ANALISIS NILAI TAMBAH PELAKU RANTAI PASOK GAMBIR DENGAN METODE HAYAMI TERMODIFIKASI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dari kemiringan rendah hingga sangat curam (Gumbira-Sa id et al., 2009).

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

4. METODOLOGIPENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Penentuan Responden

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

IV. METODE PENELITIAN


I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi

ANALISA PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG PERANTARA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

9. Secara singkat gambaran usaha pembuatan bag log pada Responden Bersangkutan:

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA

JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015 ANALISIS RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

III. METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Tanah Datar Bergerak disektor Pertanian dan Peternakan.

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Pengolahan gambir dengan kempa tradisional di Halaban

LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

I. PENDAHULUAN. minyak goreng, margarine, shortening, food emulsifier, coffee whitener, filled

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka

PEMBENTUKAN HARGA CABAI MERAH KERITING

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMASARAN GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) DI KENAGARIAN MANGGILANG KEC. KOTO BARU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

DAFTAR PUSTAKA. Andri, K.B Perspektif Pembangunan Wilayah Pedesaan. Inovasi (XVIII): 1-8.

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

Tanggal : No. Responden : ANALISIS RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN) BUAH NAGA. 1. Nama :.. 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan. 4. Alamat Rumah :...

Transkripsi:

ANALISIS NILAI TAMBAH PELAKU RANTAI PASOK GAMBIR DENGAN METODE HAYAMI TERMODIFIKASI Hendra Saputra 1, Novizar Nazir 2, dan Rina Yenrina 2 1 Institut Teknologi Sumatera, Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365 2 Universitas Andalas, Limau Manis, Padang, 25163, Indonesia E-mail: hendra.saputra@tin.itera.ac.id ABSTRAK Gambir merupakan komoditas unggulan Sumatera Barat, produktivitas rantai pasok gambir saat ini masih memiliki kendala dari tingkat keuntungan yang tidak setara di setiap aliran rantainya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui nilai tambah yang diperoleh di setiap pelaku rantai pasok gambir. Mekanisme rantai pasok gambir diidentifikasi menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem yang didukung dengan metode Hayami termodifikasi untuk menghitung nilai tambah. Pada skala industri kapasitas pabrik pengolahan eksportir gambir 1250 kg gambir/jam dan tingkat harga jual gambir masyarakat 45.000/kg, harga Gambir katekin (Produksi eksportir) Rp 189.000/kg di dapat hasil perbandingan nilai tambah Petani (11) : Pedagang pengumpul (30 ) : Eksportir lokal (60 ). Dari total nilai tambah yang dihasilkan sebesar 322.602.481.833 pertahun terlihat perbandingan nilai tambah diantara para pelaku rantai pasok gambir yaitu petani, pedagang pengumpul, dan eksportir lokal dimana petani memperoleh 20.052/kg, pedagang pengumpul 55.135/kg dan eksportir lokal 110.813/kg. Berdasarkan besaran nilai tambah per kg gambir yang diperoleh disetiap rantai pasok gambir, eksportir lokal menerima bagian pendapatan yang lebih baik dibandingkan dengan petani dan pedagang pengumpul. Kata kunci-gambir; rantai pasok; nilai tambah PENDAHULUAN Gambir merupakan resin yang diekstrak dari daun dan cabang-cabang muda tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb.), dikristalkan dan diperdagangkan dalam bentuk kubus atau blok kecil (Ridsdale, 2007). Sentra perkebunan gambir di Indonesia adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, dan Papua (Amos et al., 2005). Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan merupakan propinsi sentra produksi gambir Sumatera. Diantara keempat sentra produksi gambir tersebut, Propinsi Sumatera Barat merupakan sentra produksi gambir terbesar yang memasok sekitar 90 dari total produksi gambir nasional (Gumbira-Sa id et al, 2009). Rantai pasok gambir memiliki berbagai macam alternatif pilihan dalam menyalurkan gambir. Untuk itu dalam penelitian ini, diperlukan identifikasi saluran pemasaran yang bertujuan untuk melihat perilaku setiap lembaga pemasaran dalam memilih saluran pemasaran untuk memamasarkan gambir. Perbedaan bentuk pemasaran ini bisa dipengaruhi oleh karakteristik pemasaran di daerah serta berdasarkan jenis gambir serta harga gambir. Nilai tambah adalah salah satu bentuk ukuran kinerja perusahaan dan rantai pasok. Dalam suatu rantai pasok pemasaran, setiap pelaku melaksanakan fungsi tertentu yang memberikan nilai tambah, dengan harapan akan mendapat imbalan yang proporsional sesuai dengan mutu jasa atau fungsi yang diberikan. Kekuasaan dalam suatu mata rantai apabila tidak berbagi secara rata diantara pelaku tidak akan terjadi distribusi nilai tambah yang seimbang didalam rantai pasok tersebut. Konsentrasi kekuasaan pada suatu pelaku tertentu berpangkal dari penguasaan akses pelaku terhadap informasi pasar, sehingga menghasilkan perbedaan dalam marjin pendapatan pada para pelaku rantai pasok itu (Bunte, 2006). Distribusi nilai tambah atau keuntungan sepanjang rantai suatu pasok haruslah adil dan disepakati semua rantai pasok untuk menjaga kerjasama dan keberlangsungannya, oleh karena itu perlu diketahui porsi nilai tambah yang di peroleh masing-masing pelaku rantai pasok gambir dari usaha yang dilakukan.

