HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA JANDA YANG MENIKAH LAGI DI KALANGAN ETNIS ARAB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

SUSI RACHMAWATI F

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

memberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati suka-duka, merasakan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah. dalam sebuah pernikahan. Seperti pendapat Saxton (dalam Larasati, 2012) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan keluarga yang sejahtera, pastilah menjadi impian setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

2016 HUBUNGAN ANTARA FAMILY RESILIENCE DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PNS WANITA DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh: AVANDHI SURYA SETIA F100 040 165 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sesuai dengan kodratnya adalah makhluk yang unik. Manusia adalah makhluk biologis dan psikologis, juga sebagai makhluk sosial dan sekaligus sebagai makhluk spiritual. Sebagai makhluk biologis manusia memiliki kebutuhan vital untuk makan, minum, istirahat dan seks yang tidak dapat ditinggalkan. Untuk pemenuhan ini manusia memiliki kemampuan untuk memilih. Tidak sembarangan makanan dan minuman akan diminum, tidak dapat sesaat kebutuhan seks yang muncul harus dipenuhi (Tuti hardjani dan Siti Sutarmi, 2001). Manusia bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, karena merupakan faktor pendorong yang penting dalam kehidupan perkawinan seperti keinginan untuk memiliki keturunan, dan memenuhi kebutuhan seksualnya. Dalam perkawinan selain memenuhi kebutuhan biologisnya manusia juga membutuhkan kasih sayang dari orang lain, sehingga dalam memenuhi kebutuhanya tersebut manusia harus berinteraksi dengan sesama manusia lain. Sebagai makhluk individu manusia lebih ingin memenuhi segala kebutuhan pribadinya, dan sebagai makhluk sosial yang dituntut untuk lebih mengabdi pada keinginan orang lain dan lingkunganya. Semakin besar kesenjangan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial, maka semakin besar usaha dibutuhkan untuk memenuhi keseimbangan diri (Equilibrium) tersebut. Jika upaya penyesuaian diri ini gagal dipenuhi maka individu akan mengalami gangguan,

2 baik berupa gangguan fisik, psikologis dan sosial, sehingga dalam kehidupan interaktifnya dengan orang lain tidak harmonis. Demikian juga yang terjadi dalam perkawinan. Globalisasi di berbagai sendi kehidupan; sosial, ekonomi, politik, dan yang paling cepat bergerak tiap hitungan menit, globalisasi di bidang teknologi informasi, mau tidak mau, memaksa masyarakat terseret arus zaman yang demikian cepatnya. Seiring dengan perubahan zaman tersebut banyak sekali terjadi penyelewengan penyelewengan, bukan hanya dalam diri pribadi tetapi dalam kehidupan berkeluargapun banyak terjadi pergolakan, banyak sekali contoh seperti banyaknya kasus perceraian para artis, kasus kekerasan rumah tangga, perselingkuhan dan poligami yang sedikit banyak mendapat kecaman dari masyarakat. Hasil observasi menunjukan bahwa dalam masyarakat kasus perselingkuhan terjadi karena banyak faktor seperti kurang harmonisnya perkawinan seseorang, terbenturnya masalah ekonomi dan masih banyak lagi yang membuat keretakan dalam kehidupan perkawinan seseorang. Kurangnya komunikasi antar pasangan, kurangnya perhatian, dan kurangnya saling terbuka dengan pasangan mampu melunturkan komitmen sebuah hubungan yang sudah dibina dengan cinta. Padahal perkawinan adalah sebuah komitmen yang pantas dipertahankan dan dijaga keharmonisanya. Awal menikah atau ketika sedang jatuh cinta pasangan acapkali merasa cintanya akan terus menggairahkan. Perkawinan sekalipun diawali dengan cinta yang menggebu bukanlah merupakan jaminan bahwa cinta tersebut tidak akan

