BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat dengan cara memberikan pelayanan yang efektif,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN)

IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BLITAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini semakin meningkat tuntutan masyarakat kepada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem penganggaran kembali mengemuka pada awal tahun 2000-an,

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari masyarakat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan tujuan masyarakat daerah yang sejahtera sebagai suatu implikasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya

BADAN PENDAPATAN DAERAH

KATA PENGANTAR. Wonogiri, Februari 2016 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

PELAPORAN KINERJA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 i

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

P a g e 21. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. AKUNTABILITAS KINERJA

Martapura, Januari 2017 KEPALA SKPD. Drs. H. ASPIHANI, M.AP NIP

BAB II LANDASAN TEORI

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN, PENDAPATAN DAN ASSET DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. manusialah yang menjalankan fungsi-fungsi manajemen yaitu POAC ( Planning,

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia pasca reformasi tahun 1998 telah menimbulkan tuntutan yang

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Proses penganggaran daerah diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,

KATA PENGANTAR. Lumajang, 20 Maret 2015 WAKIL BUPATI LUMAJANG. ttd. Drs. H. A S A T, M Ag. Laporan Kinerja Kabupaten Lumajang Tahun 2014 i

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan alokasi anggaran yang tersedia. Kinerja merupakan. organisasi (Nugroho dan Rohman, 2012: 1). Kinerja menurut Peraturan

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pengaruh yang cukup luas pada tata kehidupan masyarakat, baik secara nasional

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sejalan dengan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Deskripsi Umum Ruang Lingkup Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dihindarkan. Organisasi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

KATA PENGANTAR. Semarapura, 30 Maret 2016 Kepala Bappeda Kabupaten Klungkung, I Wayan Wasta, SE, M.Si Pembina Tk. I (IV/b) NIP

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dimana, asas ini memberikan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14

strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan asas densentralisasi menjadi tanggungjawab dan tugas unsur penyelenggara pemerintah daerah yang meliputi Gubernur, Bupati atau Walikota dan Perangkat Daerah dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan publik, kesejahteraan umum dan daya saing daerah (Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007). Dalam mencapai tujuan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah daerah melaksanakan kewajiban pengelolaan keuangan dan pertanggungjawaban yang dimulai dari proses perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan atas tugas dan fungsi pemerintah yang dituangkan dalam bentuk anggaran (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003). Menurut Mardiasmo (2009) anggaran disusun sebagai wujud implementasi dari akuntabilitas pemerintah dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan yang telah ditetapkan untuk dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Anggaran diinterpretasikan sebagai paket pernyataan menyangkut perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang (Bastian, 2010:191). Anggaran publik disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu anggaran yang mengutamakan pencapaian hasil dari perencanaan alokasi biaya yang ditetapkan organisasi dan berkaitan erat dengan visi, misi serta rencana strategis (Bastian,2010:202). Melalui pelaksanaan anggaran, kinerja pemerintah dapat 1

2 dievaluasi (Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002). Dalam mengevaluasi kinerja pemerintah berkaitan dengan efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran, disusun laporan realisasi anggaran yang menunjukkan informasi mengenai pelaksanaan anggaran dan tingkat ketercapaian target yang telah disepakati sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta informasi mengenai sumber alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi (Bastian,2010:233). Keberhasilan dan kegagalan atas penyelenggaraan pemerintahan ditekankan pada kemampuan instansi pemerintah dalam menyerap anggaran, akan dikatakan berhasil jika mampu menyerap 100% anggaran pemerintah (Mahsun,2006:152). Hal tersebut didasarkan pada fungsi anggaran sebagai alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja, sehingga penilaian dan pengukuran kinerja pelaksana anggaran dapat diukur berdasarkan pencapaian target dan efisiensi pelaksanaan anggaran (Mardiasmo,2009:63). Osborne dan Gaebler (1993) menyatakan bahwa dengan pengukuran kinerja, pegawai akan merespon tindakan yang positif dan pegawai yang berhasil akan mendapatkan penghargaan untuk memacu pencapaian produktivitas kerja yang lebih tinggi. Produktivitas kerja merupakan hasil yang diperoleh oleh pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya (Sondang P.Siagian, 2009:3). Produktivitas kinerja pegawai pemerintah atau pegawai negeri sipil atau aparatur sipil negara dinilai baik bila seluruh unsur penilaian sasaran kinerja pegawai meliputi kuantitas, kualitas, waktu dan biaya serta unsur perilaku meliputi orientasi, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama dan kepemimpinan

3 sudah mendapatkan nilai yang baik (Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil). Fenomena yang terjadi saat ini, realisasi anggaran daerah Kota Bandung belum mencapai angka 100%. Berikut data laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung pada tahun anggaran 2014-2015 (PPID Kota Bandung 2015) : Tabel 1.1 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung No Uraian Anggaran 2015 (Rp) Realisasi 2015 (Rp) % Realisasi 2014 (Rp) 1. Pendapatan Pajak Daerah 1.596.000.000.000,00 1.485.255.717.607,00 92,94 1.399.598.856.917,00 2. Pendapatan Retribusi Daerah 107.563.238.797,00 64.985.847.830,00 59,13 99.192.319.387,00 3. Pendapatan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 20.000.000.000,00 8.602.757.430,00 43,01 9.356.757.469,00 4. Pendapatan Lain-lain 340.683.591.729,00 300.850.320.638,00 85,70 207.909.364.605,00 PAD Jumlah 2.066.246.830.526,00 1.859.694.643.505,00 90,00 1.716.057.298/.378,00 Sumber : Catatan Atas Laporan Keuangan Kota Bandung Tahun 2015 Tabel 1.1 menunjukkan jumlah realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperoleh pemerintah Kota Bandung tahun 2015 yang belum mencapai 100%, yaitu : - Pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah yang hanya terealisasi sebesar 92, 94% dari total anggarannya. - Pendapatan asli daerah yang berasal dari retribusi daerah, hanya terealisasi sebesar 59,13% dari total anggarannya.

