BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB III METODE PENELITIAN. hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan yang berjumlah 499 mahasiswa.

Lampiran 1 Informed Consent Responden INFORMED CONSENT RESPONDEN LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi menjadi masalah terbesar di dunia khususnya Indonesia. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

Karakteristik Umum Responden

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. fakultas yang ada di UMY adalah Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Temanggung yang berusia tahun. Hasil pengukuran tekanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan), Farmasi, PSPDG (Program Studi Pendidikan Dokter Gigi), dan PSPD (Program Studi Pendidikan Dokter) angkatan 2013, penelitian ini dilakukan pada bulan maret sampai mei. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memiliki slogan yaitu menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual maupun sosial. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terletak di Jalan Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183. 2. Karakteristik Responden Tabel 5 Distribusi Responden No Karakteristik n % 1. Umur Remaja Akhir Dewasa Awal 8 217 3,6 96,4 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 68 157 30,2 69,8 Sumber: Data Primer (2017) 38

39 Berdasarkan tabel 5, karakteristik responden dominasi oleh umur dewasa awal sebanyak 217 responden (96,4%), dan di dominasi jenis kelamin perempuan sebanyak 157 responden (69,8%). 3. Hasil Analisa Data a. Gambaran Faktor-Faktor Risiko Pencetus Hipertensi Pada Mahasiswa FKIK UMY Angkatan 2013 Distribusi frekuensi faktor-faktor risiko pencetus hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013 yaitu merokok, alkohol, aktivitas fisik, obesitas, stress, riwayat keturunan hipertensi, kejadian hipertensi dan junk food ditampilkan pada tabel 7 berikut. Tabel 6 Hasil Analisis Univariat Gambaran Faktor-Faktor Risiko Pencetus Hipertensi Pada Mahasiswa FKIK UMY Angkatan 2013 (N=225) No Variabel n % 1. Kebiasaan Merokok Perokok Berat Perokok Ringan Tidak Merokok 2. Konsumsi Alkohol Berisiko Tidak Berisiko Tidak Mengkonsumsi Alkohol 3. Aktivitas Fisik Berisiko Tidak Berisiko 4. Obesitas Obesitas Tidak obesitas 5. Stress Stress Tidak stress 6. Riwayat Hipertensi Keluarga Ya, ada keturunan Tidak, ada keturunan 7. Kejadian Hipertensi Hipertensi Tidak Hipertensi 8. Konsumsi Junk Food Berisiko Tidak Berisiko 5 3 217 2 2 221 97 128 23 202 108 117 101 124 2 223 184 41 3,6 1,3 96,4 0,9 0,9 98,2 43,1 56,9 10,2 89,8 48,0 52,0 44,9 55,1 0,9 99,1 81,8 18,2

40 Sumber: Data Primer (2017) Menurut tabel 6 distribusi kebiasaan merokok dikategorikan tidak merokok sebanyak 217 responden (96,4%), distribusi konsumsi alkohol dikategorikan tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 221 responden (98,2%), distribusi aktivitas fisik dikategorikan tidak berisiko sebanyak 128 responden (56,9%), distribusi obesitas dikategorikan tidak obesitas sebanyak 202 responden (89,8%), distribusi stress dikategorikan tidak stress sebanyak 117 responden (52,0%), distribusi riwayat hipertensi keluarga dikategorikan tidak ada keturunan sebanyak 124 responden (55,1%), distribusi kejadian hipertensi dikategorikan tidak hipertensi sebanyak 223 responden (99,1%), distribusi konsumsi junk food dikategorikan berisiko sebanyak 184 responden (81,8%). b. Pembahasan 1. Gambaran Faktor Risiko Hipertensi Pada Mahasiswa FKIK UMY Angkatan 2013 a. Jenis Kelamin Menurut tabel 5 dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 157 responden (69,8). Menurut Nurhidayat (2014) jenis kelamin sebagai faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskular salah satunya hipertensi. Semakin meningkatnya usia akan terjadi perubahan fisik dan hormonal seperti peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, dan