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan pengumpulan data dan informasi terkait rantai pasok gambir dilakukan bulan April sampai Juni 2017 di Kabupaten Lima Puluh Kota (Kapur IX, Pangkalan dan Bukit Barisan) dan Kabupaten Pesisir Selatan (Koto XI Tarusan, Sutera dan Batang Kapas) dan Kota Padang, Sumatera Barat. B. Identifikasi Rantai Pasok Gambir Identifikasi rantai pasok gambir dilakukan dengan menggunakan metode deksriptif-kualitatif dengan pendapat pakar praktisi dan akademisi, observasi lapangan serta studi pustaka sebagai data pendukung. Kerangka analisis manajemen rantai pasok gambir dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis rantai pasok gambir dilakukan dengan mengidentifikasi empat elemen dasar rantai pasok (Vorst, 2006). Empat elemen tersebut dapat mendeskripsikan rantai pasok secara terstruktur, elemen-elemen tersebut adalah : 1) Struktur rantai menjelaskan ruang lingkup rantai dan peran anggota rantai pasok serta kesepakatankesepakatan yang membentuk rantai pasok. 2) Proses bisnis rantai merupakan serangkaian aktivitas bisnis terstruktur dan terukur untuk menghasilkan output tertentu bagi konsumen. 3) Manajemen jaringan dan rantai menggambarkan koordinasi untuk melaksanakan proses dalam rantai pasok oleh anggota. 4) Sumberdaya rantai digunakan untuk menghasilkan produk dan mengirimkan ke konsumen. Gambar 1. Kerangka Analisis Rantai Pasok (Vorst, 2006) C. Analisis Nilai Tambah Rantai Pasok Gambir Sumber data terkait nilai tambah berdasarkan perhitungan Hayami didapatkan melalui wawancara kepada petani, pedagang pengumpul dan eksportir lokal dengan bantuan kuisioner yang telah disusun berdasarkan kebutuhan data dan informasi. Perhitungan menggunakan metode Hayami modifikasi dikembangkan oleh Hidayat (2012), keuntungan analisis ini dapat dihitung nilai tambah selama 1 tahun produksi dan meilhat porsi nilai tambah per rantai pasok setiap bulannya. Pada Tabel 1 disajikan template metode Hayami Termodifikasi. 74

