BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

Maramis (2005) memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan emosi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

I. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup penduduk Indonesia merupakan salah satu negara yang. angka kesakitan karena penyakit degeneratif (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI UPTD GRIYA WREDA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

I. PENDAHULUAN. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah Eksperimen Kuasi Pretest-Posttest Design.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan dan proses persalinan pada ibu primipara membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. melebihi jumlah populasi anak yang merupakan kejadian yang pertama kali dalam

BAB I PENDAHULUAN. Stres karena infertilitas berbeda dari stres yang lain. Pasangan infertil menderita stres

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan di bidang kesehatan merupakan cita cita suatu bangsa, hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka Harapan Hidup (AHH). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia terjadi peningkatan UHH pada tahun 2000 yaitu 64 tahun (dengan persentase populasi lansia 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 70 tahun (dengan persentase populasi lansia 7,58%) (Pusdatin Kementrian Kesehatan RI, 2013). Jumlah lanjut usia (lansia) yang meningkat, membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan yang ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai martabat kemanusiaan (pasal 138 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan lanjut usia). Peningkatan jumlah lanjut usia berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan lansia seperti perubahan fisik, sosial, dan psikologis (Maryam, 2008). Dampak peningkatan jumlah lansia ini menimbulkan permasalahan terkait dengan keterbatasan lansia terutama karena faktor usia dan biologis (BPS RI, 2009). Akibat adanya perubahan tersebut, lansia dapat merasakan adanya kekurangan yang dapat menimbulkan perasaan negatif pada dirinya, seperti perasaan depresi (Rafknowledge, 2004). Beck (1976, dalam Nevid, Rathus, dan Greene, 2005) meyakini bahwa orang yang mengadopsi cara berfikir yang negatif ini memiliki resiko yang lebih besar untuk menjadi depresi bila dihadapkan pada pengalaman hidup yang menekan atau

2 mengecewakan, seperti pensiun, penyakit atau ketidakmampuan fisik, penempatan dalam panti werda, kematian pasangan, dan kebutuhan untuk merawat pasangan yang kesehatannya menurun. Kematian keluarga dan teman-teman menimbulkan duka cita dan mengingatkan pada orang yang berusia lanjut akan usia mereka yang semakin bertambah dan dekat dengan kematian (Nevid, Rathus & Greene, 2005). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2000). Teori psikodinamika mengenai depresi meyakini bahwa depresi mewakili kemarahan yang diarahkan ke dalam diri sendiri dan bukan terhadap orang orang yang dikasihi. Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan mood yang dapat mempengaruhi pemikiran, pengambilan keputusan, perilaku, hubungan interpersonal dan fungsi tubuh secara keseluruhan pada si penderita. Gangguan mood melibatkan interaksi yang kompleks antara pengaruh biologis, psikologis, dan stressor psikososial (Cui & Vaillant 1997, dalam Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Keadaan depresi yang tidak ditangani dapat meningkatkan resiko percobaan bunuh diri, perilaku merusak seperti mudah tersinggung dan agresif, penggunaan obat terlarang dan alkohol, perilaku merokok lebih banyak dari biasanya, gangguan dalam hubungan, pekerjaan dan gangguan pola makan (bulimia nervosa, anoreksia nervosa dan obesitas) (Lubis, 2009). Jika depresi menyerang lansia akan mengalamai penyakit fisik dan mental yang lebih tinggi dibandingkan individu yang lebih muda (Stocklager & Liz, 2007). Fisiologi depresi ditandai dengan aktivitas HPA (Hipotalamus-Pituitary-Adrenal) axis meningkat dengan meningkatkan Corticotropin Releasing Hormon (CRH) yang

3 dilepas oleh hypothalamus ke cairan cerebrospinal, hipersekresi adrenocorticotropin hormone (ACTH) yang dilepas oleh kelenjar hipofise (Pituitary) ke sirkulasi darah, meningkatnya episode sekresi ACTH dan berkurangnya respon ACTH terhadap CRH, meningkatnya pelepasan cortisol dari kelenjar adrenal, serta penambahan volume hipofisis dan cortex adrenal (keduanya akibat usaha keras merespon ACTH). Deregulasi feedback system aksis ini menjadi sebab utama banyak keluhan dan tanda dari depresi (Pasiak, 2009). Oleh karena itu, Expressive Movement Music Teraphy yang memanfaatkan musik dan gerak dengan aktivasi sistem saraf simpatis dan parasimpatis serta meningkatkan pelepasan berbagai hormon dan peptida, yang meliputi hormon dan peptida pada aksis HPA seperti sistem opioid endogen, vasopresin ariginin, dan oksitosin, kemudian menurunkan kadar ACTH dan kortisol yang menyebabkan kondisi individu menjadi relaks dengan pengeluaran serotonin yang membuat individu merasa senang, bahagia, meningkatkan perasaan sejahtera dan memperbaiki nafsu makan (Elizabet J.Crowe, 2009). Expressive Movement Music adalah salah satu dari teknik dan program Movement Music Theraphy yang memanfaatkan respon gerak individu lewat media musik yang diperdengarkan, bahkan pada seseorang yang tidak bisa melakukan ambulasi secara mandiri atau duduk dikursi roda bebas melakukan improvisasi dalam musik yang ditujukan dalam express feeling salah satu contoh dalam improvisasi musik adalah bisa dilakukan dengan expressive movement yaitu bergerak dengan bebas sesuai kreasi klien lewat musik dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mental dan juga gerakan bermanfaat untuk kebutuhan fisik memperbaiki kondisi insomnia, memperbaiki mobilitas fisik, kemampuan kognitif dan meningkatkan circulasi darah (Eschen, 2002). Gerakan Expressive Movement Music berfungsi untuk meluapkan perasaan emosional terhadap pengalaman sehari hari yang menekan, musik digunakan

