BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, menurunkan angka kematian, dan meningkatkan usia harapan hidup,

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN ACTIVITIES DAILY LIVING

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan semua orang akan

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

IRMA MUSTIKA SARI J

Dewi Baririet Baroroh 1 & Nurul Irafayani 2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Bendungan Sutami no. 188 A Malang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

The correlation of family motivation to the degree indepence of elderly in UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun , tergolong tercepat di

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA PABELAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA II

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini



WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

Jurnal Keperawatan Komunitas. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-9

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkat di setiap tahunnya (Nugroho, 2008). 11,9% dengan rata-rata usia harapan hidup sekitar 70 sampai 75 tahun.

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN.

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

Icca Narayani P.* Kartinah **

IKRIMA RAHMASARI J

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENINGKATAN KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI PASIEN SKIZOFRENIA MELALUI REHABILITASI TERAPI GERAK. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

PENDAHULUAN. keberadaannya senantiasa harus diperhatikan. Semakin bertambahnya usia, maka kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memperbaiki keruskan yang diderita (Martono & Parka, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional SK No. 045/U/202. tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi yang berbasis

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

MANAJEMEN. dengan KETERGANTUNGAN TOTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Individu pasti akan mengalami proses penuaan (ageing process) yaitu proses yang

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manfaat Penyuluhan Bina Keluarga Lansia Bagi Peserta Posbindu Pada Kehidupan Sehari- Hari

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Setiap anak unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi hasil penelitian Variabel (Sebelum Eksperimen)

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 220 juta jiwa dan jumlah dari tahun ke tahun terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

SRI REJEKI J

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan telah meningkatkan kesejahteraan sosial dan derajat kesehatan masyarakat, yang dampak positifnya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat, menurunkan angka kematian, dan meningkatkan usia harapan hidup, sehingga kemungkinan mencapai usia lebih tua makin banyak, disisi lain pembangunan secara tidak langsung juga berdampak negatif melalui perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh kurang baik terhadap kesejahteraan lansia. Lansia sering kehilangan pertalian keluarga yang selama ini diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih kepada mereka. Perubahan yang terjadi juga menyebabkan berkurangnya peran dan status lansia, selain itu mulai terlihat hilangnya peran keluarga terhadap lansia (Junaidi, 2007). Fenomena yang terjadi saat ini lansia di Indonesia pada usianya yang senja lebih banyak menghabiskan waktu di rumah seperti hanya duduk-duduk saja tidak ada kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu di bandingkan dengan di Negara tetangga kita Singapura. Singapura merupakan Negara yang maju tentang peradabannya, perkembangannya semakin pesat, ditandai dengan fasilitas yang luar biasa yang di berikan khususnya kepada lansia di Negara tersebut. Lansia di Singapura dengan kondisi fisik yang sudah tidak sekuat ketika masih muda dahulu masih dihargai dan diberi ruang untuk mngambil bagian di tatanan masyarakat. Tentunya para sepuh tersebut akan merasa bangga ikut serta dalam menyumbang kiprah bagi Singapura. 1

2 Data tahun 2006, penduduk lansia di Indonesia sebesar 19 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, tahun 2010 diperkirakan jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan bidang layanan kesehatan dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat (MENKOKESRA, 2007). Memasuki masa lansia umumnya dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology). Kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda, hal ini dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, sosial maupun psikologik. Kondisi semacam ini akan mengakibatkan intoleransi aktivitas, isolasi sosial, dan mengakibatkan menurunnya kesejahteraan spiritual hal ini akan mengakibatkan menurunkan aktivitas seseorang dalam berbagai hal yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain (Setiabudi, 1999). Menurut a Profile of Older Americans (1989) dalam Hegner (2003) membedakan dua kriteria lansia yang mengalami kesulitan dan yang memerlukan bantuan dalam beraktivitas. Usia 65 tahun lansia yang memerlukan bantuan beraktivitas sebanyak 22% dan yang kesulitan sebanyak 27%, usia 75-84 tahun lansia yang memerlukan bantuan 28% dan yang kesulitan 33%, usia 85 tahun ke atas yang memerlukan bantuan 51% dan yang kesulitan 55%. Bantuan yang dapat diberikan kepada lansia adalah dengan pemberian asuhan keperawatan. Memberikan asuhan keperawatan harus sebaik mungkin tanpa

