BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Proses destruksi yang terjadi pula secara simultan dan proses restorasi atau penyembuhan jaringan paru, sehingga terjadi perubahan struktural yang bersifat menetap serta bervariasi yang menyebabkan berbagai macam kelainan faal paru (Supardi, D., 2009). Tuberkulosis merupakan masalah penting bagi kesehatan karena Sepertiga penduduk telah terinfeksi oleh Mycobakterium Tuberkulosis dan penyebab kematian. Data WHO pada bulan Maret tahun 2009 dalam Global TB Control Report menunjukkan bahwa, prevalaensi TB dunia pada tahun 2008 sekitar 5-7 juta kasus baik kasus baru maupun kasus rilaps. Prevalensi tersebut 2,7 juta diantaranya adalah BTA positif baru dan 2,1 juta kasus BTA negatif baru (WHO, 2009). Indonesia berada pada posisi ke tiga terbesar didunia dalam jumlah penderita Tuberkulosis, setelah india dan cina. Jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia.menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 dalam Depkes RI (2009), menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler (stroke) pada semua 1
kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Pada tahun 2008, angka temuan kasus baru (Case Detection Rate/CDR) diindonesia sebesar 72,8% atau didapati 166.376 penderita baru dengan BTA positif. Angka kesembuhannya (Success Rate/SR) 89%. Hal ini melampaui target global, yaitu CDR 70% dan SR 85% (DepkesRI, 2009). Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah kasus terbesar pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (sumber WHO Global Tuberculosis Control 2010). Global Report WHO 2010didapat data jumlah seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra Paru, 3709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh. Sementara itu, untuk keberhasilan pengobatan dari tahun 2003 sampai tahun 2008 (dalam %), tahun 2003 (87%), tahun 2004 (90%), tahun 2005 sampai 2008 semuanya sama (91%) ( Rahayu,E., 2010). Penemuan penderita TB padatahun 2009 sebanyak 8.003 orang mengalami penurunan bila dibanding tahun 2008. Penderita TB Paru BTA (+) sebanyak 793 orang, mengalami peningkatan 43 kasus bila dibandingkan tahun 2008. Penemuan penderita TB BTA (-) mengalami penurunan dibanding tahun 2008. Penemuan kasus TB anak sejumlah 872, 2
fluktuasi hasil kegiatan mungkin disebabkan karena deteksi kasus TB, Skoring pada TB anak dan sistim pencatatan serta pelaporan sudah lebih baik. Menurut data statistik dari dinas kesehatan kota semarang tahun 2009 penderita baru sebesar 50% mengalami peningkatan 2% bila dibandingkan tahun 2008. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja petugas dan sistem pencatatan pelaporan. Angka kesembuhan tahun 2008 sebesar 63 % mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 namun belum mencapai target nasional, hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan yang tidak diperiksa (Dinkes-kotasemarang, 2009). Berdasarkan angka temuan kasus Tuberkulosis Paru yang didapat dari rumah sakit Tugurejo Semarang dari mulai tahun 2008 sampai 2012 yaitu pada tahun 2008 terdapat 313 pasien, tahun 2009 (380 pasien), tahun 2010 (349 pasien), tahun 2011 (420 pasien), dan terakhir pada bulan Maret 2012 terdapat 127 pasien penderita TB. Dilihat dari data tersebut setiap tahunnya jumlah pasien TB telah mengalami peningkatan. Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobakterium tuberculosis yang menyerang paru terutama parenkim paru dan juga dapat mengenai organ lainnya seperti meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Cara penularan penyakit ini sangat mudah yaitu dengan melalui batuk, bersin dan berbicara. Pada waktu batuk, atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuklei). Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. 3
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan dan sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya (Depkes RI, 2008). Risiko untuk tertular penyakit ini tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan yang lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA nagatif. Faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh rendah, diantaranya infeksi HIV/ AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). Infeksi HIV dapat mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh, sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. penyakit tuberkulosis harus mendapat penanganan yang tepat karena penyakit ini menyerang tidak memandang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Penyakit TB paru lebih banyak ditemukan di daerah miskin. Karena faktor lingkungan yang kurang mendukung menjadi penyebab TB (Depkes RI,2010). Untuk mengurangi kejadian tuberkulosis, kuman-kuman harus dicegah supaya tidak menular dari seseorang ke orang lain. Langkahlangkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan 4
