BAB 1 PENDAHULUAN. quality teaching and learning (Halpern, 1997 dalam Supratiknya & Kristiyani,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGALAMAN MAHASISWA S1 KEPERAWATAN DALAM METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dan prioritas yang tinggi oleh pemerintah, pengelola pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pelayanan kepada pelanggan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan. tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

Kata kunci: metode pembelajaran CL dan PBL, motivasi belajar mahasiswa keperawatan

RANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

BAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat. melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Disusun Oleh : SABARNO

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya yang tercantum pada Undang-undang No. 20 Tahun Sejalan dengan pernyataan di atas, Munib (Daryanto, 2004: 34)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses pengembangan kreativitas. berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah pelajaran yang penting diajarkan di sekolah dasar. Hal ini karena matematika mendasari

M E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK DI UNIVERSITAS INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang dapat ditandai dengan perubahan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. learning menjadi student centered learning, semakin menuntut kuatnya kemandirian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan suatu cara membentuk

METABOLISME DAN NUTRISI DI FAKULTAS KEDOKTERAN UMSU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa beserta unsur-unsur yang ada didalamnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

dikelola oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Mengengah Kejuruan.

BAB I. PENDAHULUAN. menyenangkan membuat peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pembelajaran merupakan salah satu kegiatan pokok setiap perguruan tinggi. Di lingkungan perguruan tinggi di berbagai negara marak gerakan ke arah quality teaching and learning (Halpern, 1997 dalam Supratiknya & Kristiyani, 2008). Orang berusaha mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan pembelajar dan tuntutan masyarakat. Tujuannya adalah meningkatkan mutu serta relevansi pembelajaran di perguruan tinggi, khususnya pada jenjang setara program S1 (Ross, 1991 dalam Supratiknya & Kristiyani, 2008). Pembelajaran di perguruan tinggi tidaklah sama dengan pembelajaran di tingkat pendidikan dasar maupun di tingkat pendidikan menengah. Peserta didik di perguruan tinggi adalah orang-orang dewasa yang disebut dengan mahasiswa. Mahasiswa biasanya berada pada usia dewasa muda dan baru saja meninggalkan fase remaja. Pada tingkat perguruan tinggi peserta didik mengalami perubahan pola belajar sebagai siswa menengah umum menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi cukup signifikan mempengaruhi cara belajar setiap mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif. Pembelajaran di perguruan tinggi berfokus kepada mahasiswa (Student Center Learning) bukan berfokus kepada dosen (teacher center learning) (Nurhidayah, 2011). 1

2 Selama ini mahasiswa terpapar dengan metode pembelajaran yang berfokus pada staf pengajar (teacher-centered method). Cenderung mahasiswa merasa aman hanya dengan mendengarkan dosen ceramah, membaca hand-out dan assignment, mengkopi informasi dari media visual sudah cukup memberikan mereka informasi dan akhirnya sukses pada waktu ujian (Billings & Halstead, 1998 dalam Afifah & Syahreni, 2005). Metode pembelajaran ini kurang berhasil menciptakan lulusan Universitas yang berpikir kritis (Huba & Freed, 2000 dalam Afifah & Syahreni, 2005). Padahal berpikir kritis ini diperlukan karena pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi berpikir secara kritis dan manusia mempunyai kecenderungan untuk melibatkan perasaan dalam berpikir. Selain itu kuliah di perguruan tinggi berarti belajar memahami, menganalisis, dan menyelesaikan masalah (Takwin, 1997 dalam Afifah & Syahreni, 2005). Alligood (1997 dalam Rideout, 2005) menyatakan yang diperlukan di era baru Keperawatan adalah penerapan dan pengujian teori/pengetahuan dalam suatu kerangka pemikiran yang kritis yang akan mengarahkan kepada pemenuhan kebutuhan klien di masa mendatang. Peristiwa yang sangat penting dalam proses pembelajaran adalah saat mahasiswa secara kritis mengevaluasi apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka yakini. Keterampilan dan memfasilitasi proses ini merupakan kunci keberhasilan pengajaran di dalam paradigma baru ini. Menurut Brookfield & Preskill (1999 dalam Rideout, 2005) menyatakan diskusi sebagai suatu instrumen pendidikan yang kuat untuk membantu peserta didik memiliki sudut pandang yang baru dan ditantang untuk memperluas wawasan agar dapat sampai pada pemahaman bersama.

