BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah ini terdiri dari dataran tinggi yang terletak di kaki gunung gede. Sebagian daerahnya berupa pegunungang dan sebagian lagi berupa dataran yang digunakan untuk areal perkebunan dan persawahan. Secara geografis juga terletak diantara Ibu Kota Negara dan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, sehingga sangat strategis dan mempunyai keunggulan komperatif dalam pengembangan agribisnis sayuran. Secara Administratif wilayah Kecamatan Pacet berbatasan dengan: a) Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Cipanas b) Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Sukaresmi c) Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Cipanas d) Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Cugenang Kecamatan Pacet terletak pada ketinggian 2023 meter dpl, topografi Kecamatan Pacet terdiri dari daratan seluas 826,24 Ha atau 14,53 persen dan perbukitan seluas 4860,20 Ha atau 85,47 persen. Sedangkan jenis tanah yang ada di Kecamatan Pacet Latosol Coklat Kemerahan Andosol dan Regosol dengan tingkat kesuburan meliputi tanah subur seluas 5068,3 Ha (89,13 persen) tingkat kesuburan sedang 439,4 Ha (8,43persen) dan kurang subur 169,7 Ha (2,98persen) dengan ph tanah antara 5,5-7,5. Kondisi iklim dan suhu rata-rata di Kecamatan Pacet sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Menurut data yang diperoleh dari Instalasi Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Pacet, menunjukkan rata-rata curah hujan pertahun di Kecamatan Pacet/Pacet mencapai 2.967,84 mm, dengan suhu antara 12-30 C dengan kelembaban 71 persen. 54
Wilayah administrasi Kecamatan Pacet terdiri 79 RT (Rukun Tetangga), 290 RW (Rukun Warga) dan 7 kelurahan/desa. Berikut data desa beserta jumlah penduduk dan jumlah KK di Kecamatan Pacet (Tabel 8 ). Tabel 8. Desa di Kecamatan Pacet dan Jumlah Penduduknya Jumlah Penduduk (Jiwa) Jml No Desa Lakilaki Perempuan Jumlah KK Jml KK Tani 1. Ciherang 7.086 7.405 14.491 3.633 1.838 2. Ciputri 5.235 4.813 10.048 3.630 2.740 3. Sukanagalih 9.010 8.240 17.250 4.784 1.513 4. Cibodas 4.219 4.713 8.932 2.582 1.459 5. Sukatani 5.736 5.388 11.124 3.074 3.051 6. Cipendawa 9.530 8.838 18.368 4.603 2.317 7. Gadog 4.633 4.281 8.914 2.521 548 Jumlah 45.449 43.678 89.127 24.827 13.466 Sumber : Kantor BPBTPH Pacet, 2010 Sebagian besar wilayah Kecamatan Pacet merupakan daerah perbukitan, sehingga memilki potensi dalam pengelolan lahan untuk menghasil komoditas sayuran. Keanekaragaman komoditas sayuran dataran tinggi yang bernilai ekonomis dan komersial yaitu wortel, daun bawang, sawi, kubis, cabai dan tomat, ditunjang oleh keadaan geografis Kecamatan Pacet yang lokasinya dekat dengan sentra-sentra Tujuan pasar komoditas yang diproduksi dari Kecamatan ini umumnya ialah kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi. Penduduk di Kecamatan pacet memliki beragam mata pencaharian pokok, mulai dari petani, buruh tani, swasta, PNS, TNI, pedagang, peternak dan jasa. 55
5.2 Karakteristik Petani Responden Tataniaga Wortel Petani responden yang diambil sebagai sample berjumlah sebanyak 20 petani. Petani responden umumnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini, karakteristik petani dilihat dari beberapa aspek antara lain seperti umur responden, tingkat pendidikan, jenis kelamin, luas lahan pengusahaan wortel dan status kepemilikan lahan. Responden sebanyak 20 petani yang diambil dari 3 desa di Kecamatan Pacet (Desa Ciherang, Sukatani dan Cipendawa) yaitu petani yang sedang memproduksi atau melakukan panen wortel. Pada umumya petani responden tidak hanya menanam wortel sebagai komoditi utama, melainkan menaman pula berbagai sayuran seperti daun bawang, brokoli, caisim dan seledri. Dalam satu lahan petani memisahkan berbagai komoditas dalam satu satuan lahan atau disekat berpetak-petak dalam satu lahan dan selain itu terdapat beberapa petani yang menanam dengan metode tumpangsari yaitu, dalam satu petak lahan divariasikan dua-tiga komoditi sayuran. Petani responden yang melakukan usahatani sayuran di Kecamatan Pacet sebagai mata pencaharian utama juga memilki pekerjaan sampingan seperti berdagang, buruh tani maupun bentuk usaha lainnya. Hal ini dilakukan sebagai tambahan pendapatan bagi kepala keluarga maupun sebagai tambahan untuk membeli saran produksi yang dibutuhkan diluar usahatani yang selama ini dijalankan. Petani di lokasi penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik tersebut dibedakan ke dalam beberapa poin antara lain usia petani, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani wotel dan luas lahan produksi. 