ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA EKSERGI SISTEM POMPA PANAS PENGERING PAKAIAN KAPASITAS 7 KG PADA AC ¾ PK. Jl. Tamansiswa No. 261 Palembang *

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK

Modifikasi Ruang Panggang Oven

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

JENIS-JENIS PENGERINGAN

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62

BAB II LANDASAN TEORI

KOMPARASI WAKTU PENGERINGAN AWAL GREEN BODY HASIL CETAK KERAMIK DENGAN SISTEM ALAMIAH dan SISTEM VENTILASI PADA PT X BALARAJA - BANTEN

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

KAJIAN TEORITIK PEMILIHAN HEAT PUMP DAN PERHITUNGAN SISTEM SALURAN PADA KANDANG PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM TERTUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

BAB II LANDASAN TEORI

Performansi thermal sistem pengering pakaian aliran paksa dan aliran alami memanfaatkan energi pembakaran LPG

Campuran udara uap air

ANALISA PEFORMANSI SISTEM PENGERING DALAM PROSES LOUNDRY DENGAN MEMVARIASIKAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

PERANCANGAN MESIN PENGERING PAKAIAN KAPASITAS 15 KG / PROSES BERBAHAN BAKAR LPG SKRIPSI

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II STUDI PUSTAKA

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6)

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI KAPASITAS 12 KG/JAM

DESAIN SISTEM PENGERING KERUPUK KEMPLANG DENGAN UAP SUPER PANAS BERBAHAN BAKAR BIOMASA

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

RANCANG BANGUN EVAPORATIVE COOLING

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

BAB V ANALISA HASIL PERBANDINGAN KOMPRESOR PISTON DENGAN SCREW

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

Transkripsi:

Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN Ambo Intang *, Darmansyah Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tamansiswa Jl. Tamansiswa No.26 Palembang, Indonesia *Email Penulis: ambo.intang@gmail.com INFORMASI ARTIKEL Naskah Diterima 29/04/208 Naskah Direvisi 30/04/208 Naskah Disetujui 30/04/208 Naskah Online 30/04/208 ABSTRAK Seiring perkembangan zaman, pengeringan pakaian yang dahulu hanya memanfaatkan sinar matahari, sekarang sudah banyak beralih kepada mesin pengering mekanis karena membutuhkan waktu yang lebih singkat, tidak perlu tempat yang luas, terjaga kebersihannya dan tidak tergantung pada cuaca, tapi dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari suhu lingkungan terhadap laju perpindahan kalor dan pengeringan pada mesin pengering pakaian agar diketahui berapa beban yang ideal untuk dikeringkan dan temperatur lingkungan yang tepat menggunakan mesin, sehingga pemakaiannya akan lebih efektif dan efisien. Didapatkan laju perpindahan kalor terbesar terjadi pada beban yang paling berat (5.3 kg) dan yang dikeringkan pada suhu lingkungan yang lebih rendah (T lingkungan 27 0 C) yaitu sebesar 8.89 kj/s sedangkan laju pengeringan tertinggi terjadi pada beban 5.3 kg (T lingkungan 34 0 C) dan terendah pada beban.6 kg (T lingkungan 27 0 C). Semakin berat beban semakin efisien penggunaannya dan suhu lingkungan yang tinggi adalah temperatur lingkungan yang tepat menggunakan mesin pengering sedangkan pengeringan yang membutuhkan laju perpindahan kalor yang tinggi menandakan proses pengeringan yang lebih lama. Katakunci: suhu lingkungan, perpindahan kalor, laju pengeringan, diagram psikrometrik. PENDAHULUAN Pengeringan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk tujuan menurunkan kadar air pada bahan yang basah, dan di harapkan hasil pengeringan kadar air habis hingga 00%. Sejak zaman nenek moyang hingga sekarang pengeringan yang banyak dilakukan secara konvesional dengan pemanfaatan sinar matahari. Cara ini tidak memerlukan biaya yang besar tetapi sebaliknya cara ini sangat murah dan praktis, akan tetapi mempunyai kendala saat keadaan cuaca yang kurang mendukung, memerlukan tempat yang luas dan waktu yang cukup lama serta kurang terjaga kebersihannya dalam proses pengeringan (Mujumdar 2006). Pengeringan dengan alat pengering mekanis yang dapat dilihat pada Gambar. 34 2 Gambar. Rancangan (Modifikasi) Mesin Pengering Pakaian

Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 (Ambo Intang,207) Keterangan Gambar :. Kipas 7. Pully 2. Heater (Selenoid burner) 8. Filter / Saringan 3. Ruang Pembakaran 9. Motor Listrik 4. Lubang Saluran Masuk Drum 0. Fan 5. Drum Pengering. Casing / Pembungkus Komponen Mesin 6. Vant Belt / Sabuk 2. Gas LPG 3 Kg membutuhkan waktu yang lebih singkat, tidak perlu tempat yang luas, lebih terjaga kebersihannya dan tidak bergantung pada kondisi cuaca. Pengering mekanis dalam hal ini, memerlukan sumber panas buatan yang berasal dari bahan bakar biomasa, bahan bakar minyak dan gas, elemen pemanas tenaga listrik maupun penggunaan limbah panas. Sumber panas buatan yang penulis pergunakan pada penelitian ini adalah hasil dari pembakaran gas LPG. Penggunaan gas LPG lebih hematdibandingkan dengan pemanas dengan tenaga listrik yang membutuhkan daya ribuan watt. Mesin pengering pakaian yang penulis gunakan untuk penelitian ini adalah mesin pengering bertenaga listrik yang dimodifikasi menjadi bertenaga sistem pompa panas (ambo intang,207) dan dinovasi lanjut dengan pemanas berbahan bakar gas dengan penambahan kipas untuk mendapatkan efek konveksi paksa, dimana kipas digunakan untuk mengalirkan udara panas menuju drum pengering. Kecepatan aliran udara kipas yang digunakan adalah kecepatan tetap high speed (3.5 m/s). Pada penelitian ini digunakan variasi beban pakaian antara lain.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg yang akan dikeringkan (mesin pengering) di ruang terbuka pada malam hari ( T lingkungan 27 0 C) dan siang hari (T lingkungan 34 0 C). Perbedaan suhu lingkungan saat pengujian kemungkinan akan berpengaruh terhadap laju perpindahan kalor dan pengeringan yang terjadi. Kain/pakaian yang digunakan untuk pengujian mesin pengering terbuat dari bahan polyester dengan beban divariasikan.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg. Pakaian berbahan polyester ini akan dibasahi kemudian dikeringkan menggunakan mesin pengering lalu dicatat temperatur dan lama waktu pengeringannya, dengan dua suhu lingkungan yang berbeda yaitu 27 0 C didapat pada malam hari dan 34 0 C pada siang hari. Penelitian ini dilakukan di ruang terbuka dan data pengukuran yang akan di ambil adalah suhu ruang pembakaran ( 0 C), temperatur bola kering masuk (Tdb masuk), temperatur bola basah masuk (Twb masuk), temperatur bola kering keluar (Tdb keluar), dan temperatur bola basah keluar (Twb keluar). Temperatur bola kering dan temperature bola basah masuk diambil pertama kali dengan mengeringkan pakaian sampai 00% kering sehingga menjadi acuan untuk percobaan berikutnya (Tdb keluar dan Twb keluar) yang menunjukkan bahwa pakaian telah kering sempurna secara kualitatif. Data hasil penelitian akan digunakan untuk menghitung laju pengeringan dan perpindahan kalor yang terjadi selama proses pengeringan secara kuantitatif. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.Hasil Perhitungan Luas Penampang (A) 2. METODELOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, alat yang digunakan menggunakan mesin pengering pakaian dengan sistem konveksi paksa seperti yang ditunjukkan pada gambar. Proses kerja dari mesin pengering pakaian pada penelitian ini : Panas hasil pembakaran ol eh heater (s elenoid burner) [2] di ruang pembakaran [3] didorong ol eh kipas [] menuju ke dal am drum pengering [5] mel alui lubang saluran masuk drum [4]. Ketika didalam drum udara panas tersebut mengeringkan pakaian bersamaan dengan putaran bolak balik drum oleh v ant belt [6] yang digerakkan oleh motor listrik [9], karena putaran dari fan [0] udara didalam drum terhisap dan tersaring oleh filter [8] dan dibuang ke lingkungan. Aliran udara keluar dari kipas pada kecepatan tertentu (VAliran Udara Kipas) berasal dari udara luar pada T lingkungan 0 C, kemudian mengalami pemanasan pada ruang pembakaran yang dialiri panas hasil pembakaran oleh heater menuju drum pengering, dan akhirnya meninggalkan drum pengering pada kondisi temperatur Tdb dan Twb. Gambar 2. Besar Luas Penampang Drum Pengering A = 2 = (3,4)(57cm) 2 = 25,5 cm 2 = 0,255 m 2 D = 57 Perhitungan Laju Aliran Massa (ṁ) Nilai ρ diambil dari table A 5 Properties of air at atm pressure (lampiran). ρ untuk T = 27 o C (malam hari) adalah sebesar.76 kg/m 3. ṁ = ρ x v x A (Moran dan Shapiro, 2000) =.76 kg/m 3 x 3.5 m/s x 0.255 m 2 =.049 kg/s Sedangkan ρ untuk T = 34 o C (siang hari) adalah sebesar.49 kg/m 3. ṁ = ρ x v x A =.49 kg/m 3 x 3.5 m/s x 0.255 m 2 =.025 kg/s Besar Nilai hin dan hout 35

