijau pada kawasan yang selain dapat dijadikan sebagai area resapan air hujan dan sebagai area bermain anak dengan pohonpohon yang ditanam di sekitarnya, juga dapat dijadikan sebagai penghijauan kawasan sehingga menjadi lebih sejuk dan asri. Hal ini yang mengakibatkan walaupun kawasan ini memiliki kontur, namun pada kontur yang terendah yaitu pada bantaran sungai sering tergenang oleh banjir dan terasa sangat panas di siang hari. Gambar 1.2. Kondisi kawasan ketika curah hujan tinggi 11

Masalah lain pada kawasan ini adalah sampah, sampah yang ada pada kawasan ini tidak hanya terdapat pada bantaran sungai saja yang mengakibatkan terjadinya banjir apabila hujan lebat, selain itu juga terdapat di beberapa titik kawasan sehingga menghasilkan bau yang kurang sedap dan pemandangan yang tidak indah. 1.2 Aspek Fisik dan Teknis Bantaran sungai pada kawasan ini terlihat sangat kumuh, selain dikarenakan sampah yang menumpuk juga banyaknya terdapat permukiman kumuh yang tidak tertata dengan rapi. Kondisi fisik bangunan di kawasan kampung Hamdan ini kebanyakan menggunakan batu bata, dinding papan, dan menggunakan seng bekas, hal ini didasari oleh penghasilan warga yang menengah kebawah. Pada bagian pinggir kawasan yang bersebelahan dengan jalan, kebanyakan bangunan rumah warga menggunakan material dinding bata dan pondasi batu kali sedangkan pada daerah bantaran sungai kebanyakan rumah menggunakan material bekas seperti papan bekas dan seng bekas dengan desain rumah panggung. Gambar 1.3. Kondisi fisik perumahan warga 12

Kemudian, perancang juga membahas mengenai kegiatan yang dilakukan oleh warga di sekitar sungai. Sungai dijadikan tempat berkumpul warga seperti mencuci, mandi, memancing, buang air dan juga diambil airnya untuk masak. Dengan adanya kegiatan tersebut membuat semakin eratnya terjalin hubungan antar warga, namun kaegiatan tersebut sangat tidak layak dilakukan dikarenakan kondisi air sungai yang sangat kotor yang dapat manimbulkan penyakit bagi warga yang menggunakannya baik itu untuk mandi, mencuci ataupun memasak. Hal ini bisa diakibatkan karena tidak adanya pasokan air yang didapat warga dan juga penghasilan rendah warga yang membuat mereka tidak bisa membeli air bersih untuk konsumsi sehari-hari. Gambar 1.4. suasana perumahan di bantaran sungai 1.3 Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi Setelah membahas aspek fisik dan teknis, selanjutnya perancang membahas mengenai aspek sosial yang ada di kawasan kampung Hamdan. Pada saat melakukan studi lapangan, terlihat bahwa walaupun tidak tersedianya area khusus untuk bersosialisasi yang layak pada kawasan namun tetap terjalin hubungan antar warga dengan adanya interaksi di setiap sudut kawasan, baik itu 13

di sekitar permukiman seperti pada gang permukiman, warung-warung di kawasan, juga terjadi interaksi di bantaran sungai yaitu para pemuda pemudi berkumpul dan mandi di sungai bersama-sama. Warga kawasan kampung Hamdan ini terdiri beberapa suku yaitu, jawa, padang, batak, melayu, india dan Chinese, namun mayoritas sukunya adalah suku jawa dan padang. Kampung Hamdan ini terdiri dari beberapa agama yaitu islam, Kristen, hindu dan konghucu namun mayoritas agamanya adalah agama islam. Walaupun memiliki suku dan agama yang berbeda-beda, warga kampung Hamdan hidup dengan tentram dan saling menghargai. Aspek perekonomian warga kampung Hamdan yang sebagian besar adalah industri rumah tangga. Industri rumah tangga yang terdapat pada kawasan ini berkaitan dengan kuliner seperti bakso yang sudah terkenal yaitu bakso Amat yang terletak di jalan Juanda. Selain usaha bakso, ada beberapa usaha lain yang dikerjakan warga seperti warung nasi, kedai sembako, bidan, bengkel, salon, warung kopi, pengisian gallon air minum, penjualan air bersih, dan lain-lain. Gambar 1.5. Contoh usaha yang dimiliki warga 14