5.2.1 Usia Petani Responden Berdasarkan usia, petani responden umumnya berusia mulai dari 42 tahun hingga 64 tahun. Jika dilibagi berdasarkan kelompok umur, petani yang berusia 41 50 tahun berjumlah 10 orang atau 50 persen dari jumlah responden total. Petani berusia 51 60 tahun berjumlah sekitar 35 persen dan sisanya sebesar 15 persen (3 orang) berada pada usia lebih dari 60 tahun. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada umumnya petani di Kecamatan Pacet didominasi oleh petani-petani berusia produktif (kurang dari 60 tahun) sehingga diduga 56
mempengaruhi dalam hal pengambilan keputusan serta kemampuan kerja yang masih berada pada kondisi optimal. Sebaran petani berdasarkan usia responden dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Petani Berdasarkan Usia di Kecamatan Pacet 2012 Kelompok Usia Jumlah (Tahun) 41-50 10 50 51-60 7 35 > 60 3 15 Total 20 100 5.2.2 Tingkat Pendidikan Formal Pendidakan formal merupakan salah satu karakteristik petani yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Selain itu juga, dengan tingginya pendidikan formal diduga petani juga akan membantu petani dalam hal memperoleh informasi dan teknologi serta penerapannya untuk mengembangakn usahataninya. Sebaran petani responden berdasarkan lama pendidikan formal responden Disajikan pada Tabel 10. Berdasarkan lamanya pendidikan formal di Kecamatan Pacet, terdapat tiga orang petani atau sebanyak 15 persen petani yang tidak pernah mendapatkan pendidikan formal atau bangku sekolah. Petani yang pernah mendapatkan pendidikan formal tingkat SD (Sekolah Dasar) sebanyak 15 persen, hal tersebut sama jumlahnya dengan petani yang pernah mendapatkan pendidikan formal tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Umumnya petani responden di Kecamatan Pacet telah berpendidikan hingga SMA (Sekolah Menengah Atas) yaitu sebanyak 55 persen atau sebanyak 11 orang dari total petani responden. 57
Tabel 10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Lama Pendidikan Formal di Kecamatan Pacet Tahun 2012 Pendidikan Formal (Tahun) Jumlah Petani 0 3 15 1-6 3 15 7-9 3 15 10-12 11 55 13 0 0 Total 20 100 5.2.3 Pengalaman Berusahatani Wortel Pengalaman petani di Kecamatan Pacet umumnya sudah berlangsung cukup lama. Pengalaman mengenai berusahatani perlu untuk diketahui, karena pengalaman usahatani wortel dapat mempengaruhi pemahaman sistem budidaya wortel maupun pemasarannya. Berikut data mengenai pengalaman usahatani wortel di Kecamatan Pacet (Tabel 11). Tabel 11. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Wortel di Kecamatan Pacet Tahun 2012 Pengalaman Usahatani Wortel (Tahun) Jumlah Petani 5-14 8 40 15 24 5 25 25 7 35 Jumlah 20 100 Berdasarkan pengalaman petani responden dalam berusahatani wortel (Tabel 11), jumlah petani paling banyak berpengalaman selama 5 hingga 14 tahun yaitu sebnayak 40 persen. Selanjutnya, diikuti oleh petani dengan pengalaman lebih dari 25 tahun sebanyak 35 persen dan sisanya petani yang berpengalaman 58