41 kenaikan berat badan (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Perempuan pada usia remaja cenderung mengalami kenaikan kadar lemak tubuh yang dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan yaitu hormon androgen (Istiany & Rusilanti, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa ketika usia semakin meningkat pada remaja hormon androgen akan mengalami peningkatan sehingga tekanan darah juga akan meningkat (Maranon, 2013). Menurut Darmawan (2016) remaja perempuan cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung natrium, pola makan yang tidak sehat, makan makanan cepat saji, dan olahraga yang tidak teratur. Hipertensi pada remaja biasanya disebabkan oleh hormon pertumbuhan (androgen) paling sering disebabkan adanya masalah pada organ jantung dan ginjal, dan adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi (Ruwano, 2010). b. Kebiasaan Merokok responden kebiasaan merokok di dominasi oleh kategori tidak merokok yaitu sebanyak 217 responden (96,4%). Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden yang tidak merokok disebabkan karena responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah perempuan, yang berarti kebiasaan merokok bukan menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013. Menurut Priyadarshini (2016) merokok dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Kebiasaan

42 merokok dapat menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan darah secara akut serta berhubungan dengan hipertensi yang sangat parah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Putra (2016). Pada penelitiannya dijelaskan bahwa responden yang memiliki kebiasaan merokok sebesar (15,09%). Menurut Sigalingging (2011) kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko hipertensi karena kandungan nikotin yang terdapat pada rokok, sehingga dapat mengakibatkan pengapuran dinding pembuluh darah. Sattiyani (2011) menjelaskan bahwa dampak lama merokok dengan kejadian hipertensi sangat beralasan. Karena, rokok memiliki dose response effect dimana semakin muda usia seseorang merokok, semakin besar pengaruhnya terhadap terjadinya hipertensi. Rokok mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10 sampai 15 mmhg dan menambah detak jantung 5 sampai 20 kali permenit. Merokok aktif ataupun pasif pada dasarnya mengisap CO (carbon monoksida) yang mempunyai kemampuan mengikat Hb (hemoglobin) yang ada di dalam sel darah merah. Tubuh yang kekurangan oksigen akan berusaha untuk meningkatkan kompensasi pembuluh darah dengan cara spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah (Narayana, 2015).

43 c. Konsumsi Alkohol responden konsumsi alkohol di dominasi oleh kategori tidak mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak 221 responden (98,2%). Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden yang tidak mengkonsumsi alkohol disebabkan karena responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa kesehatan yang mengetahui dampak yang akan ditimbulkan jika mengkonsumsi alkohol terlalu sering, yang berarti konsumsi alkohol bukan menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai akan berpengaruh terhadap pengetahuan yang lebih baik. Orang yang mempunyai pengetahuan yang tinggi cenderung menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat. (Notoatmodjo, 2010) ( Susilo & Wulandari, 2011). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widiansah (2016) yang menjelaskan lebih banyak responden pada kelompok kasus yang tidak mengkonsumsi alkohol sebesar (60,7%) dan yang mengkonsumsi alkohol sebesar (39,3%), sedangkan responden pada kelompok kontrol yang tidak mengkonsumsi alkohol sebesar (67,9%), dan yang mengkonsumsi alkohol sebesar (32,1%). Konsumsi alkohol yang berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau bahkan lebih minuman beralkohol perhari

44 meningkatkan risiko hipertensi sebesar dua kali (Shep, 2005). Seseorang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum (Ali Khomsan, 2006) d. Aktivitas Fisik responden aktivitas fisik di dominasi oleh kategori tidak berisiko sebanyak 128 responden (56,9%). Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden yang mempunyai aktivitas fisik yang tidak berisiko disebabkan karena responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa kesehatan yang memiliki aktivitas fisik sedang maupun tinggi, yang berarti aktivitas fisik bukan menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013. Menurut Gibney (2009) aktivitas fisik yang tinggi dapat mencegah atau memperlambat onset tekanan darah tinggi dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Paruntu (2015) yang menjelaskan lebih banyak responden yang melakukan aktivitas fisik sedang sebesar (51,6%). Semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik maka semakin kecil resiko terkena penyakit hipertensi. Seseorang dengan aktivitas fisik ringan, memiliki kecenderungan terkena hipertensi dibandingkan seseorang dengan aktivitas sedang atau berat (Kelley, 2001). Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung sehingga dapat memompa darah

45 lebih baik dengan tanpa harus mengeluarkan energi yang besar. Semakin ringan beban kerja jantung maka semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan tekanan darah menjadi turun (Simamora, 2012). e. Obesitas responden obesitas di dominasi oleh kategori tidak obesitas sebanyak 202 responden (89,8%). Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden yang tidak obesitas disebabkan karena responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa kesehatan yang memiliki gaya hidup yang baik dan sehat, yang berarti obesitas bukan menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013. Menurut Puspitorini (2010) gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi kehidupan di masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan terjadinya hipertensi seperti makanan, aktivitas fisik, stress, dan merokok. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lilyasari (2007) yang menjelaskan bahwa wanita dewasa yang memiliki status obesitas maupun gizi kurang mempunyai proporsi yang sama untuk menderita hipertensi. Responden dengan status gizi kurang akan mempengaruhi ketersediaan oksigen di dalam darah yang akan diedarkan ke seluruh pembuluh darah. Apabila asupan makanan kurang, darah akan mengambil oksigen dari organ lain.

