7 BAB II LANDASAN TEORI A. Keaktifan Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:114-115) keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari keadaan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang mudah diamati diantara dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, meragakan dan mengukur. Keaktifan siswa merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar, dimana anak mengalami keterlibatan intelektual-emosional, disamping keterlibatan fisik di dalam proses belajar mengajar. Semua kegiatan tersebut harus dapat dipulangkan kepada suatu karakteristik yaitu keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan tersebut terjadi pada waktu kegiatan kognitif dalam pencapaian atau perolehan pengetahuan. Sedangkan Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum law of exercise -nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan (Dimyati dan Mujiono,2002:45). Menurut Sudjana (2010:61) penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Indikator keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: 1) Siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Siswa terlibat dalam pemecahan masalah.
8 3) Siswa bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4) Siswa aktif mencari informasi yang berhubungan dengan pemecahan masalah. 5) Siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan petunjuk guru. 6) Siswa dapat menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Siswa melatih diri dalam mengerjakan soal. 8) Siswa menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Menurut Suryabrata belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik (Hamzah dan Mohamad 2011: 138). Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Ahmadi dan Supriyono 1991:121).
9 Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar dimana anak mengalami keterlibatan intelektual-emosional yang memerlukan latihan-latihan untuk memperoleh pengetahuan, dengan indikator keaktifan siswa sebagaiberikut : 1) Siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2) Siswa terlibat dalam pemecahan masalah; 3) Siswa bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; 4) Siswa aktif mencari informasi yang berhubungan dengan pemecahan masalah; 5) Siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan petunjuk guru; 6) Siswa dapat menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; 7) Siswa melatih diri dalam mengerjakan soal; 8) Siswa menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. B. Pengertian Pemahaman Kemampuan pemahaman pada umumnya mendapat penekanan pada proses belajar mengajar, karena pemahaman merupakan hasil yang lebih tinggi dari pada pengetahuan. Disini siswa dituntut untuk memahami atau mengerti, bukan sekedar tau apa yang diajarkan, tetapi siswa tahu apa yang dikomunikasikan oleh guru dan siswa diharapakan dapat memanfaatkan isinya. Menurut Bloom (dalam Sagala, 2011, 33) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal. Dalam tingkat pemahaman ini siswa diharapkan mampu menangkap suatu makna atau arti dari suatu hal yang diajarkan.
10 C. Pemahaman Konsep Matematika Matematika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang bilangan, hubungan bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004, bahwa pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat (Shadiq, 2009:13). Menurut Jihad dan Haris (2008:149), pemehaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (Algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Berarti pemahaman konsep ialah kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam memahami suatu konsep sehingga dapat menguraikan konsep tersebut dengan kata-katanya sendiri. Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep antara lain adalah: 1. Menyatakan ulang sebuah konsep. Contoh soal: Apakah yang dimaksud dengan segitiga siku-siku? Jawab: Segitiga siku-siku adalah sebuah bangun datar yang mempunyai tiga buah sisi, tiga titik sudut dan salah satu sudut besarnya 90 0 2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
11 Contoh soal: Apakah 5, 12, 13 merupakan tripel phytagoras? Jawab: 5 2 + 12 2 = 13 2 25 + 144 = 169 169 = 169 5,12,13 merupakan tripel phytagoras 3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep. Contoh soal : Berikan 2 contoh bilangan tripel phytagoras dan bukan tripel phytagoras! Jawab: Tripel phytagoras : 6, 8, 10 : 6 2 + 8 2 = 10 2 36 + 64 = 100 7, 24, 25 : 7 2 + 24 2 = 25 2 49 + 576 = 625 Bukan tripel phytagoras: 3, 5, 6 : 3 2 + 5 2 6 2 9 + 25 36 34 36 5, 12, 15 : 5 2 + 12 2 15 2 25 + 144 225 169 225 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis Contoh soal : Seorang anak menaikan layang-layang dengan benang yang panjangnya 200 m. Jarak anak ditanah dengan titik yang tepat berada
12 dibawah layang-layang adalah 100 m. Gambarkan skema dari situasi tersebut! Jawab: 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. Contoh soal : C A B Pada segitiga ABC di atas diketahui AB = 6 cm, AC = 8 cm, maka hitunglah panjang sisi BC! Jawab: Karena segitiga ABC merupakan segitiga siku-siku, maka memenuhi sifat tripel phytagoras BC 2 = AB 2 + AC 2 BC = AB 2 + AC 2
