1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan di bidang kesehatan merupakan cita cita suatu bangsa, hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka Harapan Hidup (AHH). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia terjadi peningkatan UHH pada tahun 2000 yaitu 64 tahun (dengan persentase populasi lansia 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 70 tahun (dengan persentase populasi lansia 7,58%) (Pusdatin Kementrian Kesehatan RI, 2013). Jumlah lanjut usia (lansia) yang meningkat, membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan yang ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai martabat kemanusiaan (pasal 138 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan lanjut usia). Peningkatan jumlah lanjut usia berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan lansia seperti perubahan fisik, sosial, dan psikologis (Maryam, 2008). Dampak peningkatan jumlah lansia ini menimbulkan permasalahan terkait dengan keterbatasan lansia terutama karena faktor usia dan biologis (BPS RI, 2009). Akibat adanya perubahan tersebut, lansia dapat merasakan adanya kekurangan yang dapat menimbulkan perasaan negatif pada dirinya, seperti perasaan depresi (Rafknowledge, 2004). Beck (1976, dalam Nevid, Rathus, dan Greene, 2005) meyakini bahwa orang yang mengadopsi cara berfikir yang negatif ini memiliki resiko yang lebih besar untuk menjadi depresi bila dihadapkan pada pengalaman hidup yang menekan atau
2 mengecewakan, seperti pensiun, penyakit atau ketidakmampuan fisik, penempatan dalam panti werda, kematian pasangan, dan kebutuhan untuk merawat pasangan yang kesehatannya menurun. Kematian keluarga dan teman-teman menimbulkan duka cita dan mengingatkan pada orang yang berusia lanjut akan usia mereka yang semakin bertambah dan dekat dengan kematian (Nevid, Rathus & Greene, 2005). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2000). Teori psikodinamika mengenai depresi meyakini bahwa depresi mewakili kemarahan yang diarahkan ke dalam diri sendiri dan bukan terhadap orang orang yang dikasihi. Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan mood yang dapat mempengaruhi pemikiran, pengambilan keputusan, perilaku, hubungan interpersonal dan fungsi tubuh secara keseluruhan pada si penderita. Gangguan mood melibatkan interaksi yang kompleks antara pengaruh biologis, psikologis, dan stressor psikososial (Cui & Vaillant 1997, dalam Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Keadaan depresi yang tidak ditangani dapat meningkatkan resiko percobaan bunuh diri, perilaku merusak seperti mudah tersinggung dan agresif, penggunaan obat terlarang dan alkohol, perilaku merokok lebih banyak dari biasanya, gangguan dalam hubungan, pekerjaan dan gangguan pola makan (bulimia nervosa, anoreksia nervosa dan obesitas) (Lubis, 2009). Jika depresi menyerang lansia akan mengalamai penyakit fisik dan mental yang lebih tinggi dibandingkan individu yang lebih muda (Stocklager & Liz, 2007). Fisiologi depresi ditandai dengan aktivitas HPA (Hipotalamus-Pituitary-Adrenal) axis meningkat dengan meningkatkan Corticotropin Releasing Hormon (CRH) yang
3 dilepas oleh hypothalamus ke cairan cerebrospinal, hipersekresi adrenocorticotropin hormone (ACTH) yang dilepas oleh kelenjar hipofise (Pituitary) ke sirkulasi darah, meningkatnya episode sekresi ACTH dan berkurangnya respon ACTH terhadap CRH, meningkatnya pelepasan cortisol dari kelenjar adrenal, serta penambahan volume hipofisis dan cortex adrenal (keduanya akibat usaha keras merespon ACTH). Deregulasi feedback system aksis ini menjadi sebab utama banyak keluhan dan tanda dari depresi (Pasiak, 2009). Oleh karena itu, Expressive Movement Music Teraphy yang memanfaatkan musik dan gerak dengan aktivasi sistem saraf simpatis dan parasimpatis serta meningkatkan pelepasan berbagai hormon dan peptida, yang meliputi hormon dan peptida pada aksis HPA seperti sistem opioid endogen, vasopresin ariginin, dan oksitosin, kemudian menurunkan kadar ACTH dan kortisol yang menyebabkan kondisi individu menjadi relaks dengan pengeluaran serotonin yang membuat individu merasa senang, bahagia, meningkatkan perasaan sejahtera dan memperbaiki nafsu makan (Elizabet J.Crowe, 2009). Expressive Movement Music adalah salah satu dari teknik dan program Movement Music Theraphy yang memanfaatkan respon gerak individu lewat media musik yang diperdengarkan, bahkan pada seseorang yang tidak bisa melakukan ambulasi secara mandiri atau duduk dikursi roda bebas melakukan improvisasi dalam musik yang ditujukan dalam express feeling salah satu contoh dalam improvisasi musik adalah bisa dilakukan dengan expressive movement yaitu bergerak dengan bebas sesuai kreasi klien lewat musik dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mental dan juga gerakan bermanfaat untuk kebutuhan fisik memperbaiki kondisi insomnia, memperbaiki mobilitas fisik, kemampuan kognitif dan meningkatkan circulasi darah (Eschen, 2002). Gerakan Expressive Movement Music berfungsi untuk meluapkan perasaan emosional terhadap pengalaman sehari hari yang menekan, musik digunakan
4 sebagai pengiring untuk menuntun dan membentuk aktivitas motorik selain itu juga bisa mengingatkan seseorang terhadap pengalaman yang lalu (Robert, 2005). Hasil studi pendahuluan dilaksanakan oleh peneliti di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. Berdasarkan rekam medis pada bulan Maret hingga Oktober 2012 terdapat 11 dari 24 pasien yang terdiagnose depresi, sekarang ini di bulan Januari hingga Desember tahun 2013 menjadi 23 pasien. Terapi musik pernah dilakukan sekitar 3 tahun yang lalu dan menurut pengurus panti tersebut terlihat hasil yang memuaskan. Penelitian (Kennedy, 2005) tentang perbandingan efektivitas antara music and movement, rhytm music, competitive game pada wanita yang berumur 45 60 tahun yang mengalami depresi, didapatkan hasil bahwa movement music teraphy yang mendapat peringkat tertinggi dengan presentase 67% (American Music Theraphy Association, 2005 dalam Jurnal of Music Therapy,2005). Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Expressive Movement Music Modality Teraphy Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Rumah Asuh Anak & Lansia (RAAL) Griya Asih Lawang Kabupaten Malang 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Apakah Terdapat Pengaruh Pemberian Expressive Movement Music Modality Teraphy Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Rumah Asuh Anak & Lansia (RAAL) Griya Asih Lawang Kabupaten Malang?
