PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Keindahan alam Indonesia sudah sangat terkenal dan dapat menarik

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin ketat yang merupakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pelayanan merupakan hal penting bagi penyedia produk

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

BAB I PENDAHULUAN. seperti PBB, Bank Dunia, dan World Tourism Organization (WTO) telah mengakui

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Oleh : Slamet Heri Winarno

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang

Arahan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Nepa Berdasarkan Preferensi Pengunjung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang

Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat

PENILAIAN POTENSI TAMAN WISATA WIRA GARDEN KELURAHAN BATU PUTUK TAHUN 2014 JURNAL. Oleh. Bety Tri Astuti ( )

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

Transkripsi:

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka Raya Jl. Hiu Putih, Tjilik Riwut Km. 7 Abstrak : Obyek Bukit Banama merupakan obyek dengan latar belakang kondisi alam yang sangat indah dengan pemandangan perbukitan dan hutan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi wan terhadap pengembangan obyek Bukit Banama, dan upaya pengembangan obyek Bukit Banama. Metode pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi, angket, observasi, dan wawancara. Teknik penarikan informan dengan accidental sampling. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian persepsi wan terhadap pengembangan obyek Bukit Banama meliputi: kondisi obyek Bukit Banama tergolong bagus, aksesibilitas di obyek Bukit Banama bagus, fasilitas di obyek Bukit Banama sebagian besar sudah bagus, pelayanan yang diberikan oleh pengelola obyek Bukit Banama sudah bagus, atraksi yang disajikan kurang bagus, wan menyatakan setuju bahwa kerawanan bencana mempengaruhi jumlah wan dan mengganggu kenyamanan dan keamanan wan, masalah dalam pengembangan obyek Bukit Banama yang dihadapi antara lain adalah fasilitas, erosi, dan kebakaran lahan. Potensi yang dapat dikembangkan di kawasan obyek Bukit Banama adalah olah raga (pendakian dan panjat tebing), Wisata Alam Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah, dan Wisata Budaya (Sejarah). Kata Kunci : Persepsi, Wisatawan, Pengembangan PENDAHULUAN Sektor pari sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan daya tarik yang cukup besar, banyaknya keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya, dan kehidupan masyarakat (etnik). Pari di Indonesia merupakan salah satu penunjang perekonomian yang memilki prospek yang cerah, tetapi hingga dewasa ini belum memperlihatkan peranan yang sesuai dengan harapan dalam proses pembangunan di Indonesia. Prospek pari ke depan bagi Negara Indonesia sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,602 milyar orang tahun 2020, diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Di samping itu, prospek perkembangan pari ke depan tidak akan bisa terbendung lagi oleh kemajuan-kemajuan dan perubahan yang mampu meningkatkan kunjungan wan. Untuk meningkatkan peran keparian, sangat terkait antara barang berupa obyek sendiri yang dapat dijual dengan sarana dan prasarana yang mendukungnya yang terkait dalam industri 115