46 f. Stress responden stress di dominasi oleh kategori tidak stress sebanyak 117 responden (52,0%). Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden yang tidak stress disebabkan karena responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa kesehatan yang mengetahui cara untuk mengurangi stress yaitu dengan cara koping, yang berarti stress bukan menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013. Mekanisme koping berhasil apabila dapat mengurangi dan membangkitkan (arousal) stress seperti menurunnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan (Taylor, 1991 dalam Ariastri, 2016). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Larasati (2014) yang menjelaskan bahwa lebih banyak responden dengan stress rendah sebesar (56,5%), stress sedang sebesar (26,1%), dan stress tinggi sebesar (17,4%). Stress memang dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu atau mendadak dan bila stress sudah hilang maka tekanan akan menjadi normal. Setiap orang memiliki kemampuan untuk mengendalikan respon dengan memikirkan hal-hal yang menyenangkan dan bernapas secara teratur sehingga stress dapat teratasi (Pontoh, 2016). Orang-orang yang berpikiran positif dan optimis akan lebih kecil peluangnya mendapat hipertensi (Sustrani, 2004).

47 g. Riwayat Hipertensi Keluarga responden riwayat hipertensi keluarga di dominasi oleh kategori tidak ada keturunan sebanyak 124 responden (55,1%). Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden yang tidak memilki riwayat keturunan hipertensi disebabkan karena responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa kesehatan yang sebagian besar memang tidak memiliki riwayat hipertensi di dalam keluarganya, yang berarti riwayat hipertensi keluarga bukan menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013. Menurut Smith (1995) dalam Sulastri (2015) bahwa kecenderungan untuk mengidap tekanan darah tinggi dapat diturunkan dalam keluarga, tetapi ada banyak variasi. Semakin dekat hubungan darah dengan seseorang yang mengidap tekanan darah tinggi, semakin besar kemungkinan orang tersebut untuk mengidap tekanan darah tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yeni (2014) yang menjelaskan dalam penelitiannya terdapat 20 responden yang positif hipertensi dan memiliki riwayat keluarga hipertensi, 38 responden tidak mengalami hipertensi tetapi memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi, 6 responden mengalami hipertensi tetapi tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi, 24 responden yang tidak mengalami hipertensi dan tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi. Penelitian Sulastri (2015) juga menjelaskan tidak adanya riwayat

48 keturunan dapat disebabkan karena kurang dekatnya faktor genetik dengan seseorang yang mengidap tekanan darah tinggi. h. Konsumsi Junk Food responden konsumsi junk food di dominasi oleh kategori berisiko sebanyak 184 responden (81,8%). Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden yang berisiko disebabkan karena responden dalam penelitian ini lebih menggemari makanan cepat saji dan responden sebagian besar mengkonsumsi junk food lebih dari dua kali dalam seminggu, yang berarti konsumsi junk food menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pemayun dkk (2015) yang mengungkapkan bahwa makanan cepat saji menjadi salah satu makanan pilihan mahasiswa yang hidup merantau (tinggal di kos-kosan atau asrama). Selain mudah, biaya makanan cepat saji dapat dijangkau oleh kalangan mahasiswa. Beberapa makanan cepat saji bahkan mengandung gula dan natrium, apabila dikonsumsi terus menerus akan menyebabkan penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi (Siregar, 2015) (Sumarni, 2015). C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan Penelitian a. Pada penelitian ini peneliti membahas gambaran faktor risiko hipertensi berdasarkan jenis kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,

49 aktivitas fisik, obesitas, stress, riwayat keturunan hipertensi, dan konsumsi junk food. b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini cukup banyak, sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan harapan peneliti. 2. Kelemahan Penelitian a. Penelitian ini dilakukan di FKIK UMY dengan jumlah sampel 225 mahasiswa dari jumlah total mahasiswa FKIK UMY sebanyak 499 mahasiswa. b. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden sehingga hasilnya tergantung dengan kejujuran responden. c. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif sehingga tidak dapat mengetahui hubungan antara faktor risiko hipertensi.