1.4 Faktor Manusia Pada saat melakukan survey lapangan di kampung Hamdan, interaksi yang muncul dan yang sangat mudah dilihat adalah interaksi dalam kegiatan ekonomi. Banyak sekali kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh warga kampung Hamdan seperti bengkel, depot air, warung nasi, kedai jajanan anak, kedai sembako, salon, bakso, warung internet dan lain-lain. Warga kampung Hamdan ini merupakan masyarakat golongan menengah kebawah yang penghasilannya rata-rata sekitar 1,2 juta 1,5 juta rupiah perkepala rumah tangga. Gambar 1.6. Kegiatan ekonomi kampung Hamdan Kawasan kampung Hamdan merupakan kawasan yang cukup aman dikarenakan kawasan ini sangat padat, setiap rumah saling berdempetan dan tidak terdapat pagar yang memisahkan antar rumah membuat warga saling mengenal satu dengan yang lainnya. Dengan demikian warga kampung ini dapat langsung mengetahui apabila ada orang dari luar yang memasuki kampungnya, seperti ketika penulis melakukan survey ke kawasan ini, warga tahu bahwa kami merupakan orang luar dan mereka bisa menerima kedatangan kami untuk survey. Interaksi sosial yang dilakukan warga adalah berbincang diwarung dan tidak 15

jarang warga melakukan beberapa aktivitas di sungai seperti memancing, mencuci, dan mandi. 1.5 Fungsi dan Pengolahan Lahan Gambar 1.7. Suasana interaksi sosial warga Pada kawasan kampung Hamdan ini, bangunan perumahan warga tidak beraturan dan tidak mengikuti peraturan undang-undang yang ada seperti berlakunya KDB, KLB, dan GSS. Seharusnya pada bantaran sungai memiliki garis sempadan yaitu 15 meter yang merupakan jarak antara sungai dengan rumah warga. Rumah warga bersebelahan langsung ke sungai sehingga garis sempadan sungai yang harusnya dijadikan area resapan sungai dijadikan perumahan warga sehingga sering terjadi banjir. Selain itu warga yang rumahnya bersebelahan dengan sungai kerap membuang sampah rumah tangga langsung ke sungai yang memperburuk kondisi sungai. 16

Gambar 1.8. kondisi rumah warga yang bersebelahan dengan sungai Sirkulasi pada kawasan kampung Hamdan berupa jalan kecil dengan lebar sekitar 2-3 meter. Jalan yang bisa dikatakan cukup sempit ini dilalui oleh pejalan kaki, motor dan becak secara bersama-sama. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah penduduk sehingga tidak tersedianya jalan dengan lebar standar untuk dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan bermotor karena dimakan oleh bangunan perumahan warga. Jalan primer pada kawasan ini terletak di jalan Juanda, jalan Multatuli, dan jalan Samanhudi. Selain jalan yang sempit, permasalahan lain yang terdapat dikawasan ini adalah tidak adanya fasilitas yang tersedia untuk para lansia dan warga dengan kebutuhan khusus. Masalah parkir juga menjadi perhatian pada kawasan ini, dengan tidak tersedianya area parkir membuat timbulnya kemacetan dibeberapa titik seperti pada jalan Samanhudi yang jalannya cukup sempit dengan sisi kanan dan kiri yang merupakan warung dan bengkel. 17