pari. Usaha mengembangkan suatu daerah tujuan harus memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan suatu daerah tujuan. Faktor-faktor itu terkait lima unsur pokok yang harus ada dalam suatu daerah tujuan, yang meliputi obyek dan daya tarik, prasarana, tata laksana, atau infrastruktur serta kondisi dari masyarakat atau lingkungan. Suatu daerah hanya dapat menjadi tujuan apabila daerah tersebut dapat dikembangkan menjadi atraksi. Penentuan potensi di suatu daerah berpedoman pada apa yang dicari oleh wan. Atraksi yang baik adalah yang dapat menarik wan dan mampu menahan wan lebih lama di tempat atraksi dan memberi kepuasan terhadap wan. Kualitas obyek tidak hanya dapat dinilai dari kondisi obyek itu sendiri, namun dilihat juga dari fasilitas, pelayanan, jasa, pemasaran, dan aksesibilitas yang mendukung obyek tersebut. Penilaian wan terhadap obyek yang ada dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan obyek di masa yang akan datang. Dalam pengembangan pari hendaknya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh wan agar wan merasa puas dengan apa yang diberikan dan membuat wan lebih lama bertahan ditempat tersebut dan juga ingin berkunjung kembali ke tempat tersebut. Dalam pengembangan suatu obyjek tidak hanya memperhatikan kepuasan dari wan saja, namun juga harus memperhatikan daya dukung lingkungan setempat. Kepuasan wan diharapkan memberi dampak yang lebih luas terhadap pengembangan produk di masa datang. Kota Palangka Raya memiliki aset yang cukup beragam yang dapat memenuhi segala kebutuhan keparian jika aset tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu potensi yang menjadi obyek andalan dan merupakan obyek yang potensial untuk dikunjungi adalah obyek alam Bukit Banama. Obyek Bukit Banama merupakan obyek dengan latar belakang kondisi alam yang sangat indah dengan pemandangan perbukitan dan hutan. Berdasarkan Rencana Wilayah Pengembangan Wisata (WPW) Kota Palangka Raya ada kriteria-kriteria untuk pengembangan kawasan pari antara lain: a. Keindahan alam dan keindahan panorama b. Masyarakat dengan kebudayaan yang bernilai tinggi dan diminati oleh wan c. Bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai budaya yang tinggi d. Tersedianya sarana dan prasarana air dan listrik e. Mempunyai kepadatan penduduk yang relatif rendah f. Mempunyai aksesibilitas yang tinggi g. Lahan tersebut tidak telalu subur dan bukan lahan produktif h. Adanya lahan yang mungkin bisa digunakan untuk areal perluasan kawasan Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut Kecamatan Bukit Batu merupakan kawasan perencanaan untuk kawasan alam yang dipusatkan pada tempat alam Bukit Tangkiling dan Bukit Banama. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang pengembangan obyek Bukit Banama dari sudut pandang persepsi wan. 116

METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi, angket, observasi, dan wawancara. Penarikan sampel didasarkan pada teknik accidental sampling. (sampel kebetulan) yaitu apa atau siapa saja yang kebetulan dijumpai di tempat tertentu, di warung, di lapangan, di terminal dan sebagainya. Sampel dalam penelitian ini adalah wan sebagai produk pari dan stakeholder yang terkait dalam pengembangan obyek Bukit Banama antara lain adalah Camat Kecamatan Bukit Batu, Dinas Pari Kota Palangka Raya, pengelola obyek Bukit Banama, dan masyarakat sekitar lokasi obyek Bukit Banama. Analisis data Penelitian yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Melalui tabel frekuensi akan dapat diketahui persepsi wan terhadap pengembangan obyek Bukit Banama. Adapun rincian pilihan jawaban yang disajikan dalam tabel frekuensi untuk setiap variabel adalah STB = Sangat Tidak Bagus, TB = Tidak Bagus, B = Bagus, SB = Sangat Bagus. Teknik Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan sebagian besar wan menilai bahwa kondisi obyek Bukit Banama tergolong bagus. Tabel 1. Persepsi Wisatawan Terhadap Kondisi Obyek Wisata Bukit Banama (%) Kondisi obyek STB TB B SB Keunikan obyek Keindahan pemandangan di sekitar lokasi 8 15 65 12 11 19 54 16 Kenyamanan obyek 6 15 72 7 Kesejukan lokasi obyek 5 14 63 18 Kebersihan obyek 13 25 51 11 Keamanan obyek 4 7 70 19 Aksesibilitas merupakan alat vital dalam pengembangan pari. Kemudahan untuk mencapai obyek salah satu faktor mendukung pengembangan obyek. Kualitas jalan yang baik dan tersedianya angkutan umum akan membantu wan mudah untuk menemukan lokasi obyek. Aksesibilitas yang kurang layak akan mengganggu kegiatan pari. Aksesibilitas di obyek Bukit Banama tergolong bagus dapat dilihat dari persepsi yang diberikan oleh wan. Tabel 2. Persepsi Wisatawan Terhadap Aksesibilitas Obyek Wisata Bukit Banama (%) Aksesibilitas obyek STB TB B SB Kualitas jalan 16 37 45 2 Keterjangkauan angkutan umum 10 27 62 1 Angkutan umum juga merupakan hal penting yang mendukung pengembangan obyek. Angkutan umum memiliki peran meningkatkan daya jelajah wan hingga wan yang bertempat tinggal jauh dari lokasi obyek dapat mendatangi daerah tujuan dengan mudah. Pelayanan jasa angkutan umum sangat penting bagi pengembangan pari, karena angkutan umum merupakan urat nadi kegiatan perekonomian dan juga sebagai jaringan penghubung antar kegiatan. 117

