HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK UMUM DI PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Giroth Linda Julia*, Angela F. C. Kalesaran*, Sekplin A. S. Sekeon* *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Hasil Riset Kesehatan tahun 2013, menemukan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berjumlah 25,8% dari total jumlah penduduk dewasa ( 18tahun). Kejadian hipertensi di Sulawesi Utara pada tahun 2015 terdapat 2.538 kasus dimana 448 kasus terjadi di Kota Manado. Hipertensi merupakan penyakit kedua terbanyak di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Kebiasaan merokok, lama merokok dan aktifitas fisik diketahui memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok, lama merokok dan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien poliklinik umum di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang yang dilaksanakan pada bulan Juli-September 201. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung di poliklinik umum Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado selama bulan Juli-Agustus 201. Sampel diambil secara consecutive sampling dengan jumlah sampel 99 responden. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Uji chi square digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan CI= 95% dan α=0,05. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok (p= 0,000), lama merokok (p= 0,022) dan aktifitas fisik (p= 0,000) dengan kejadian hipertensi pada pasien poliklinik umum di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Kebiasaan merokok, lama merokok dan aktifitas fisik merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien poliklinik umum di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Kata kunci: kebiasaan merokok, lama merokok, aktifitas fisik, kejadian hipertensi ABSTRACT Indonesia s National Health Survey 2013 found that the prevalence of hypertension were 25,8% from all total adult population ( 18 years). Hypertension cases in North Sulawesi in 2015 were 2.538 cases, where 448 cases were found in Manado. Hypertension is second highest disense in Ranotana Weru Public Health Center. Smoking habit, smoking duration and physical activities have been known to have a relationship with hypertension. This study aims to analyse the relationship between smoking habit, smoking duration and physical activities with hypertension in Ranotana Weru Public Health Center Manado. This was a quantitative study using cross-sectional design conducted from July to September 201. Population in this study was all the patient who visited Ranotana Weru Public Health Center. The sample was taken by consecutive sampling with a total number of 99 respondent, from July to Agust 201. The data in this research was collected by interview using questionnaire as the data collection instrument. Chi square test was used to analyze the relationship between variables, with CI= 95% and α= 0.05. There is a relationship between smoking habit (p= 0,000), smoking duration (p=0,022) and physical activities (p=0,000) with hypertension in Ranotana Weru Public Health Center Manado. Smoking habit, smoking duration and physical activities are the factors related with hypertension cases in patients at Ranotana Weru Public Health Center Manado. Key Word: Smoking Habit, Smoking Duration, Physical Activities, Hypertension 1
PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menemukan satu dari lima orang dewasa di seluruh dunia mengalami peningkatan tekanan darah dan menyebabkan 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Dari laporan National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 1999-2000 insidensi hipertensi orang dewasa mencapai 29-31% di Amerika. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya (Kemenkes RI, 2014). Prevalensi jumlah penduduk dewasa di Indonesia mencapai 25,8% (Riskesdas, 2013). Menurut Dinas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2015, penderita hipertensi di Sulawesi Utara mencapai 2.538 kasus (Dinkes Provinsi Sulut, 201). Berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Manado Tahun 2013 kejadian hipertensi sebanyak 8988 kasus, pada tahun 2014 kejadian hipertensi sebanyak 131 kasus, dan pada tahun 2015 terjadi peningkatan kejadian hipertensi sebanyak 448 kasus hipertensi (Dinkes Kota Manado, 201). Hipertensi di Puskesmas Ranotana Weru merupakan penyakit yang tertinggi kedua dari sepuluh penyakit menonjol di Puskesmas Ranotana Weru. Pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 1094 kasus, pada tahun 2014 sebanyak 1023 kasus dan pada tahun 2015 terjadi kenaikan menjadi sebanyak 11 kasus dimana pada bulan Januari sebanyak 125, Februari sebanyak 127, Maret sebanyak 129, April sebanyak 139, Mei sebanyak 82, Juni sebanyak 103, Juli sebanyak 117, Agustus sebanyak 148, September sebanyak 198, Oktober sebanyak 153, November sebanyak 149, Desember sebanyak 14 (Puskesmas Ranotana Weru, 201). Banyak faktor yang berperan terhadap terjadinya hipertensi, meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu kebiasaan merokok, aktivitas fisik/olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), kafein, alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas) (Casey dan Benson, 200). Salah satu faktor resiko yang dapat dikendalikan yaitu kebiasaan merokok. Anggara (2012) dan Oroh (2013) menemukan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Faktor lainnya yang memicu terjadinya hipertensi, yaitu kurangnya aktivitas fisik. Suoth (2014) menemukan bahwa ada hubungan antara tingkat gaya hidup mencakup aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi. Dan penelitian lain juga ditemukan bahwa kurang beraktivitas fisik berisiko mengalami hipertensi dibandingkan 2