pada semua orang yang menderita tuberkulosis dan mengobatinya secara adekuat, mengidentifikasi orang-orang yang harus mendapat kemoterapi, memperhitungkan orang-orang yang dulu pernah tuberkulosis dan mereka yang tidak mendapat pengobatan yang adekuat dengan kemoterapi, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi yang adekuat,isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberianimunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen. Pada penderita tuberkulosis bila dalam penanganannya kurang maka akan mengakibatkan komplikasi dini seperti pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, dan Komplikasi lanjut seperti obstruksi jalan napas, SOFT (sindrom obstruksi pasca tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadipada TB milier, dan kavitas TB. Semakin meningkatnya kasus tuberculosis paru dan angka kematian karena penyakit tuberculosis paru per tahun, maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn.S Dengan Tuberkulosis Paru Di Ruang Mawar RSUD Tugurejo Kota Semarang. 5
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memberikan gambaran Asuhan keperawatan pada pasien TB paru dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang tepat dan akurat. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian tentang Asuhan keperawatan dengan TB paru. b. Melakukan analisa dan menetapkan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada asuhan keperawatan dengan TB paru. c. Melakukan intervensi keperawatan pada asuhan keperawatan dengan TB paru. d. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan TB paru. C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang dipakai dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah dengan menggunakan penulisan deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana suatu proses keperawatan pada klien dengan TB paru. Pendekatan proses keperawatan terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Adapun teknik penulisan yaitu pengumpulan data dengan melakukan observasi kemudian menggambarkannya dengan 6
memaparkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah, sedangkan untuk mengumpulkan data sebagai berikut 1. Observasi Partisipatif Dengan menggunakan pengamatan langsung dan berperan serta dalam perawatan yakni dengan mengamati keadaan umum perkembangan penyakit pasien, penatalaksanaan dan pengobatan berperan serta aktif memberikan asuhan keperawatan. 2. Wawancara Melakukan kegiatan untuk mendapatkan keterangan langsung dengan menggunakan tanya jawab kepada pasien, keluarga pasien, perawat ruangan, dokter atau kesehatan lainnya. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan adalah keterampilan dasar yang digunakan selama pemeriksaan antara lain inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi yang memungkinkan perawat mengumpulkan data fisik klien yang luas. Dalam melaksanakannya penulis mengaplikasikannya pada pasien TB paru. 4. Studi Dokumenter Pengumpulan data tentang keadaan pasien dari catatan medik, catatan perawatan, hasil laboratorium serta pemeriksaan lain. 5. Studi Kepustakaan Metode pengumpulan data dengan mempelajari sumber tertulis berupa buku yang ada hubungannya dengan materi yang bersifat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah dan melalui akses internet. 7
D. Sistematika Penulisan BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, TujuanPenulisan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan. Konsep Dasar yang meliputi pengertian,anatomi dan Fisiologi, Etiologi/ Predisposisi, Patofisiologi, Manifestasi Klinik, Penatalaksanaan, Komplikasi, Pengkajian Fokus (termasuk juga pemeriksaan penunjang), pathways Keperawatan, Fokus Intervensi dan rasional. Tinjauan Kasus yang meliputi pengkajian, Pathways Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi. Pembahasan berdasar pada pengkajian, diagnosa keperawatan yang ditegakkan sampai evaluasi dari tiap diagnosa dan kendala yang ditemui serta solusinya. Simpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA 8