Q (kj/s) 0 20 30 40 60 70 80 90 00 0 20 30 40 Q (kj/s) Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 Berikut ini contoh penetuannya: Nilai hin dan hout bisa didapat dengan menarik garis manual pada diagram psikometrik dari temperatur bola kering dan bola basah yang didapat dalam pengujian pada temepratur lingkungan 27 0 C, tapi karena nilai Tdb (45 0 C) dan Twb (35 0 C) yang cukup tinggi, maka lebih mudah dan akurat bila menggunakan software psikometrik yaitu CYTSoft Psychrometric Chart 2.2, berikut cara menggunakan dan mencari nilai hin dan hout. - Nilai hin didapat dari Tdb = 45 0 C dan Twb = 35 0 C, Sehingga nilai hin adalah 28.7997 kj/kg 28.80 kj/kg - Nilai hout didapat dari Tdb = 38 0 C dan Twb = 33 0 C, Sehingga nilai hout adalah 6.5452 kj/kg 6.54 kj/kg Perhitungan Besar Perpindahan Kalor (Q) Q = ṁ. ( hin hout )(Chengel, Yunus A. 2007) =.049 kg/s. ( 28.80 kj/kg 6.54 kj/kg ) =.049 kg/s. ( 2.26 kj/kg ) = 2.86 kj/s Perhitungan Laju Pengeringan(Suarnadwipa N. dan Hendra, 2008) - Berat basah (Massa awal bahan) =.6 kg - Berat kering (Massa akhir bahan) = 0.8 kg - Periode pengeringan (t) = 80 menit =.33 jam 3.2 Pembahasan Laju pengeringan = = = = 0.6 kg/jam Berikut disajikan grafik lengkap hasil perhitungan l aju perpindahan kalor (Q) terhadap waktu pengeringandan laju pengeringan (M) dari pengambilan data pengeringan pada malam hari (suhu lingkungan = 27 0 C) dan siang hari (suhu lingkungan = 34 0 C)dan analisa hasilnya.. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Laju Perpindahan Kalor 0 20 30 40 60 70 80 beban.6 kg beban.6 kg lingkungan terhadap laju perpindahan kalor (Q). Pada pengeringan pakaian dengan beban yang sama (.6 kg) terlihat perbedaan besarnya laju perpindahan kalor yang terjadi. Pada pengeringan dengan beban.6 kg (T 2.93 kj/s lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan pada beban.6 kg (T lingkungan 34 0 C) yang mana perpindahan kalor terbesarnya adalah 8.25 berkurang (table properties of air at atm pressure), aliran massanya semakin kecil. Laju aliran massa yang kecil mengakibatkan laju perpindahan kalor (Q) semakin beban 3.7 kg (27 C) beban 3.7 kg (34 C) Gambar 4. Grafik Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Q pada Beban 3.7 kg lingkungan terhadap perpindahan kalor (Q). Pada pengeringan pakaian dengan beban yang sama (3.7 kg) terlihat perbedaan besarnya perpindahan kalor yang terjadi. Pada pengeringan dengan beban 3.7 kg (T 5.33 kj/s lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan pada beban 3.7 kg (T lingkungan 34 0 C) yang mana perpindahan kalor terbesarnya adalah 9.45 berkurang (table properties of air at atm pressure), aliran massanya semakin kecil. Laju aliran massa yang kecil mengakibatkan perpindahan kalor (Q) semakin Gambar 3. Grafik Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Q pada Beban.6 kg 36