dengan cukup beraktivitas fisik (Sihombing, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien poliklinik umum di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado, pada bulan Juli sampai September 201. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung di poliklinik umum Puskesmas Ranotana Weru pada bulan Juli hingga Agustus 201. Sampel diambil secara consecutive sampling dengan jumlah sampel 99 responden. Penelitian ini menggunakan data primer, dimana pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk memberikan gambaran, distribusi, frekuensi, karakteristik responden serta masing-masing variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel dependen dan independen, menggunakan uji chi square dengan CI=95% dan α=0,005. Uji chi square merupakan uji statistik yang digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Karakteristik n % Responden Jenis Kelamin Laki-laki 54 54,5 Perempuan 45 45,5 Umur 40-45 Tahun 4-50 Tahun 51-55 Tahun 20 20 5 20,2 20,2 5,1 5-0 Tahun 14 14,1 > 0 Tahun 40 40,4 Pendidikan Terakhir SD 5 5,1 SMP SMA Pekerjaan PNS Swasta Wirausaha Wiraswasta Buruh Tukang Sopir Ojek Tidak Bekerja 9 85 2 27 5 1 13 5 1 1 44 9,1 85,8 2,0 27,3 5,1 1,0 13,1 5,0 1,0 1,0 44,4 Alamat Ranotana Weru 32 32,3 Karombasan Utara Karombasan Selatan Bumi Nyiur 22 14 31 22,2 14,1 31,4 Tabel 1 menyatakan bahwa jenis kelamin yang paling banyak dalam penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 54,5%. Berdasarkan kelompok umur, dari 99 responden sebagian besar responden berada pada kelompok umur > 0 tahun sebesar 40,4%. Untuk pendidikan terakhir kelompok SMA merupakan tingkat pendidikan dengan presentase terbesar pada responden yaitu sebanyak 85,8% sedangkan untuk distribusi responden berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden bekerja 3
swasta yaitu sebanyak 27,3%. Dan pasien yang berkunjung di Poliklinik Umum Puskesmas Ranotana Weru sebagian besar responden paling banyak berdomisili di Kelurahan Ranotana Weru sebesar 32,3%. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian Distribusi Responden n % Hipertensi Ya 59 59, Tidak 40 40,4 Kebiasaan Merokok Ya Tidak Lama Merokok < 25 Tahun 25 Tahun Aktifitas Fisik Aktifitas Ringan Aktifitas Sedang 50 49 13 37 0 39 50,5 49,5 2,0 74,0 0, 39,4 Tabel 2 menunjukkan bahwa kejadian hipertensi di Poliklinik Umum Puskesmas Ranotana Weru sebanyak 59,% dan tidak hipertensi sebanyak 40,4%. Distribusi berdasarkan kebiasaan merokok dapat dilihat bahwa responden yang merokok sebanyak 50,5% dan responden yang tidak merokok sebanyak 49,5%. Untuk distribusi lama merokok dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai kebiasaan merokok < 25 tahun sejumlah 2% responden dan mempunyai kebiasaan merokok 25 tahun sejumlah 74%. Berdasarkan distribusi responden yang melakukan aktifitas fisik menunjukkan responden yang melakukan aktifitas ringan sebanyak 0,% responden dan yang melakukan aktifitas sedang sebanyak 39,4. Tabel 3. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok, Lama Merokok, Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Dipoliklinik Umum Puskesmas Ranotana Weru Hubungan Antara Variabel Kebiasaan Merokok Ya Tidak Total Lama Merokok < 25 Tahun 25 Tahun Total Aktifitas Fisik Aktifitas Ringan Aktifitas Sedang Total Hipertensi Ya % Tidak % Total % p value 15 44 59 7 13 53 59 30, 88,0 59, 53,8 1,2 2,0 88,3 15,4 59, 34 40 31 37 7 33 40 9,4 12,0 40,4 4,2 83,8 74,0 11,7 84, 40,4 50 49 99 13 37 50 0 33 99 0,000 0,022 0,000 Tabel 3 dapat dilihat dari perhitungan dengan menggunakan uji chi kuadrat (chi square) dengan bantuan program SPSS versi 21 terhadap variabel kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi menghasilkan p value = 0,000 < 0,05. Berdasarkan perhitungan diatas dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok 4
dengan hipertensi pada pasien poliklinik umum di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Hasil penelitian ini didukung dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ainun (2014) di Makassar dengan menggunakan desain penelitian cross sectional dengan jumlah sampel yaitu 331 responden. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan p value = 0,000 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian lain juga sejalan dengan hasil penelitian yaitu penelitian dari Anggara (2013) yang dilakukan di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat dengan sampel yang berjumlah 75 responden. Dari hasil analisis menggunakan uji chi square menghasilkan p value = 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi. Dan hasil penelitian yang dilakukan di kota Semarang dengan jumlah sampel sebanyak 118 responden mendapatkan p value = 0,035. Itu berarti berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi (Rehanun, 2014). Sedangkan hasil penelitian dari Sarasaty (2011) di kota Tangerang Selatan terhadap 105 sampel mendapatkan p value = 0,814 > 0,05 berbeda dengan hasil penelitian. Dengan begitu dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi. Sama hal dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeny (2014) di wilayah kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar dengan jumlah sampel sebanyak 144 responden yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Hasil analisis korelasi dengan perhitungan dari uji statistik chi square, antara variabel lama merokok dengan kejadian hipertensi mendapatkan p value = 0,022 (α < 0,05), maka Ho ditolak. Dengan demikian terdapat hubungan antara lama merokok dengan hipertensi pada pasien Poliklinik Umum di Puskesmas Ranotana. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setyanda (2015) dengan jumlah sampel sebanyak 92 responden dengan p value = 0,017 < 0,05. Penelitian tersebut menemukan bahwa responden perokok yang menderita hipertensi < 10 tahun sebanyak 20%, 10-20 tahun sebanyak 80%, dan > 20 tahun sebanyak 78,%. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa lama merokok mempengaruhi terjadinya kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil uji statistik chi square antara variabel aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi didapatkan p value = 0,000 (α < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan hipertensi pada pasien Poliklinik Umum di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Suoth (2014) yang dilakukan di Provinsi yang sama yaitu Sulawesi Utara, di Kabupaten Minahasa Utara. Dengan menggunakan uji statistik didapatkan p value 5
= 0,000 dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden. Maka dapat disimpulkan yaitu terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini didukung juga dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hepti (2011) di Makassar terhadap 235 responden dengan p value = 0,018 yang menunjukkan adanya hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi. Penelitian lainnya yang dilakukan di Desa Ngabean Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen dengan jumlah sampel sebanyak 54 responden didapatkan bahwa sebagian besar responden (50%) melakukan aktifitas fisik sehingga berdasarkan hasil analisis yang didapat p value = 0,013 yang berarti terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan hipertensi (Budino, 2015). Berbeda dengan hasil yang didapatkan dari Santoso (2013) di Surakarta dengan p value = 0,449 dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi. Penelitian lain yang dilakukan juga oleh Anggraeny (2014) berbeda dengan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dan menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado, maka dapat disimpulkan yaitu: 1. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi pada pasien poliklinik umum di Puskesmas Ranotana Weru. 2. Ada hubungan antara lama merokok dan kejadian hipertensi pada pasien poliklinik umum di Puskesmas Ranotana Weru. 3. Ada hubungan antara aktifitas fisik dan kejadian hipertensi pada pasien poliklinik umum di Puskesmas Ranotana Weru. SARAN 1. Bagi Puskesmas Bagi seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas Ranotana Weru agar lebih aktif dalam melaksankan kegiatan penyuluhan tentang penyakit-penyakit degenaratif lebih khusus penyakit hipertensi. 2. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ranotana Weru untuk dapat lebih memperhatikan gaya hidup, sering melakukan aktifitas fisik secara tepat dan teratur serta dapat mengurangi atau menghindari faktor resiko terhadap kejadian hipertensi. Masyarakat juga harus lebih rutin memeriksakan tekanan darah pada petugas-petugas kesehatan agar tekanan darah bisa terkontrol. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan bagi peneliti lain untuk dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kejadian hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA Anggara, F. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Anggreiny, R. 2014. Faktor Resiko Aktifitas Fisik, Merokok, Dan Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingaloang Kota Makassar. (Online). Ainun, 2014. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Mahasiswa Di Lingkup Kesehatan Universitas Hasanuddin. Jurnal Ilmiah. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Budino. 2015. Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dengan Status Kesehatan Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Desa Ngabean Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen. (Online). Casey dan Benson, 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 201. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Manado. Dinas Kesehatan Kota Manado, 201. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Manado. Manado. Hepti, M. 2011. Hubungan Pola Kounsumsi Natrium Dan Kalium Serta Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUP. DR. WAHIDIN SUDIRHUSODO MAKASSAR. (Online). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta. Puskesmas Ranotana Weru, 201. Profil Kesehatan Puskesmas Ranotana Weru. Manado. Oroh, D. 2013. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dan Konsumsi Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Poliklinik Umum Di Puskesmas Tumaratas Kec. Langowan Barat Kab. Minahasa. (Online). Rehanun, 2014. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Sopir Angkutan Di Wilayah Ungaran Kabupaten Semarang. (Online). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sarasaty, R, F. 2011. Faktor Yang Behubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. (Online). Setyanda, Y. 2015. Hubungan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 35-5 Tahun Di Kota Padang. (Online) Jurnal Kesehatan Andalas. Sihombing, M. 2010. Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/ 7
Minuman, Dan Aktivitas Fisik Dengan Penyakit Hipertensi Pada Responden Obes Usia Dewasa Di Indonesia. (Online) Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 0, Nomor: 9. Suoth, M. 2014. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. (Online) e-journal keperawatan (e-kp) Volume 2. WHO, 2015. Q And As On Hypertension. (Online). 8