3 Sebuah hasil penelitian tentang penerapan problem based learning (PBL) di National Central University Chungli, Taiwan menyatakan bahwa performasi para mahasiswa meningkat secara signifikan setelah menerapkan Problem Based Learning terutama pada aspek kreativitas dan keterampilan berkomunikasi (Chang, 2002 dalam Wulandari, Sjarkawi & M., 2011). Penelitian lain yang dilakukan di Middlebex University pada tahun 2004 tentang keefektifan problem based learning mendapatkan fakta bahwa problem based learning digunakan secara luas sebagai metode pilihan untuk pendidikan profesional, seperti pendidikan dokter, keperawatan dan kebidanan (Wahyuningsih & Santoso, 2013). Menurut Nursalam & Effendi (2008) telah banyak Universitas di dunia yang menggunakan metode ini dalam kurikulum pendidikannya. Salah satunya Universitas McMaster di Kanada yang merupakan Universitas yang pertama kali menerapkan metode PBL pada September 1969. Problem based learning (PBL) juga diterapkan di Fakultas Keperawatan dibeberapa Universitas di Indonesia, di antaranya : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) yang telah menerapkan PBL pada tahun 2008, Ilmu Keperawatan FK UGM telah menerapkan PBL sejak tahun 2003, program studi Ilmu Keperawatan di Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP) telah menerapkan PBL pada tahun 2006 (Wanda, Wiarsih, Afifah, Hayati & Susanti, 2011) dan di Fakultas Keperawatan sendiri mulai menerapkan PBL sejak tahun 2010 (Fathi, Nurhidayah & Arrum, 2011). Problem based learning sangat cocok diaplikasikan untuk pendidikan keperawatan. Lulusan perawat akan senantiasa dihadapkan pada pasien dengan

4 berbagai macam kasus dan dituntut untuk mampu berpikir kritis dan sistematis untuk menganalisa setiap penyakit yang diderita pasien (Sanusi, 2009 dalam Wahyuningsih & Santoso, 2013). Berdasarkan penelitian ini, peneliti hanya mencantumkan empat blok yang menjadi mata kuliah pada semester pertama pada stambuk 2014, mata kuliah tersebut antara lain : Blok Ilmu Keperawatan Dasar 1 (IKD 1), Blok Ilmu Keperawatan Dasar 2 (IKD 2), Blok Ilmu Keperawatan Dasar 3 (IKD 3) dan Blok Ilmu Keperawatan Dasar 4 (IKD 4) (Buku Blok Fakultas Keperawatan USU, 2011-2012). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) dengan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU. 3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

5 Apakah ada hubungan pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU. 4. Tujuan Penelitian 4.1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan problem based learning (PBL) dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU. 4.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan problem based learning (PBL) mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU yang dilihat berdasarkan nilai pada masing-masing blok, yaitu : Blok IKD 1, Blok IKD 2, Blok IKD 3, Blok IKD 4 dan nilai total IKD 1,2,3 dan 4 b. Untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 reguler angkatan 2014 Fakultas Keperawatan USU 5. Manfaat Penelitian Penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 5.1. Bagi Staf Pengajar a. Menyajikan sebuah inovasi pembelajaran yang dapat memacu kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui pembelajaran problem based learning (PBL)

6 b. Membangkitkan kinerja para staf pengajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar mahasiswa yang memuaskan 5.2. Bagi Mahasiswa a. Meningkatkan keaktifan mahasiswa agar memiliki kemampuan dalam berpikir kritis serta memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga mahasiswa berpartisipasi dalam proses belajar b. Membuka wawasan mahasiswa terhadap pembelajaran problem based learning (PBL) yang efektif dalam memacu daya berpikir kritis mahasiswa 5.3. Bagi Institusi a. Hasil penelitian yang didapatkan dapat digunakan sebagai masukan dan perbaikan pada pelaksanaan problem based learning (PBL) sehingga mahasiswa dapat belajar lebih efektif