antara 15 sampai 24 tahun. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa petani responden telah memiliki pengalaman yang sudah cukup lama (rata-rata petani responden berpengalaman usahatani wortel selama 21 tahun). 5.2.4 Luas Lahan Produksi Wortel Luas lahan yang digunakan petani akan mempengaruhi jumlah produksi yang selanjutnya akan dipasarkan oleh petani. Lahan di Kecamatan Pacet merupakan lahan yang relatif subur untuk mengusahan komoditas wortel. Petani umumnya menggunakan lahan milik sendiri dengan kisaran luas lahan kurang dari 0,12 hektar untuk menanam wortel meskipun lahan yang digunakan untuk usahatani keseluruhan lebih luas dari itu. Hal ini dikarenakan, para petani responden tidak hanya mengusahakan satu komoditi. Data mengenai luas lahan yang diusakan untuk budidaya wortel di Kecamatan Pacet dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Wortel di Kecamatan Pacet Tahun 2012 Luas Lahan (Hektar) Jumlah Petani < 0,05 10 50 0,05 0,1 9 45 > 0,1 1 5 Jumlah 20 100 Berdasarkan Tabel 12 dapat dijelaskan bahwa petani responden umumnya mengusahakan wortelnya dengan luasan lahan kurang dari 0,05 hektar (50 persen). Terdapat juga petani yang mengusahakan wortel dengan kisaran luasan lahan antara 0,05 hingga 0,1 hektar sebanyak 9 orang petani responden atau sebanyak 45 persen dari responden total. Selain itu, ada juga petani yang mengusahakan wortel dengan luas lahan lebih dari 0,1 hektar sebanyak 5 persen. 5.3 Karakteristik Pedagang Responden Tataniaga Wortel Pedagang pengumpul yang menjadi responden dalam penelitian berjumlah 16 orang yang terdiri dari tujuh orang pedagang pengumpul kebun, satu orang 59
pedagang besar di wilayah STA, empat orang pedagang besar di wilayah Kecamatan Pacet, sisannya masing-masing satu orang pedagang pengecer dari pasar TU Bogor, Pasar Depok, dan Pasar Senen. Pedagang pengumpul kebun ditentukan berdasarkan informasi dari petani dan pedagang besar ditentukan berdasarkan informasi dari petani dan pedagang pengumpul kebun. Untuk pedagang pengecer, ditentukan secara acak berdasarkan tujuan pemasaran masingmasing pedagang besar. Karakteristik dari pedagang responden secara umum dapat dibagi berdasarkan usia dan pendidikan. 5.3.1 Usia Pedagang Responden Berdasarkan usianya, pedagang yang menjadi responden dalam penelitian ini umumnya sudah berusia diatas 35 tahun. Pedagang dengan usia terkecil berusia 39 tahun dan terbesar 62 tahun. Jika dilihat dari kelompok usia, pedagang responden lebih dominan berada pada kelompok usia 46 55 tahun yaitu sebesar 56,25 persen dari total 16 orang pedagang responden. Selain itu, pedagang yang berada pada kelompok usia 36 45 tahun sejumlah 31,25 persen yang selanjutnya diikuti oleh pedagang yang berada pada kelompok usia tertua (56 65 tahun) sebesar 12,50 persen. Umumnya pedagang reponden berada pada usia produktif dan semangat yang tinggi serta lebih cermat dalam melihat dan menganalisis risiko berdagang wortel. Data dari sebaran pedagang responden berdasarkan usia unruk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sebaran Pedagang Responden Berdasarkan Usia di Kecamatan Pacet Tahun 2012 Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Pedagang 36-45 5 31.25 46-55 9 56.25 56-65 2 12.50 Total 16 100 60
5.3.2 Pendidikan Pedagang Responden Pendidikan merupakan salah satu variabel yang bisa menggambarkan karakteristik dari pedgang responden. Tingkat pendidikan tentunya akan membantu pedagang dalam melakukan kegiatan bisnis. Dari pendidikan yang pernah diterima petani di bangku sekolah setidaknya mampu memberi kemudahan dalam menerapkan ilmu serta kemampuan dalam memperoleh informasi maupun menjalin relasi secara professional. Berdasarkan tingkat pendidikan, dari 16 pedagang respon 50 persen diantaranya telah menempuh pendidikan hingga tingkat Sekolah Menengah Atas. Pedagang dengan kualifikasi tersebut merupakan pedagang yang dominan dari total pedagang responden. Pedagang yang pendidikan formalnya hingga tingkat Sekolah Menengah Pertama sebanyak 5 oran dan 3 orang sisanya hanya bersekolah hingga tingkat Sekolah Dasar. Berbeda dengan petani responden, pedagang responden semuanya pernah bersekolah dibanding dengan petani responden yang masih terdapat responden yang tidak pernah memperoleh dan mengikuti pendidikan formal. Sebaran pedagang responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sebaran Pedagang Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pacet Tahun 2012 Tingkat Pendidikan Jumlah SD (Sekolah Dasar) 3 18.75 SMP (Sekolah Menengah Pertama) 5 31.25 SMA (Sekolah Menengah Atas) 8 50.00 Total 16 100 61