Tabel 1. Template perhitungan nilai tambah Metode Hayami di Modifikasi (Hidayat, 2012) No Variabel Satuan Nilai Interaksi rantai pasok gambir 1 Harga beli bahan Rp/kg (1) 2 Harga jual produk Rp/kg (2) 3 Total nilai tambah per kg output Rp/kg (3) = (2 terakhir) (1) I. Input, Output dan Harga 4 a. Output (Volume Penjualan) b. Input (nilai penjualan) Kg Rp (4a) (4b) 5 Bahan Baku Pokok Rp (5) 6 Tenaga Kerja Langsung HOK (6) 7 Faktor konversi (7) = (4b) / (5) 8 Koefesien tenaga kerja langsung Rp/ HOK (8) = (4b) / (6) 9 Upah tenaga kerja langsung Rp (9) II. Penerimaan dan Nilai Tambah 10 a. Biaya input lain (Produksi) b. Biaya input lain (Operasional) 11 a. Nilai Tambah b. Rasio Nilai Tambah III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 12 Margin a. Sumbangan biaya iput lain b. Keuntungan perusahaan IV. Porsi Nilai Tambah per Kg Produk 13 a. Dalam nilai uang b. Dalam persentasi c. Nilai tambah per petani Rp/kg (10a) (10b) (11a) = 4b (5+10a+10b) (11b) = (11a)/ (4b) (12) = (4b)-5 (12a) = (10a)+(10b)/(12)*100 (12b) = (11a)/(12)*100 (13a) = (11a)/(Σ 11a) * (3) (13b) = (13a)/ (3) * 100 Metode hayami modifikasi merupakan formulasi perhitungan menggunakan tabel worksheet microsoft excel untuk mendapatkan nilai tambah para stakeholder, nilai tambah total rantai pasok, dan dapat dihitung perbandingan antara nilai-nilai tambah tersebut. Perhitungan menggunakan metode hayami bertujuan untuk membandingkan bobot nilai tambah yang diterima oleh setiap pelaku rantai pasok gambir. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rantai Pasok Gambir Sumatera Barat Saluran pemasaran gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat pada lima rantai pasok gambir yaitu Saluran 1: Petani - Pedagang Pengumpul - Eksportir Lokal - Konsumen Luar, Saluran 2: Petani Penyalur - Pedagang Besar - Eksportir Lokal - Konsumen Luar Negeri, Saluran 3 : Petani - Pedagang Besar - Eksportir Lokal - Konsumen Luar Negeri, Saluran 4 : Petani - Pedagang pengumpul - Pedagang Besar - Eksportir Lokal - Konsumen Luar Negeri dan Saluran 5 : Petani - Pedagang Besar - Eksportir Luar Provinsi/Pedagang Besar di Pulau Jawa Disrtibutor - Konsumen luar/dalam Negeri. Kabupaten Pesisir Selatan dapat digeneralisasikan saluran pemasaran di rantai pasok gambir karena hanya terdapat satu jenis saluran pemasaran, adapun bentuk saluran pemasaran di rantai pasok gambir di Kabupaten Pesisir Selatan sama hal nya dengan saluran 1 di rantai pasok Kabupaten lima puluh kota yaitu Petani, pedagang pengumpul, eksportir lokal dan konsumen luar negeri, berikut rantai pasok gambir di Sumatera Barat. Saluran pemasaran gambir di Sumatera Barat dapat dilihat pada Gambar 2. 75

Gambar 2. Saluran Rantai Pasok Gambir Sumatera Barat Menurut Amri (2015) rantai pasok gambir di Sumatera Barat terdapat 4 bentuk rantai pasok gambir, pada penelitian ini di temukan rantai pasok gambir yaitu sebagai penyalur yang merupakan perpanjangan tangan dari pedagang besar dalam rantai pasok gambir. Pemilihan rantai pasok gambir untuk kesetaraan nilai tambah pada rantai pasok gambir ditentukan dari keseragaman rantai pasok gambir pada masing-masing wilayah sentra produksi gambir dan persentase pemilihan saluran pemasaran gambir. Menurut Hidayat (2012) perhitungan nilai tambah menggunakan metode Hayami termodifikasi digunakan untuk satu saluran pemasaran dengan melihat kapasitas produksi pabrik/tahun. Rantai pasok gambir yang dilakukan analisis nilai tambah pada penelitian ini yaitu saluran 1 pemasaran gambir dimulai dari petani, pedagang pengumpul, eksportir lokal dan konsumen luar negri yang memiliki persentase penjualan tertinggi yaitu (63,33 ) petani memilih untuk menjual ke pedagang pengumpul, selanjutnya pedagang pengumpul sebanyak 35,85 memilih menjual ke eksportir lokal. Pada penelitian ini saluran 1 memiliki kesamaan di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan analisis lembaga pemasaran gambir menurut Nasution (2015) persentase penjualan ke pedagang pengumpul mencapai 58,54 dan dilanjutkan ke eksportir lokal 27,42. B. Hasil Perhitungan Nilai Tambah Perhitungan nilai tambah dengan beberapa nilai variabel harga komoditas, yaitu harga daun gambir, harga gambir, gambir katekin (gambir yang siap ekspor). Kemudian dilakukan juga perhitungan nilai tambah dengan perubahan pada variabel investasi dan biaya para pelaku rantai pasok gambir. Hasil perhitungan nilai tampak yang di peroleh setiap pelaku gambir selama 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 2. 76