Tabel 3. Persepsi Wisatawan Terhadap Fasilitas Obyek Wisata Bukit Banama (%) Fasilitas STB TB B SB Luas tempat parkir 5 30 48 17 Keamanan tempat parkir 2 12 77 9 Keterampilan juru parkir 15 27 54 4 Kebersihan toilet 5 15 74 6 Jumlah toilet 11 68 18 3 Akses pusat informasi 12 26 52 10 Daya tampung tempat ibadah 16 69 13 2 Kenyamanan melakukan ibadah 3 33 56 6 Bangku kecil tempat istirahat 8 24 58 10 Rumah makan 18 22 59 8 Petunjuk jalan 7 16 67 10 menuju lokasi Sarana kesehatan 21 26 51 2 Ketersediaan tempat sampah 5 14 71 9 Toko cindera mata 2 57 30 11 Fasilitas penginapan 17 69 13 1 Fasilitas pelengkap di lokasi obyek akan meningkatkan kualitas obyek. Fasilitas pelengkap sangat dibutuhkan oleh wan selama melakukan kegiatan. Fasilitas obyek sebagai faktor pendukung kegiatan pari tidak dapat diabaikan. Kekuatan daya tarik yang dimiliki oleh suatu obyek mungkin tidak akan berarti tanpa adanya fasilitas pendukung yang memadahi. Fasilitas obyek harus tertata sedemikian rupa agar keberadaan fasilitas pelengkap obyek tidak melemahkan daya tarik yang disajikan oleh obyek tersebut. Fasilitas di obyek Bukit Banama sebagian besar sudah bagus, namun ada beberapa fasilitas yang belum memadahi seperti fasilitas tempat ibadah, toilet, toko cinderamata, dan fasilitas penginapan. Pelayanan dalam obyek penting untuk diteliti, karena pelayanan petugas obyek mempengaruhi kenyamanan dan kepuasan wan saat melakukan kegiatan dan juga menentukan kualitas obyek. Hasil penelitian persepsi wan terhadap pelayanan yang diberikan oleh pengelola obyek Bukit Banama adalah pelayanan yang diberikan sudah bagus. Dapat dilihat dari tabel 4. Dari hasil penelitian pelayanan yang diberikan oleh pengelola obyek Bukit Banama wan melebihi 50% yang menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh pengelola obyek Bukit Banama adalah bagus. Walaupun demikian pelayanan harus ditingkatkan lagi, karena masih ada wan yang merasa belum puas atau menyatakan tidak bagus terhadap pelayanan yang diberikan oleh pengelola obyek Bukit Banama. pelayanan sangat penting, karena pelayanan mempengaruhi juga terhadap kepuasan wan berkunjung ke suatu obyek. Pelayanan yang kurang baik terhadap wan akan menimbulkan wan enggan berkunjung kembali ke obyek tersebut. Tabel 4. Persepsi Wisatawan Terhadap Pelayanan Obyek Wisata Bukit Banama (%) Pelayanan STB TB B SB Harga tiket masuk 9 15 72 4 Kemampuan petugas penjualan tiket 3 21 70 6 Kecepatan petugas penjualan tiket 5 7 77 9 Kesopanan petugas penjualan tiket 4 14 72 10 Kemampuan petugas saat berada di obyek 2 22 69 7 Kecepatan petugas penanganan keluhan 15 39 42 4 Kemampuan petugas penanganan keluhan 2 22 69 7 Kesopanan petugas melayani pengunjung 2 15 73 10 Kesopanan petugas saat berada di obyek 2 4 75 19 Kesediaan petugas 3 3 26 68 118