Laju Pengeringan (kg/jam) Periode Pengeringan (menit) 0 20 30 40 60 70 80 90 00 0 20 30 40 60 70 80 90 200 Q (kj/s) Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 2 beban 5.3 kg beban 5.3 kg Gambar 5. Grafik Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Q 0 pada Beban 5.3 kg.04 kg/jam lebih tinggi dibanding dengan laju pengeringan pada beban.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg (T lingkungan 27 0 C) yang hanya sebesar 0.60 kg/jam, 0.77 kg/jam dan 0.78 kg/jam. Hal ini disebabkan karena pada suhu lingkungan yang tinggi, suhu pada ruang pembakaran akan meningkat. Tercatat pada T lingkungan 27 0C (T ruang pembakaran 55-80 0C) sedangkan pada T lingkungan 34 0C (T ruang pembakaran 60-85 0 C). Terjadinya perubahan suhu pada ruang pembakaran dikarenakan dampak dari tingkat kelembaban lebih rendah pada T lingkungan yang lebih tinggi. 02 lingkungan terhadap perpindahan kalor (Q). Pada pengeringan pakaian dengan beban yang sama (5.3 kg) terlihat perbedaan besarnya perpindahan kalor yang terjadi. Pada pengeringan dengan beban 5.3 kg (T 8.89 kj/s lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan pada beban 5.3 kg (T lingkungan 34 0 C) yang mana perpindahan kalor terbesarnya adalah 6. berkurang (table properties of air at atm pressure), aliran massany a semakin kecil. Laju aliran massa yang kecil mengakibatkan perpindahan kalor (Q) semakin 2. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Laju Pengeringan.2 0.8 0.6 0.4 0.2 0 beban.6 Kg beban.6 Kg beban 5.3 Kg Variasi Beban pada T Lingkungan (kg, 0 C) beban 5,3 Kg Gambar 6. Grafik Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Laju Pengeringan lingkungan terhadap laju pengeringan. Pada beban yang sama laju pengeringan akan semakin besar bila pakaian dikeringkan (mesin pengering) pada suhu lingkungan yang lebih tinggi. Terlihat pada grafik diatas laju pengeringan pada beban.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg (T lingkungan 34 0 C) sebesar 0.69 kg/jam, 0.98 kg/jam dan 200 00 0 Gambar 7. Grafik Periode Pengeringan Kipas membawa udara dari lingkungan kedalam ruang pembakaran dan drum pengering. Udara tersebut mengalami pemanasan di ruang pembakaran yang kemudian dilanjutkan ke drum pengering. Jika suhu lingkungan tinggi maka udara yang masuk tingkat kelembabannya akan rendah, kelembaban menandakan jumlah kadar uap air yang terikat pada udara. Semakin rendah kel embaban maka kadar uap airnya semakin sedikit sehingga udara yang dipanaskan pada ruang pembakaran, suhunya akan lebih tinggi dibanding bila udara tersebut tingkat kelembabannya tinggi. Kelembaban udara juga berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air didalam drum pengering. Apabila kelembaban udara rendah, maka perbedaan tekanan uap air di dalam dan di luar bahan menjadi besar sehingga mempercepat pemindahan uap air dari dalam bahan keluar. Suhu ruang pembakaran yang tinggi disertai tingkat kelembaban yang rendah mempersingkat periode pengeringan sehingga meningkatkan laju pengeringan untuk bahan tersebut (Gambar 7). 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4. Kesimpulan beban.6 beban Kg.6 Kg beban 5.3 Kg Variasi Beban pada T Lingkungan (kg, 0 C) beban 5,3 Kg. Dari hasil pengujian didapat laju perpindahan kalor terbesar terjadi pada beban pengeringan yang paling berat (5.3 kg) dan pada suhu lingkungan yang lebih rendah (T lingkungan 27 0 C) yaitu sebesar 8.89 kj/s. Suhu lingkungan yang rendah membutuhkan laju 37

Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 perpindahan kalor yang tinggi dan proses pengeringan yang lebih lama. 2. Mesin pengering pakaian dalam hal ini, lebih efisien bila digunakan untuk mengeringkan pakaian dalam jumlah yang banyak (mendekati kapasitas maksimum) dan pada suhu lingkungan yang tinggi. Hal ini terlihat dari efisiensi laju pengeringan tertinggi terjadi pada pengeringan dengan beban paling berat (5.3 kg) dan pada suhu lingkungan yang lebih tinggi (34 0 C). 3. Konveksi paksa mempengaruhi periode pengeringan pada suhu lingkungan yang tinggi, udara yang dihembuskan dari lingkungan akan meningkatkan suhu ruang pembakaran. Suhu ruang pembakaran yang meningkat membuat proses pengeringan lebih cepat. 4.2 Saran Laju pengeringan yang disarankan berdasarkan hasil pengujian adalah laju pengeringan dengan beban 5.3 kg karena mengeringkan dalam jumlah yang lebih banyak lebih hemat energi dan waktu, tapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan beban maksimumnya. 5. DAFTAR PUSTAKA,, Manual Software CYTSoft Psychrometric. Chengel, Yunus A. 2007. Heat Transfer, McGraw-Hill, New York. Intang A., Nursiwan N.. 207. Analisa eksergi sistem pompa panas penegring pakaian kapasitas 7 kg pada AC ¾ PK. Flywheel, Vol. 3, No., hal. 0-20. Tersedia di http://sinta2.ristekdikti.go.id/authors/detail?id=602573&view= overview Moran, M.J & Howard N. Shapiro, 2000, Fundamental of Engineering Thermodynamics. John Wiley & Sons Inc. Chicester. Mujumdar, Arun S. 2006. Handbook of Industrial Drying Third Edition. CRC Press Suarnadwipa, N. & W. Hendra. 2008. Pengeringan jamur dengan dehumifier. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM. Vol 2. No. Juni 2008. 38