13 BC = 6 2 + 8 2 BC = 36 + 64 BC = 100 BC = 10 Jadi panjang sisi BC adalah 10 cm 6. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu Sebuah segi tiga siku-siku ABC dengan siku-siku di A, mempunyai panjang sisi AB = 5 cm, panjang sisi BC = 13 cm. maka hitunglah panjang sisi AC! Jawab: C 13 cm BC 2 = AB 2 + AC 2 AC 2 = BC 2 - AB 2 AC = 13 2 5 2 A 5 cm B AC = 169 25 AC = 144 AC = 12 Jadi, panjang sisi AC adalah 12 cm 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Contoh soal:
14 Seorang anak menaikan layang-layang dengan benang yang panjangnya 100 m. Jarak anak ditanah dengan titik yang tepat berada dibawah layang-layang adalah 60 m. Hitunglah tinggi layang-layang! Jawab: Tinggi layang-layang = y y = 100 2 60 2 = 10000 3600 = 6400 y y = 80 jadi, tinggi layang-layang adalah 80 m. Berdasarkan uraian di atas, kemampuan pemahaman konsep matematika adalah kemampuan dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal matematika, yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menerapakan konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal, dengan indikator antara lain : 1) Menyatakan ulang sebuah konsep; 2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya); 3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep; 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; 6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau
15 operasi tertentu; 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. D. Pembelajaran Kooperatif tipe Example Non Examples 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Eggen dan Kauchak mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto.2010:58). Belajar Kooperatif bukanlah sesuatu yang baru, sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah menggunakanya atau mengalaminya, sebagai contoh saat bekerja dalam laboratorium. Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru, (Salvin 1995,dalam Trianto,2010:56). Sedangkan Artzt dan Newman mengemukakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya (Trianto.2010:56). Didalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk
16 memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalm proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelopok, tugas anggota kelompok adalah mencapi ketuntasan materi yang disajikan oleh guru,dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto.20010:56). Johnson dan Johnson mengemukakan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok (Trianto.20010:57). Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampian-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah, (Louisell dan Decamps 1992, dalam Trianto, 2010:57). Zamroni mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat (Trianto.2010:57).
17 Menurut Ibrahim terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif (Trianto 2010:66). Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Fase Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase-2 Menyajikan informasi Kegiatan Guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. belajar Fase-5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
18 Fase-6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 2. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe Example Non Examples Menurut Joyce pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lainlain (Trianto.2010:22). Pembelajaran Example Non Examples atau juga biasa di sebut example and non-examples merupakan pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep. Pembelajaran Example Non Examples menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas. 3. Langkah-langkah Pembelajaran Example Non Examples : 1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
19 2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP,Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. 3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar 4) Memulai diskusi kelompok 4 5 orang siswa, kemudian hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. 5) Tiap kelompok diberi kesempatan membaca hasil diskusinya. 6) Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 7) Kesimpulan. (Hamzah dan Mohamad.2011:80) 4. Kelebihan dan kelemahan dari model Pembelejaran Kooperatif Example Non Examples : Dari langkah-langkah dan pembelajaran Example non Examples yang berkarakteristik kooperatif, maka disimpulkan kelebihan dan kekuranganya sebagai berikut : a. Kelebihan : 1) Siswa berangkat dari suatu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek. 2) Siswa terlibat dalam suatu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep.
20 b. Kelemahan: 1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar 2) Memakan waktu yang lama 5. Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas dan Prisma tegak Bangun ruang sisi datar limas dan prisma tegak merupakan salah satu materi matematika di SMP Negeri 2 Karanggayam. Materi ini diajarkan pada kelas VIII A semester 2 dengan indikator sebagai berikut : a. Menyebutkan unsur-unsur limas dan prisma tegak. b. Melukis jaring-jaring limas dan prisma tegak. c. Menemukan dan menggunakan rumus menghitung luas permukaan limas dan prisma tegak. d. Menemukan dan menggunakan rumus menghitung volume limas dan prisma tegak.