4 - Pendapatan asli daerah yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan, hanya terealisasi sebesar 85,70% dari total anggarannya. - Pendapatan asli daerah yang berasal dari pendapatan lain-lain PAD, hanya terealisasi sebesar 90 % dari total anggarannya. Permasalahan lainnya, dilihat dari Rekapitulasi Nilai Standar Pelayanan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandung tahun 2017 yang menunjukkan hanya terdapat tiga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandung yang berada pada zona hijau. SKPD tersebut yaitu Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan Dinas Tenaga Kerja dengan nilai standar pelayanan 901-1.000, sedangkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya masih berada pada zona kuning dan merah dengan nilai standar pelayanan kurang dari 500 (Standar Pelayanan Kota Bandung 2017). Yuddy Chrisnandi selaku Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada tahun 2015 menyatakan bahwa Kinerja pegawai negeri sipil pada pemerintahan daerah masih belum optimal, terlihat dari masih terdapatnya keluhan masyarakat terkait perilaku pegawai yang malas, berkinerja rendah dan tidak disiplin (CNN Indonesia,2015). Pernyataan tersebut didukung dengan data Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung, pada tahun 2015 yang menunjukkan masih terdapat 31 pelanggaran disiplin kerja yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada 19 SKPD di Kota Bandung, pelanggaran lainnya adalah tingkat kehadiran PNS masih pada persentase 90,8%, yang mana 3,2% ketidakhadiran tanpa memberikan keterangan serta pelanggaran terkait

5 ucapan, tulisan, perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS yang dilakukan pada jam kerja dan diluar jam kerja (Portal Bandung,2015). Menurut Ahmad Erani Yustik Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic Finance (INDEF) pada tahun 2015 menyatakan bahwa permasalahan yang terjadi pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah salah satunya adalah pimpinan atau pejabat yang berwenang kurang memperhatikan keterlibatan pegawai (INDEFnews,2015). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara, pada penyusunan anggaran daerah perlu melibatkan pemerintah daerah (tim anggaran daerah) meliputi perangkat daerah untuk menentukan pendapatan, belanja dan biaya yang dirinci menurut organisasi, fungsi dan jenis belanjanya. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 yang direvisi dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), tahapan penyusunan rencana kerja anggaran dan persetujuan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), proses penyusunan APBD ini melibatkan partisipasi setiap pegawai mulai dari level kepala sub bagian hingga kepala dinas. Partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat menghasilkan anggaran yang lebih baik (Dunk,1993). Partisipasi penyusunan anggaran akan menguntungkan suatu organisasi, karena partisipasi menunjukkan dampak positif terhadap sikap karyawan dan meningkatkan kerja sama diantara manajer yang akan meningkatkan kinerja mereka (Ida Bagus Agung, 2010:19).

6 Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti mengangkat permasalahan ini dengan judul Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah. 1.2 Identifikasi Masalah Melalui anggaran, kinerja instansi dan pegawai pemerintah dapat dievaluasi. Tingkat realisasi anggaran yang tinggi menunjukkan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan, untuk menghasilkan anggaran yang baik diperlukan keterlibatan pegawai dalam proses penyusunan anggaran karena kinerja pegawai pemerintahan dilihat dari besarnya partisipasi dalam penyusunan anggaran. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran pada Pemerintahan Kota Bandung sudah optimal. 2. Apakah kinerja aparatur pada Pemerintahan Kota Bandung sudah optimal. 3. Apakah terdapat pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparatur di Pemerintahan Kota Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan, mengolah dan mendapatkan data yang dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai peranan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparatur pemerintah.

7 Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menguji partisipasi penyusunan anggaran telah diterapkan secara optimal oleh Pemerintah Kota Bandung. 2. Menguji kinerja aparatur pada Pemerintah Kota Bandung sudah optimal. 3. Menguji partisipasi penyusunan anggaran memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis 1. Bagi penulis, yaitu untuk menambah wawasan penulis dalam bidang yang diteliti, melatih berpikiran kritis, logis dan mampu menyerap informasi khususnya dalam bidang Akuntansi Sektor Publik. 2. Bagi pemerintah Kota Bandung, yaitu diharapkan bermanfaat sebagai referensi dalam hal partisipasi penyusunan anggaran untuk meningkatkan kinerja aparatur Pemerintah Daerah Kota Bandung. 1.4.2 Kegunaan Praktis Bagi Pihak Lain Bagi pihak lain diharapkan bermanfaat sebagai sumber pemikiran dan informasi untuk penelitian lebih mendalam mengenai kinerja aparatur pemerintah daerah.

8 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada 41 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintahan Kota Bandung. Waktu penelitian dimulai pada Bulan November 2016 hingga bulan Maret 2017.