5 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Expressive Movement Music Modality Teraphy Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Rumah Asuh Anak & Lansia (RAAL) Griya Asih Lawang Kabupaten Malang 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tingkat depresi pasien sebelum dilakukan Expressive Movement Music Modality Teraphy. 2. Mengidentifikasi tingkat depresi pasien sesudah dilakukan Expressive Movement Music Modality Teraphy. 3. Menganalisis Pengaruh Pemberian Expressive Movement Music Modality Teraphy Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Rumah Asuh Anak & Lansia (RAAL) Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Pasien Agar pasien bisa mengisi waktu luang dengan kegiatan Expressive Movement Music Modality Teraphy, dan pasien bisa menurunkan tekanan perasaan serta meluapkan emosinya lewat terapi ini agar pasien merasa tenang dan memperoleh harapan untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
6 1.4.2. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam menyusun dan memberikan penatalaksanaan Expressive Movement Music Modality Teraphy pada lansia dengan depresi. 1.4.3. Bagi Lansia di Panti Bisa meneruskan aktivitas terapi ini, dikarenakan suatu terapi merupakan suatu program yang berkelanjutan agar diperoleh manfaat yang besar pada diri pasien. 1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan dasar atau rujukan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya terkait program dan teknik terapi musik secara berkesinambungan terhadap kejadian permasalahan tingkat depresi pada pasien lansia. 1.4.5. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai dokumentasi serta informasi dalam rangka pengembangan pengetahuan mahasiswa mengenai penatalaksanaan Expressive Movement Music Modality Teraphy untuk mengetahui tingkat depresi sebelum dan sesudah dilakukan terapi. 1.5. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Anna Maratos dkk (2009) meneliti tentang music and movement theraphy for depression terhadap lansia membuktikan bahwa setelah dilakukan tindakan eksperimen music and movement theraphy selama 3 kali dalam satu minggu selama 4 minggu dapat menurunkan tingkat depresi yang menunjukkan signifikasi sebesar (p<0,001). Penelitian Anna dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama yaitu pada variable
7 independennya pada penelitian Anna menggunakan Music and Movement sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan program dan teknik dalam music and movement itu sendiri yaitu expressive movement music teraphy untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi pada lansia. 2. Penelitian Roy kennedy, dkk (2005) meneliti tentang perbandingan movement music, rhytm music activity dan competitive games terhadap pasien perempuan usia 45-60 tahun ke atas yang mengalami depresi, stress, kecemasan dan marah.membuktikan movement music, rhytm music activity dan competitive games dapat menurunkan tingkat depresi, stress, kecemasan dan marah. Dalam penelitian ini hanya dipilih 10 dari 20 klien dengan menggunakan 3 terapi musik, penelitian ini menggunakan alat pertama Novaco Anger Scale dengan uji t-test, nilai t p < 0,001. Alat yang ke dua menggunakan State-Trait Anxiety Inventory hasil uji t menunjukkan nilai t p < 0,02. Perbedaan dari penelitian Roy kennedy, dkk dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian Roy, dkk variable independentnnya menggunakan 3 teraphy untuk membandingkan perbedaan 3 terapi (movement music, rhytm music activity dan competitive games )tersebut terhadap efektivitas penurunan ke 4 variable dependentnya (depresi, stress, kecemasan dan marah), sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan variable independennya menggunakan Expressive Movement Music Modality Teraphy dan variable dependennya ingin mengetahui dan mengidentifikasi tingkat depresi sebelum dan sesudah dilakukan terapi tersebut.
8 1.6. Batasan Penelitian Menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi penelitian pada : 1. Peneliti hanya meneliti lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. 2. Peneliti hanya meneliti lansia depresi ringan dan berat yang kooperatif di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. 3. Peneliti hanya meneliti skala depresi lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.