21 F. Kerangka Pikir Indikator Keaktifan Belajar Siswa 1) Siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Siswa terlibat dalam pemecahan masalah. 3) Siswa bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4) Siswa aktif mencari informasi yang berhubungan dengan pemecahan masalah. 5) Siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan petunjuk guru. 6) Siswa dapat menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Siswa melatih diri dalam mengerjakan soal. 8) Siswa menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Indikator Pemahaman Konsep 1) Menyatakan ulang sebuah konsep 2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya) 3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep. 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk repretasi matematis. 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. 6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Berdasarkan observasi dikatakan indikator-indikator di atas dinyatakan rendah Langkah-Langkah Pembelajaran Example Non Examples 1) Guru mempersiapakan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 2) Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan lewat OHP,Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. 3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar 4) Memulai diskusi kelompok 4-5 orang siswa, kemudian hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. 5) Tiap kelompok diberikesempatan membaca hasil diskusinya. 6) Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 7) Kesimpulan. Dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe Example Non Examples diharapkan keaktifan dan pemahaman konsep matematika siswa dapat meningkat.
22 Siswa mengalami suatu proses belajar, dimana dalam proses tersebut siswa megunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dalam mempelajari bahan pelajaran. Pada saat proses pembelajaran siswa memiliki keingintahuan tentang materi yang sedang dipelajari dan siswa mulai menggunakan berbagai kemampuan dalam diri mereka untuk meningkatkan kemampuan diri dari sekedar mengetahui menjadi memahami, setelah itu guru mengarahkan hasil penggembangan para siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika. Keaktifan belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar dimana anak mengalami keterlibatan intelektual-emosional yang memerlukan latihan-latihan untuk memperoleh pengetahuan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk menilai sejauh mana proses pembelajaran berlangsung, disamping itu juga dapat membuat siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, aktif mencari informasi yang berhubungan dengan pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok dengan petunjuk guru, dapat menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, melatih diri dalam mengerjakan soal, menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Dengan tercapainya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, maka pemahaman konsep siswa akan meningkat, sehingga siswa tidak hanya
23 dapat mengetahui dan mengenal tetapi juga siswa dapat menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), memberi contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Untuk dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, maka diperlukan proses pembelajaran yang dapat meninngkatkan keaktifan dan kemampuan pemahaman siswa tersebut. Pada kenyataan yang terjadi di SMP N 2 Karanggayam adalah guru masih menerapkan pembelajaran konvensional yaitu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas. Kegiatan lebih didominasi oleh guru dan sedikit melibatkan siswa, akibatnya interaksi antara siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung sangat minim, sehingga keaktifan belajaran siswa dirasa sangat kurang, hal ini berakibat kurangnya respon siswa hanya sebatas ingin mengetahui tanpa memahami. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep matematika siswa. Alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru mengharuskan para siswa belajar dan bekerja dalam suatu kelompok tersebut siswa dituntut untuk belajar dari teman sebayanya. Jadi ketika
24 diskusi berlangsung, siswa aktif berkomunikasi dalam menyelesaikan permasalahan dari sebuah materi. Ketika berkelompok terdapat siswa yang lebih dahulu tahu dan mengerti konsep dari materi yang sedang di diskusikan, siswa tersebut harus menyampaikan kembali kepada teman sekelompoknya yang belum tahu dan mengerti. Salah satu pembelajaran kooperatif adalah tipe Example Non Examples, dimana penggunaan pembelajaran ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti : kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya dan kemampuan pemahaman konsep Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif Example Non Examples adalah sebagai berikut : langkah pertama guru mempersiapakan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, langkah kedua guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan lewat OHP,Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Langkah ketiga guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar. Selanjutnya langkah keempat guru menginstruksikan siswa untuk memulai diskusi kelompok 4-5 orang siswa, kemudian hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas, Selanjutnya tiap kelompok diberikesempatan membaca hasil
25 diskusinya. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Yang terakhir guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Example Non Examples diharapkan dapat meningkatkan keaftifan dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII A SMP N 2 Karanggayam. G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis tindakan yang akan diajukan adalah sebagai berikut: Melalui pembelajaran kooperatif tipe Example Non Examples, keaktifan dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Karanggayam dapat ditingkatkan.