BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan dan dianalisis mengenai apa saja yang dapat menjadi hambatan implementasi kebijakan penyelenggaraan perparkiran di Kota Yogyakarta. Dalam pelaksanaannya masih terdapat ketidaksesuaian antara kebijakan yang telah dibuat dengan hasil yang diperoleh atau prosesnya di lapangan. Masih banyak pelanggaran-pelanggaran dilakukan oleh para jukir yang mana hal tersebut bertentangan dengan peraturan yang telah ditetapkan. Mengenai hambatan implementasi kebijakan penyelenggaran perparkiran Yogyakarta, kesimpulan yang ditarik adalah masih terdapat poin-poin yang menjadi penghambat sehingga mempengaruhi implementasi kebijakan Perda. Poin-poin yang menjadi penghambat yaitu: 1. Hambatan Politik, ekonomi dan lingkungan, Dengan adanya beberapa kasus yang melibatkan unsur politik menunjukkan bahwa dari masalah parkir yang terlihat sepele dapat merembet ke ranah politik. Permasalahan politik tersebut tentu saja mempengaruhi jalannya kebijakan. 2. Kelemahan institusi Permasalahan instusi dalam bidang optimalisasi parkir dinas perhubungan seksi perparkiran termasuk dalam kekurangan tenaga kerja, melihat 83
banyaknya cakupan wilayah dan orang-orang yang ditangani dalam hal ini adalah para juru parkir di Kota Yogyakarta. Meskipun mengaku kekurangan tenaga kerja, tetapi Seksi Optimalisasi Perparkiran tidak memungkinkan menambah tenaga kerja karena mereka tidak dalam kapasitas untuk itu dan kebijakan tersebut merupakan wewenang dari Dinas Perhubungan 3. Ketidakmampuan sumberdaya manusia di bidang teknis dan administratif. Hambatan akan keterbatasan SDM, kemampuan SDM dan teknik administrasi yang masih kurang. Faktor sumberdaya manusia dalam implementasi kebijakan perparkiran ini merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan perparkiran, dalam kasus implementasi kebijakan perparkiran Kota Yogyakarta ini kurangnya sumberdaya manusia dalam penarikan retribusi membuat pihak pemerintah yaitu Dinas Perhubungan bidang Perparkiran agak kewalahan mengingat banyaknya jumlah juru parkir yang ditangani oleh Dishub. 4. Perbedaan agenda tujuan antara aktor. Dari beberapa kasus penyelenggaraan perpakiran di Kota Yogyakarta menunjukkan adanya beberapa pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kebijakan perparkiran tidak dapat sepenuhnya berjalan dengan baik, karena masing-masing aktor yang terlibat memiliki agenda yang berbeda dalam hal itu. 84
Sedangkan untuk poin-poin lainnya tidak mengalami kendala dalam penyelenggaraannya, poin tersebut adalah 1. Kekurangan dalam bantuan teknis. Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, dukungan dalam hal teknis telah diberikan untuk jalannya perparkiran yang aman dan tertib. 2. Kurangnya desentralisasi dan partisipasi. Dalam penyelenggaraan Perda parkir ini tidak mengalami permasalahan dalam hal desentralisasi, pemerintah pusat telah memberikan hak kepada pemerintah daerah setempat untuk menyelesaikan permasalah perparkiran dengan dibentuknya Perda Parkir Nomor 18 Tahun 2009. Kontribusi juru parkir dalam proses pembentukan perda dan turut mengawasi jalannya kebijakan merupakan bentuk nyata dalam partisipasi yang baik. 3. Pengaturan waktu (timing) Pengaturan waktu dibuatnya Perda parkir 2009 menggantikan perda lama dikarenakan adanya perubahan tarif yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan di Kota Yogyakarta maka perda lama Tahun 2002 perlu dicabut dan diganti. Timing dikeluarkannya Perda parkir Tahun 2009 berjalan dengan lancar dikarenakan adanya komunikasi awal dan keterlibatan dengan juru parkir. 85
4. Sistem Informasi yang kurang mendukung Untuk membentu penyelenggaraan Perda pihak pemerintah telah melakukan penyebaran informasi melalui berbagai media, baik media internet maupun pembagian pamflet. Selain itu terdapat hotline Unit Pelayanan Informasi Aduan dan Keluhan (UPIK), plang informasi tarif parkir, hotline sms pengaduan pada Rompi Seragam yang digunakan oleh para Juru Parkir. 5. Dukungan yang berkesinambungan Dalam Perda ini dalam penyusunan dan pelaksanaannya melibatkan juru parkir sebagai poin utama dalam upaya menjalankan isi dari perda berbeda dengan perda lama yang dapat menjadi penghambat implementasi karena kurangnya partisipasi para juru parkir. Kini dengan dibentuknya Pokja parkir yang melibatkan pihak pemerintah dari Dinas Perhubungan Yogyakarta dan perwakilan dari juru parkir. Selain itu dibentuk juga Kelompok Kerja Pengelolaan Perparkiran di Kota Yogyakarta bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam penyelenggaraan parkir. 86
7.2. Saran Saran yang dapat diberikan untuk jalannya Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran adalah: 1. Untuk penyelenggaran perparkiran yang kompleks tersebut untuk ditindak dengan setegas mungkin. Dalam hal ini dibutuhkan pemimpin yang tegas dan berani terutama apabila berhadapan dengan kelompok-kelompok yang mementingkan keuntungan pribadi dengan pelanggaran yang dilakukan. 2. Peningkatan sumber daya manusia di bidang teknis dan administratif dalam institusi untuk ditingkatkan, agar arsip dan data mengenai pelanggaran serta laporan dan keluhan dapat ditindak lanjuti lebih jauh, serta berguna untuk evaluasi serta dapat digunakan pemecahan masalah terhadap kebijakan atau program yang akan dilakukan nantinya. Agar tidak terjadi lagi pelanggaran terahadap peraturan yang telah dibuat. 87