menolong saat kesulitan Kesediaan pengucapan salam Ucapan terima kasih akhir pelayanan Informasi yang mudah dimengerti Jadwal buka loket kunjungan Prosedur masuk obyek 6 11 69 14 3 8 68 21 2 9 66 23 2 6 81 9 1 13 79 7 Atraksi merupakan sesuatu yang dapat dilihat dan juga dapat disaksikan melalui sebuah pertunjukan yang khusus disajikan untuk wan. Terdapat dua jenis atraksi yaitu atraksi yang dipersiapkan terlebih dahulu dan juga atraksi yang tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Atraksi yang disajikan oleh obyek Bukit Banama terdapat dua jenis atraksi. Atraksi yang dipersiapkan terlebih dahulu yang disajikan oleh obyek Bukit Banama antara lain adalah pertunjukan musik, dan arena bermain,. Sedangkan atraksi yang tanpa adanya persiapan terlebih dahulu yang disuguhkan oleh obyek Bukit Banama adalah bukit. Tabel 5. Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi Wisata Obyek Wisata Bukit Banama (%) Atraksi STB TB B SB Pertunjukan musik 1 11 64 24 Arena bermain 53 36 11 0 Persepsi wan mengenai atraksi yang disajikan oleh obyek Bukit Banama ada atraksi yang tidak bagus, seperti arena bermain. Seperti taman bermain, permainan yang disajikan sangat sedikit dan juga tidak difungsikan sebagai mana mestinya. Sedangkan pertunjukan musik yang diadakan setiap hari raya, wan menilai bagus. Ancaman bencana yang terjadi di sekitar obyek Bukit Banama diperlukan penanganan secepatnya. Karena jika bencana erosi terus terjadi di sekitar lokasi obyek Bukit Banama tidak hanya pengunjung obyek saja yang berkurang, namun juga lokasi obyek Bukit Banama juga dapat terganggu oleh erosi yang terjadi. Selaian itu kebakaran lahan yang terjadi pada setiap musim kemarau juga sangat mengganggu dan membahayakan wan di obyek batu banama. Ancaman bencana sangat mengganggu wan dalam melakukan kegiatan. Dapat dilihat pada tabel 6 sebagian wan menyatakan setuju bahwa kerawanan bencana mempengaruhi jumlah wan dan mengganggu kenyamanan dan keamanan wan. Tabel 6. Persepsi Wisatawan Terhadap Ancaman Bencana Obyek Wisata Bukit Banama Terhadap Kunjungan Wisatawan (%) Pengaruh ancaman bencana Pengaruh bencana terhadap jumlah wan Pengaruh bencana terhadap kenyamanan wan Pengaruh bencana terhadap keamanan wan Setuju Raguragu 82 9 9 Tidak setuju 69 15 16 47 23 30 Pengembangan obyek Bukit Banama tidak hanya melibatkan satu pihak, namun beberapa pihak antara lain pemerintah, hubungan baik antar stakeholder terkait harus terjalin dengan baik untuk 119

mengembangkan obyek Bukit Banama menjadi obyek yang lebih besar lagi. Pembangunan Obyek pasti memiliki masalah dan juga kendala. Seperti halnya yang terjadi dalam pengembangan obyek Bukit Banama, terdapat berbagai masalah yang dihadapi antara lain adalah fasilitas, erosi, dan kebakaran lahan. Tabel 7. Pengembangan Obyek Wisata Bukit Banama (%) Pengembangan obyek Raguragu setuju Tidak Setuju Pembangunan jalan menuju lokasi Bukit 56 30 14 Banama Penambahan arena bermain anak-anak 93 4 3 Penambahan wahana outbond 78 11 11 Pembangunan penginapan di obyek 64 12 24 Bukit Banama Pengembangan kafe/warung 45 17 38 Perlunya promosi 88 7 5 Pengembangan toko cinderamata 91 3 6 Pengembangan sumur bor/tandon air 94 3 3 Pengembangan toilet 93 3 4 Data olah data survey lapangan 2017 Pengembangan pari juga harus diarahkan pada perlindungan dan pelestarian budaya. Pengembangan suatu obyek juga perlu mempertimbangkan atas kemampuan, kepentingan, dan fungsi dari obyek itu sendiri. Pengelola obyek harus mengetahui keinginan dan selera wan dan mengetahui persepsi wan mengenai obyek tersebut. Pengembangan yang diinginkan wan untuk obyek Bukit Banama antara lain adalah perbaikan fasilitas seperti: arena bermain, wahana outbond, sarana penginapan, kafe, toko cinderamata dan penambahan toilet. Dari hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa di dalam kawasan obyek Bukit Banama dijumpai beberapa daya tarik penunjang yaitu gazebo sebagai tempat istirahat yang menyenangkan sambil menikmati pemandangan alam dengan hembusan udara yang sejuk. Selain itu kawasan obyek Bukit Banama mempunyai potensi daya tarik (atraksi) yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan obyek dengan peningkatan jumlah pengunjung. Potensi-potensi alam yang dapat dikembangkan di kawasan obyek Bukit Banama sebagai daya tarik tambahan antara lain: 1) Wisata Olah Raga (pendakian dan panjat tebing). Dengan panorama alam yang sangat menarik dari atas Bukit Banama, maka kegiatan pendakian di bukit ini juga merupakan salah satu daya tarik alam yang dapat dijadikan paket dalam kawasan ini. Selain itu untuk para pengunjung yang menyukai olah raga yang memiliki tantangan tinggi untuk memacu adrenalin, dapat melakukan kegiatan panjat tebing sambil menikmati pemandangan alam yang ada di sekitar bukit tersebut. 2) Wisata Alam Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah. Dalam kawasan ini dijumpai beberapa jenis asli flora hutan hujan tropika dataran rendah. Kondisi ini akan menjadi obyek minat khusus yang menarik bagi para pengunjung yang interest terhadap bidang ekologi. Selain dapat dilihat struktur hutan hujan tropika dataran rendah, juga dapat diamati proses ekologi yang terjadi sebagai 120