Tabel 2. Hasil Perhitungan nilai tambah pada pelaku rantai pasok gambir No Variable Satuan Petani Pedagang Eksportir Konsumen Interaksi Rantai pasok gambir 1 Harga beli bahan Rp/kg 3,000 45,000 64,000 189,000 2 Harga jual produk Rp/kg 45,000 82,000 Produk I 189,000 3 Total nilai tambah per kg output Rp/kg 186,000 I. Output, Input, dan Harga 4 a. Output (volume penjualan) Kg 3,120,000 3,120,000 2,433,600 b. Output (Nilai Penjualan) Rp 140,400,000,000 255,840,000,000 459,950,400,000 5 Bahan Baku Pokok Rp 65,520,000,000 140,400,000,000 255,840,000,000 6 Tenaga Kerja Langsung HOK 180 288 312 7 Faktor Konversi 2 2 2 8 Koefisien T. Kerja Langsung Rp/HOK 780,000,000 1,522,857,143 1,474,200,000 9 Upah Tenaga Kerja Langsung Rp 70,200,000,000 1,872,000,000 835,200,000 II. Penerimaan dan Nilai Tambah 10 a. Biaya Input lain (Produksi) Rp 36,980,991,667 14,163,760,000 3,405,202,500 b. Biaya Input lain (Operasional) Rp 3,120,000,000 5,648,500,000 8,509,464,000 11 a. Nilai Tambah Rp 34,779,008,333 95,627,740,000 192,195,733,500 322,602,481,833 b. Rasio Nilai tambah 25 37 42 III. Balas Jasa Pemilik faktor Produksi 12 Margin Rp 74,880,000,000 115,440,000,000 204,110,400,000 a. Sumbangan Biaya Input 54 17 6 lain b. Keuntungan perusahaan 46 83 94 IV. Porsi Nilai tambah per kg produk 13 a. Dalam nilai uang Rp 20,052 55,135 110,813 186,000 b. Dalam persentasi 11 30 60 c. Nilai tambah per petani Rp/bln 4,458,847 Pada skala industri kapasitas pabrik pengolahan eksportir gambir 1250 kg gambir/jam dibutuhkan sebanyak 3.120.000 kg gambir per tahun, yang dihasilkan dari kebun petani gambir seluas 650 ha. Dengan asumsi setiap petani memiliki 1 hektar kebun gambir maka diperlukan 650 orang petani. Nilai tambah (NT) rantai pasok pada baris 13.a memperhatikan faktor konversi bahan menjadi produk akhir. Hal ini adalah untuk menjaga kesetaraan nilai. Untuk setiap pelaku NT dihitung dengan mengetahui selisih {(harga produk-harga bahan) x volume bahan x faktor konversi}. Pada tingkat harga jual gambir masyarakat 45.000/kg, harga Gambir katekin Rp 189.000/kg di dapat hasil perbandingan nilai tambah Petani (11) : Pedagang pengumpul (30 ) : Eksportir lokal (60 ). Nilai tambah tertinggi adalah eksportir lokal sebesar 192.195.733.500 selanjutnya pedagang pengumpul 95.627.740.000 dan petani 34.779.008.33 untuk satu tahun. nilai tambah untuk setiap petani Rp/bulan. 4.458.847. Dari total nilai tambah yang dihasilkan sebesar 322.602.481.833 terlihat perbandingan nilai tambah diantara para pelaku rantai pasok gambir yaitu petani, pedagang pengumpul, dan eksportir lokal dimana petani memperoleh 20.052/kg, pedagang pengumpul 55.135/kg dan eksportir lokal 110.813/kg. Berdasarkan besaran nilai tambah per kg gambir yang diperoleh disetiap rantai pasok gambir, eksportir lokal dan pedagang pengumpul menerima bagian pendapatan yang lebih baik dibandingkan dengan petani. Metode Hayami termodifikasi yang dikembangkan oleh Hidayat (2012), dapat mengetahui interaksi disetiap rantai pasok sehingga menghitung keuntungan yang diperoleh oleh rantai pasok dari Rp/kg produk, hal ini memperlihatkan peran petani dalam memasok kebutuhan eksportir lokal dalam memproduksi gambir dalam kurun waktu satu tahun serta keuntungan yang diperoleh per petani Rp/bulan. Hasil perhitungan didapatkan pembagian nilai tambah tidak merata sepanjang rantai pasok gambir. Eksportir lokal dan pedagang pengumpul menghasilkan nilai tambah yang lebih baik dibandingkan dengan petani. Kondisi ini terjadi karena mekanisme pasar disepanjang rantai pasok yang menekan petani, kemudian juga dari biaya-biaya yang diberikan untuk produksi gambir. Menurut Hidayat (2012) penyebab-penyebab utama dari sebaran nilai tambah tidak merata adalah mekanisme pasar dan biaya-biaya. Mekanisme pasar adalah penentuan tingkat harga jual produk, besarnya volume 77