3 pudar, cinta seringkali mengalami pasang surut, terlebih lagi untuk jangka panjang dan melalui berbagai pergumulan. Di dalam perkawinan juga dituntut adanya kesediaan dua manusia menjalin relasi dengan konsekuensi komitmen permanen. Perkawinan juga menuntut kesediaan kedua pasangan saling berbagi karena tidak mungkin interelasi untuk mempertahankan perkawinan dilakukan hanya satu pasangan, sejauh apa pun dia mengusahakan. Pada awal perkawinan, sebaiknya setiap pasangan suami-istri yang menikah harus melakukan komitmen perkawinan, karena merupakan kekuatan utama dalam perkawinan, dengan berkomitmen pasangan suami-istri yang menikah harus menjaganya agar tetap berada dijalurnya, penyebab komitmen perkawinan pada setiap pasangan suami-istri berbeda-beda antara satu dengan yang lain yaitu kepribadian tiap pasangan, kedewasaan setiap pasangan, sikap dua orang pasangan terhadap lembaga perkawinan, kualitas cinta yang dimiliki oleh pasangan dan, kepuasan pasangan terhadap perkawinanya (Wismanto, 2003). Bagi banyak orang, menikah merupakan suatu panggilan mulia. Di dalamnya ada cinta sekaligus tanggung jawab terhadap orang yang dicintai. Dalam pernikahan, seseorang menyatukan diri dengan seorang lawan jenis yang menjadi pilihannya untuk mencapai kebahagiaan bersama. Cinta adalah salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen seseorang dalam perkawinan. Cinta juga sebagai emosi yang membuat seseorang ingin berhubungan dengan orang lain, melalui beragam cara. Cara-cara untuk menghubungkan diri terdiri dari tiga hal yaitu keterhubungan antara fisik, misal dekat dengan orang yang dicintai,

4 keterhubungan pengalaman dan keterlibatan emosional, dan berbagi dalam sebuah pengalaman yang penuh keintiman, dalam hal ini setiap pasangan dapat bercerita apa saja yang menjadi masalahnya. ( sternbeg, 1988) Cinta adalah emosi yang paling diinginkan oleh setiap manusia, sebagai contoh, ada yang menjadi rajin kuliah karena ingin bertemu seseorang yang disukai, ada yang rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengamati pujaan hatinya hingga ada yang mencoba mengakhiri hidupnya karena putus cinta. Cinta sangat memerlukan keterbukaan diri antar pasangan, apalagi pasangan suami istri yang yang mengarungi perkawinan dengan komitmen. Noller dan Fitz Pattrick (1993) mengaitkan keterbukaan diri dengan hubungan suami istri, bahwa keterbukaan diri adalah bagian dari kemesraan hubungan antara suami dan istri karena dalam hubungan yang mesra pasangan dapat menerima pengakuan diri pasanganya dan memberikan tanggapan yang hangat dan simpatik pada pasanganya. Keterbukaan diri tidak hanya terbuka pada perasaan- perasaan positif saja tetapi juga perasaan negatif. Permasalahanya disini adalah dalam perkawinan tidak semua pasangan suami-istri memiliki komitmen yang kuat. Akibatnya akan menimbulkan persoalan atau konflik dalam kehidupan pasangan tersebut bahkan lebih parah akan menimbulkan perceraian. Seperti salah satu dari keluarga yang menerangkan bahwa kehidupan keluarganya mulai terombang ambing, dimana seorang istri sudah mulai jengkel ketika bercerita bahwa suaminya sering pulang malam, rajin kekantor tetapi pulang telat, suka marah-marah dirumah,dan seolah menjaga jarak kurang komunikasi, banyak menyimpan rahasia, padahal seharusnya terbuka

