TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae L. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae : Sitophylus Spesies : Sitophylus oryzae L. Telur berbentuk oval, berwarna kuning, lunak dan licin, bentuk ujungnya agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan lebih dahulu membuat lubang menggunakan rostumnya. Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak kelihatan. Gelatin ini berfungsi melindungi telur dari kerusakan dan dimangsa oleh predator lainnya (Natawinga, 1975). Stadium 3 hari pada suhu 20-25 C. Dalam satu hari seekor betina dapat bertelur sampai 25 butir, tetapi rata-rata tiap hari sebanyak 4 butir. Banyak butir yang diletakkan tiap ekor betina maksimum 575 butir (Rukmana dan Saputra, 1995) Larva hidup dalam butiran, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala kekuning-kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Pada instar terakhir panjang larva lebih kurang 3 mm. pada umumnya bentuk badan disesuaikan susut
bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8% waktu panen, 5% waktu pengangkutan, 2% waktu pengeringan, 5% waktu penggilingan dan 5% waktu penyimpanan (Soekarna, 1982). Imago Telur Larva Pupa Gambar 1. Kumbang beras Sitophylus oryzae L. Sumber : NSW Agriculture, 2006 Pembentukkan pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa dengan mengekskresikan cairan pada dinding liang gerek. Stadium pupa berkisar antara 5-8 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari, sebelum membuat lubang keluar yang relatif besar dengan moncongnya (Tandiabang, dkk, 2009). Imago dapat hidup cukup lama, tanpa makan selama 36 hari, dengan makan umurnya mencapai 3-5 bulan. Imago betina dapat menghasilkan telur sekitar 300-400 butir selama satu siklusnya (Anonimous, 2009). Siklus hidup hama selama 30-45 hari pada kondisi optimum yaitu pada suhu 29 C, kadar air biji 14% dan RH 70%. Imago dapat hidup cukup lama tanpa makan sekitar 36 hari, dengan makanan umurnya mencapai 3-5 bulan bahkan 1 tahun. Imago betina dapat menghasilkan sekitar 300-400 butir telur (Sitepu dkk, 2004).
Gejala Serangan Hama Sitophylus oryzae L. Hama ini menyerang dengan cara membuat lubang-lubang gerekan. Akibat dari serangan dan pengrusakan bahan dalam simpanan (terutama butir-butir beras) akan menjadi berlubang kecil-kecil tetapi ada beberapa buah menjadikan butiran beras yang menjadikan butiran beras yang terserang dalam keadaan rusak bercampur tepung dipersatukan oleh air liur sehingga kualitas beras menjadi rusak sama sekali (Kartasapoetra, 1991). Kerusakan yang diakibatkan oleh Sitophylus oryzae dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produksi beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981). Serangan kumbang bubuk ini kadang-kadang juga diikuti oleh serangan ulat Corcyra cephalonica Stt. sehingga beras menjadi tambah hancur karena serangan hama bubuk ini dan kelembaban tinggi akan meninggikan temperatur maka cendawan pun ikut menyerang hingga beras tambah rusak dan berbau busuk (Pracaya, 1991). Gejala Serangan Gambar 2. Gejala Serangan Sitophylus oryzae L. Sumber : NSW Agriculture, 2006
Metode Pengendalian yang umum Digunakan Penanggulangan hama gudang bubuk beras ini dapat dilakukan dengan cara lain: penjemuran bahan-bahan yang terserang pada terik sinar matahari, pengaturan penyimpanan bahan dengan baik dan teratur pada tempat kering dan terawat dengan baik serta melakukan fumigasi (Kartasapoetra, 1991). Cara pengendalian hama gudang lainnya dapat juga dengan modifikasi fisik tempat penyimpanan seperti menaikkan atau menurunkan suhu hingga tingkat dimana pertumbuhan serangga dapat dihambat (Syarief dan Halid, 1993). Menurut Pracaya (1991) pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Kelembaban tempat penyimpanan beras diusahakan kurang dari 80% kumbang bubuk tidak dapat hidup dengan kelembaban serendah itu 2. Gudang beras disemprot dengan malathion 12 ppm atau fumigasi dengan methyl bromide 10g/m 3 selama 24 jam 3. Beras atau jagung disimpan dalam kantung plastik atau kaleng rapat. Insektisida Nabati Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tanaman yang digunakan untuk mengendalikan OPT. pestisida ini berfungsi seagai penolak, penarik, antiferil, pembunuh dan bentuk lainnya. Pestisida yang berasal dari tumbuhan ini relatif mudah dibuat dengan kemampuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis bahan aktif mudah terurai
(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari dan relatif aman bagi manusia (Kardinan, 2004). a. Jahe (Zingiber officinale) Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning jingga (Koswara, 2007). Jahe mengandung senyawa keton bernama zingeron. Mengandung minyak asiri yang terdiri dari zingeberin, kamfena, lemonin, zingiberen, zingiberal, gingeral dan shogool. Kandungan lainnya yakni minyak dammar, pati, asam organik, asam aksolat dan gingerin. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida nabati (Koswara, 2007). b. Lengkuas (Alpinia purpurata) Tumbuhan ini kaya dengan kandungan kimia, yang sudah diketahui pada rimpang adalah saponin, tannin, flavonoida, minyak atsiri sedangkan pada batang yaitu saponin, tanindan flavonoida (Anonimous, 2009). Penelitian tentang kimia bahan alam dewasa ini semakin banyak dieksploitasi sebagai bahan obat-obatan baik untuk farmasi maupun untuk kepentingan pertanian, karena disamping keanekaragaman struktur kimia yang dihasilkan juga mengurangi efek samping yang ditinggalkan dan mudah didapatkan. Salah satu tanaman tersebut adalah lengkuas (Alpinia galanga Linn) (Muhlisah, 1999). Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap yang akhir-akhir ini menarik perhatian dunia, hal ini disebabkan minyak atsiri dari beberapa
tanaman bersifat aktif biologis sebagai antibakteri dan anti jamur. Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa minyak atsir dari daun sirih, rimpang temu kunci, dan kunyit memiliki aktivitas sebagai anti jamur dan antibakteri (Elistina, 2005). Minyak atsiri pada umumnya dibagi menjadi dua komponen yaitu golongan hidrokarbon dan golongan hidrokarbon teroksigenasi (Robinson, 1991; Soetarno, 1990). c. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar keseluruh dunia. Saat ini, tanaman ini selain di Asia dapat ditemui pula di Cina, IndiCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa (Anonimous, 2009). Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64% zat tepung, 1,6-2,2% kurkumin dan 1,48-1,63% minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi (Anonimous, 2009).