akibat perubahan habitat dan sistem kompetisi antara tumbuhan yang hidup di dalamnya. Wisata alam dalam hutan hujan tropika dataran rendah ini juga dapat dijumpai beberapa jenis satwa seperti kera ekor panjang dan beberapa jenis burung. 3) Wisata Budaya (Sejarah) Adanya situs-situs budaya dalam kawasan ini menjadi obyek dan daya tarik alam yang terdapat di obyek Bukit Banama. Adanya legenda Batu Banama dan Sandung yang merupakan situs budaya Hindu Kaharingan juga menjadi pelengkap budaya yang sangat menarik bagi pengunjung, terutama untuk turis mancanegara. Situs-situs ini adalah bukti sejarah yang menunjukan adanya eksistensi budaya Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah yang tetap terpelihara dari sejak jaman dahulu. Selain itu terdapat Pura Agung Sali Paseban/Satya Dharma. Cagar Alam Batu Banama merupakan suatu cagar budaya yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat karena memiliki nilai historis. Di sekitar Cagar Budaya Alam Batu Banama juga terdapat Pasah Patahu (tempat sesajen) yang merupakan budaya dari masyarakat lokal yang menganut kepercayaan yaitu agama Kaharingan. SIMPULAN 1. Kondisi obyek Bukit Banama tergolong bagus, aksesibilitas di obyek Bukit Banama bagus, fasilitas di obyek Bukit Banama sebagian besar sudah bagus, pelayanan yang diberikan oleh pengelola obyek Bukit Banama sudah bagus, atraksi yang disajikan kurang bagus, wan menyatakan setuju bahwa kerawanan bencana mempengaruhi jumlah wan dan mengganggu kenyamanan dan keamanan wan. 2. Masalah dalam pengembangan obyek Bukit Banama yang dihadapi antara lain adalah fasilitas yang masih kurang memadai, erosi, dan kebakaran lahan. 3. Potensi yang dapat dikembangkan di kawasan obyek Bukit Banama adalah olah raga (pendakian dan panjat tebing), Wisata Alam Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah, dan Wisata Budaya (Sejarah).Permasalahan utama dalam pengembangan obyek Bukit Banama adalah aksesibilitas dan ancaman bencana. 4. Bentuk pengembangan yang perlu dilakukan oleh pengelola obyek Bukit Banama adalah perbaikan fasilitas seperti: arena bermain, wahana outbond, sarana penginapan, kafe, toko cinderamata dan penambahan toilet. Selaian itu meningkatkan promosi. dan mengurangi ancaman bencana DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. Kontribusi Geografi dalam Keparian. Arikunto, Suharsimi. 2010 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta. Diskebpar. 2010. Potensi Pari Kota Palangka Raya. Jamulya. dkk 2013. Pengantar Geografi Tanah. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Pelayanan Terpadu Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya 2013. Soemarwoto, Otto. 2008. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan: Jakarta. Sujali, 1989. Geografi Pari dan Keparian. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Tika, Pabundu Moh. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara: Jakarta. 121