4 sebagai pengiring untuk menuntun dan membentuk aktivitas motorik selain itu juga bisa mengingatkan seseorang terhadap pengalaman yang lalu (Robert, 2005). Hasil studi pendahuluan dilaksanakan oleh peneliti di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. Berdasarkan rekam medis pada bulan Maret hingga Oktober 2012 terdapat 11 dari 24 pasien yang terdiagnose depresi, sekarang ini di bulan Januari hingga Desember tahun 2013 menjadi 23 pasien. Terapi musik pernah dilakukan sekitar 3 tahun yang lalu dan menurut pengurus panti tersebut terlihat hasil yang memuaskan. Penelitian (Kennedy, 2005) tentang perbandingan efektivitas antara music and movement, rhytm music, competitive game pada wanita yang berumur 45 60 tahun yang mengalami depresi, didapatkan hasil bahwa movement music teraphy yang mendapat peringkat tertinggi dengan presentase 67% (American Music Theraphy Association, 2005 dalam Jurnal of Music Therapy,2005). Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Expressive Movement Music Modality Teraphy Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Rumah Asuh Anak & Lansia (RAAL) Griya Asih Lawang Kabupaten Malang 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Apakah Terdapat Pengaruh Pemberian Expressive Movement Music Modality Teraphy Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Rumah Asuh Anak & Lansia (RAAL) Griya Asih Lawang Kabupaten Malang?

5 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Expressive Movement Music Modality Teraphy Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Rumah Asuh Anak & Lansia (RAAL) Griya Asih Lawang Kabupaten Malang 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tingkat depresi pasien sebelum dilakukan Expressive Movement Music Modality Teraphy. 2. Mengidentifikasi tingkat depresi pasien sesudah dilakukan Expressive Movement Music Modality Teraphy. 3. Menganalisis Pengaruh Pemberian Expressive Movement Music Modality Teraphy Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Rumah Asuh Anak & Lansia (RAAL) Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Pasien Agar pasien bisa mengisi waktu luang dengan kegiatan Expressive Movement Music Modality Teraphy, dan pasien bisa menurunkan tekanan perasaan serta meluapkan emosinya lewat terapi ini agar pasien merasa tenang dan memperoleh harapan untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

6 1.4.2. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam menyusun dan memberikan penatalaksanaan Expressive Movement Music Modality Teraphy pada lansia dengan depresi. 1.4.3. Bagi Lansia di Panti Bisa meneruskan aktivitas terapi ini, dikarenakan suatu terapi merupakan suatu program yang berkelanjutan agar diperoleh manfaat yang besar pada diri pasien. 1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan dasar atau rujukan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya terkait program dan teknik terapi musik secara berkesinambungan terhadap kejadian permasalahan tingkat depresi pada pasien lansia. 1.4.5. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai dokumentasi serta informasi dalam rangka pengembangan pengetahuan mahasiswa mengenai penatalaksanaan Expressive Movement Music Modality Teraphy untuk mengetahui tingkat depresi sebelum dan sesudah dilakukan terapi. 1.5. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Anna Maratos dkk (2009) meneliti tentang music and movement theraphy for depression terhadap lansia membuktikan bahwa setelah dilakukan tindakan eksperimen music and movement theraphy selama 3 kali dalam satu minggu selama 4 minggu dapat menurunkan tingkat depresi yang menunjukkan signifikasi sebesar (p<0,001). Penelitian Anna dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama yaitu pada variable

7 independennya pada penelitian Anna menggunakan Music and Movement sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan program dan teknik dalam music and movement itu sendiri yaitu expressive movement music teraphy untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi pada lansia. 2. Penelitian Roy kennedy, dkk (2005) meneliti tentang perbandingan movement music, rhytm music activity dan competitive games terhadap pasien perempuan usia 45-60 tahun ke atas yang mengalami depresi, stress, kecemasan dan marah.membuktikan movement music, rhytm music activity dan competitive games dapat menurunkan tingkat depresi, stress, kecemasan dan marah. Dalam penelitian ini hanya dipilih 10 dari 20 klien dengan menggunakan 3 terapi musik, penelitian ini menggunakan alat pertama Novaco Anger Scale dengan uji t-test, nilai t p < 0,001. Alat yang ke dua menggunakan State-Trait Anxiety Inventory hasil uji t menunjukkan nilai t p < 0,02. Perbedaan dari penelitian Roy kennedy, dkk dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian Roy, dkk variable independentnnya menggunakan 3 teraphy untuk membandingkan perbedaan 3 terapi (movement music, rhytm music activity dan competitive games )tersebut terhadap efektivitas penurunan ke 4 variable dependentnya (depresi, stress, kecemasan dan marah), sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan variable independennya menggunakan Expressive Movement Music Modality Teraphy dan variable dependennya ingin mengetahui dan mengidentifikasi tingkat depresi sebelum dan sesudah dilakukan terapi tersebut.

8 1.6. Batasan Penelitian Menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi penelitian pada : 1. Peneliti hanya meneliti lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. 2. Peneliti hanya meneliti lansia depresi ringan dan berat yang kooperatif di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. 3. Peneliti hanya meneliti skala depresi lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.