5 dengan pasanganya. Berdasarkan teori komitmen Rusbult dan Bunk (dalam Stanley, dkk, 2004) jika komitmen interpersonal pada individu dalam hubungan rendah maka individu tersebut cenderung berpikir untuk melakukan kencan dengan individu lainya selain pasanganya. Berkaitan dengan hal tersebut diatas peneliti mempunyai dugaan bahwa pasangan suami istri yang memiliki problem dimungkinkan disebabkan karena kurangnya kualitas cinta dalam perkawinan mereka ditambah lagi dalam sebuah hubungan kurang ada keterbukaan antar pasangan apalagi dalam mahligai perkawinan. Sebagaimana seperti yang diungkapkan pada sebuah kasus yang ditulis dalam rublik seksologi (www.kompas.com /Cybermedia/komitmen pernikahan.html, akses tgl 2007-11-05) dimana seorang istri rela malakukan perselingkuhan hanya karena kurang mau terbuka pada suaminya bahwa setiap melakukan hubungan intim si istri kurang puas dengan perlakuan suaminya, demi memuaskan hasratnya istri rela berselingkuh padahal mereka adalah keluarga yang harmonis dan penuh dengan komitmen. Lebih lanjut lagi kita dapat melihat data dari Pengadilan Tinggi Agama Jakarta. Sampai Agustus 2006 saja, dari 3.172 kasus perceraian di Jakarta, sekitar 66,2%-nya merupakan kasus cerai gugat. Tingginya angka cerai gugat ini juga dijumpai di Pengadilan Agama Bekasi, yaitu 62,9% dari 771 kasus perceraian hingga Agustus 2006. Menariknya, berdasarkan data yang dihimpun dari sejumlah media cetak, fenomena tingginya kasus cerai gugat juga terjadi di daerah-daerah lain. Di antaranya, Depok, Solo, Yogyakarta, Garut, Bandung, Surabaya, Sulsel (Makassar). Bukan hanya itu, angka cerai gugat ini pun terus meningkat dari

6 tahun ke tahun. Begitu pula angka perceraian secara keseluruhan, tak pernah turun (Drs.djejen SH.MH. 2006. www.nakita.com/istri menggugat, perceraian meningkat.html). Berdasarkan uraian tersebut tampak bahwa komitmen seseorang dalam sebuah perkawinan terkait erat dengan kualitas cinta seseorang yang juga berhubungan dengan keterbukaan seseorang pada pasanganya, sehingga ditemukan rumusan masalah yaitu Apakah ada hubungan antara kualitas cinta dan keterbukaan diri dengan komitmen perkawinan pada pasangan suami istri? Maka dari itu penulis ingin membuat penelitian dengan judul Hubungan Antara Kualitas Cinta dan Keterbukaan Diri Dengan Komitmen Perkawinan Pada Pasangan Suami Istri. B. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan peneliti adalah ingin mengetahui : 1. Hubungan antara kualitas cinta dan keterbukaan diri dengan komitmen perkawinan pada pasangan suami istri. 2. Hubungan antara kualitas cinta dengan komitmen perkawinan pada pasangan suami istri. 3. Hubungan antara keterbukaan diri dengan komitmen perkawinan pada pasangan suami istri. 4. Mengetahui tingkat komitmen perkawinan, tingkat kualitas cinta, dan tingkat keterbukaan diri pada pasangan suami istri di Kelurahan Pejaten Barat Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan.

7 5. Mengetahui besarnya sumbangan kualitas cinta dan keterbukaan diri dalam mempengaruhi komitmen perkawinan pada pasangan suami istri di Kelurahan Pejaten Barat Jakarta Selatan. C. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Sosial, dan Psikologi Keluarga mengenai hubungan kualitas cinta dan keterbukaan diri dengan komitmen perkawinan pada pasangan suami istri. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi subjek agar lebih mengerti pentingnya cinta dan saling terbuka antar pasangan di dalam rumah tangganya sehingga terjalin rumah tangga yang harmonis dan juga sebagai referensi berbagai pihak seperti konselor perkawinan, peneliti selanjutnya agar lebih peka terhadap masalah-masalah dalam rumah tangga perkawinan.