pasar, interaksi antara pasokan dan permintaan, struktur pasar (oligopoly atau monopsoni atau lainnya). Oleh karena itu diperlukan penyeimbangan pembagian nilai tambah sehingga menjamin keberlangsungan manajemen rantai pasok gambir. KESIMPULAN Pada skala industri kapasitas pabrik pengolahan eksportir gambir 1250 kg gambir/jam dan tingkat harga jual gambir masyarakat 45.000/kg, harga Gambir katekin 189.000/kg di dapat hasil perbandingan nilai tambah Petani (11) : Pedagang pengumpul (30 ) : Eksportir lokal (60 ). Nilai tambah tertinggi adalah eksportir lokal sebesar 192.195.733.500 selanjutnya pedagang pengumpul 95.627.740.000 dan petani 34.779.008.33 untuk satu tahun. nilai tambah untuk setiap petani Rp/bulan. 4.458.847. Dari total nilai tambah yang dihasilkan sebesar 322.602.481.833 terlihat perbandingan nilai tambah diantara para pelaku rantai pasok gambir yaitu petani, pedagang pengumpul, dan eksportir lokal dimana petani memperoleh 20.052/kg, pedagang pengumpul 55.135/kg dan eksportir lokal 110.813/kg. Berdasarkan besaran nilai tambah per kg gambir yang diperoleh disetiap rantai pasok gambir, eksportir lokal menerima bagian pendapatan yang lebih baik dibandingkan dengan petani dan pedagang pengumpul. DAFTAR PUSTAKA Amos, I., Zainuddin, B, Triputranto, S. Rusmandana, dan Ngudiwaluyo. 2005. Teknologi Pasca Panen Gambir. BPPT Press, Jakarta. Amri, N.A. 2015. Analisis dan arahan pengembangan komoditas Gambir (Uncaria gambier roxb.) Dalam rangka Pengembangan ekonomi wilayah Di kabupaten limapuluh kota. Tesis. IPB Bunte F. 2006. Pricing And Performance In Agri-Food Supply Chains First Edition; 37-45. LEI, Wageningen University and Research Centre. Wageningen. Gumbira-Sa id, E. K. Syamsu, E. Mardliyati, A. H. Brotoadie, dan N. A. Evalia. 2009. Perbaikan Rekayasa Proses, Pengembangan Produk dan Peningkatan Mutu Gambir Ekspor Indonesia: Pendalaman Studi Kasus di Kabupaten Lima puluh Kota, Propinsi Sumatra Barat. Laporan penelitian Hibah Unggulan Strategis Nasional. Institut Pertanian Bogor. Hidayat, Syarif. 2012. Model Penyeimbangan Nilai Tambah Berdasarkan Tingkat Resiko Pada Rantai Pasok Minyak Sawit [Penelitian Disertasi] Institut Pertanian Bogor Ridsdale, C.E. 1993. Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Di dalam R.H.M.J. Lemmens, N. Wulijarni- Soetjipto (eds.). PROSEA-Plant Resources of South-East Asia No.3: Dye and Tannin- Producing Plants. Pudoc Wageningen, The Netherlands. Vorst Vd. 2006. Performance Measurement in Agrifood Supply Chain Networks: an Overview. In: Quantifying the Agri-food Supply Chain. Wegenigen (NL): Logistic and Operation Research Group. 78