Gambar 1.9. Peta sirkulasi kampung Hamdan Gambar 1.10. Akses sirkulasi warga kampung Hamdan Selain masalah sirkulasi, juga terdapat masalah ruang terbuka hijau pada kawasan ini. Tidak terdapat ruang terbuka hijau yang bisa dimanfaatkan warga sebagai tempat bermain anak atau berkumpul warga dan sebagai area yang memang dibuat khusus untuk penghijauan di kawasan ini mengakibatkan kawasan ini terasa panas dan kurang nyaman pada siang hari. Dengan seringnya terjadi banjir dikawasan ini, seharusnya warga sadar bahwa sebenarnya ruang terbuka hijau itu sangat penting untuk mencegah banjir dengan menyediakan area di beberapa titik dengan menanam tumbuhan dan pohon yang rindang untuk meciptakan kawasan yang hijau dan asri. Namun kenyataannya beberapa titik area 18

dijadikan sebagai tempat menumpuknya barang-barang yang sudak tidak dipakai atau sampah yang menimbulkan bau tidak sedap pada kawasan ini. Banyaknya terdapat titik-titik area yang dijadikan sebagai tempat menumpuknya barang rongsokan dan sampah dikarenakan tidak tersedianya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) pada kawasan ini. Selain itu, drainase juga menjadi hal yang harus diperhatikan karena setiap saluran yang terdapat pada kawasan ini baik itu yang berukuran besar maupun kecil dipenuhi oleh sampah warga. Hal ini menunjukkan bahwa sampah merupakan masalah besar dikawasan ini, bahkan pinggiran sungai pun dijadikan sebagai area pembuangan sampah. Warga kurang peduli dengan kebersihan lingkungan dan kesehatan warga, dengan membuang sampah sembarangan di jalan, selokan maupun sungai akan berdampak buruk bagi warga yang sebagian besar bergantung kepada air sungai untuk konsumsi sehari-hari seperti mandi, mencuci, buang air, dan lain-lain. Gambar 1.11. Kondisi selokan di kampung Hamdan 19

Gambar 1.12. Kondisi bantaran sungai Deli 1.6 Fungsi dan Pengolahan Bangunan Area permukiman warga pada kawasan ini terbagi menjadi dua yaitu permukiman yang terletak di tengah dan pinggir jalan besar, serta permukiman yang terletak di bantaran sungai. Dua area permukiman ini memiliki struktur bangunan yang berbeda yaitu pada permukiman yang terletak di tengah dan pinggir jalan besar kebanyakan menggunakan bahan bangunan yang cukup baik seperti pondasi batu kali, dinding bata dan atap seng sedangkan pada permukiman di area bantaran sungai menggunakan bahan yang sederhana seperti kayu dan seng dan model permukimannya merupakan rumah panggung dikarenakan seringnya banjir dan warga yang berada di bantaran sungai bisa dikatakan berpenghasilan lebih rendah dibandingkan dengan warga yang permukimannya berada di tengah dan pinggir jalan. Untuk permukiman warga yang berada di bantaran sungai yang merupakan rumah panggung dengan material papan dan seng akan terasa sangat tidak nyaman di siang hari akan terasa sangat panas dan malam hari akan terasa sangat dingin, serta semakin seringnya banjir terjadi maka kayu akan cepat 20

mengalami pelapukan dan bukan tidak mungking sewaktu-waktu rumah tersebut bisa rubuh. Selain kondisi rumah yang kurang nyaman, ukuran rumah warga juga tidak sesuai dengan jumlah penghuni didalamnya sehingga untuk kepala keluarga yang memiliki banyak anak dengan rumah yang kecil akan sangat tidak nyaman. Jarak antar rumah di kawasan ini juga kurang diperhatikan, rata-rata jarak antar rumah hanya sekitar 60-90 cm saja dan tidak bisa dijadikan pencahayaan maupun sirkulasi udara yang baik. Gambar 1.13. Kondisi permukiman warga kampung Hamdan Dari semua data dan penjelasan di atas, menunjukkan bahwa warga di sekitar kelurahan kampung Hamdan tidak mematuhi dan menaati peraturan dan undang undang yang ada, seperti garis sempadan sungai yang diabaikan sehingga rumah di sekitar bantaran sungai terlihat tidak beraturan dan sering terkena banjir karena perumahan warga melewati batas area yang seharusnya menjadi area hijau sebagai resapan air. Hal ini diperparah dengan kebiasaan warga membuang dan menumpuk sampah di daerah bantaran sungai yang membuat keadaan sungai menjadi sangat kotor dan tidak layak untuk dikonsumsi. 21