3 mengganggu atau mengurangi kemandirian dari lansia yang diasuh sehingga dapat terpenuhi tujuan perawatan lansia yaitu mencapai kondisi yang optimal, mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari (kemandirian), terenuhi kebutuhan seharihari dan meningkatkan kualitas hidup. Perawatan perlu diperhatikan dengan seksama, merawat lansia tidak dapat dilakukan sendiri tetapi juga harus melibatkan anggota keluarga dan tim kesehatan lainnya (Siburian, 2006). Keluarga memegang peranan penting yaitu mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga dan keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya, dalam upaya pemeliharaan kesehatan diperlukan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas lansia (Kuntjoro, 2002). Merawat lansia bukanlah suatu pekerjaan mudah karena hal ini memerlukan pengetahuan, ketrampilan, kemauan, pengabdian dan kesabaran (Siburian, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan di desa Sidorejo kecamatan Selorejo kabupaten Blitar melalui wawancara dan observasi terhadap 10 keluarga, 7 dari 10 keluarga yang merawat lansia di rumah kurang berperan baik terhadap aktivitas yang dilakukan oleh lansia di rumah tentang terapi aktivitas yang sesuai untuk lansia, misalnya mengajak lansia untuk berolahraga, selalu mengajak lansia untuk berkomunikasi dan bertukar pikiran, melaksanakan ibadah (sholat), dan mengajak bersosialisasi dengan orang lain. 3 keluarga yang lain berperan baik tentang terapi aktivitas yang sesuai untuk lansia, misalnya mengajak lansia untuk olah raga di pagi hari, selalu berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan lansia, mengingatkan lansia untuk beribadah (sholat) untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan mengajak lansia untuk bersosialisasi dengan orang lain.

4 Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada keluarga lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar di atas diketahui bahwa peran keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan aktivitas pada lansia kurang diketahui bahwa keluarga kurang memperhatikan berperan baik terhadap Terapi aktivitas yang di terapkan kepada lansia di rumah. Peran perawat dalam hal ini adalah sebagai care giver, advocat, counselor, collaboratot, educator dan change agent, diantaranya adalah meberikan informasi kepada keluarga dan lansia tentang Activity Therapy sesuai intervensi keperawatan dan mengadakan perencanaan serta perubahan yang sistematis dan terarah kepada keluarga akan pentingnya pemenuhan kebutuhan aktivitas pada lansia. Berdasarkan gambaran dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Pengaruh peran keluarga dalam Activity Therapy (Nursing Intervention Classification) terhadap aktivitas pada lansia. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh peran keluarga dalam Activity Therapy (Nursing Intervention Classification) terhadap aktivitas pada lansia? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh peran keluarga dalam Activity Therapy (Nursing Intervention Classification) terhadap aktivitas pada lansia.

5 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengindentifikasi peran keluarga dalam Activity Therapy (Nursing Intervention Classification) terhadap aktivitas pada lansia. 2. Menganalisis pengaruh peran keluarga dalam Activity Therapy (Nursing Intervention Classification) terhadap aktivitas pada lansia. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan untuk bisa dijadikan suatu referensi dan pengambilan kebijakan dalam memilih kurikulum dan penggunaan Nursing Intervention Classification (NIC) untuk disosialisasikan sehingga dapat di terapkan oleh Institusi pendidikan. 2. Bagi Peneliti Mengaplikasikan mata kuliah riset keperawatan khususnya tentang pengaruh peran keluarga dalam Activity Therapy (Nursing Intervention Classification) terhadap aktivitas pada lansia, sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan peneliti dalam memecahkan masalah secara ilmiah dan analitik. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dasar atau rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya secara berkesinambungan mengenai pengaruh peran keluarga dalam Activity Therapy (Nursing Intervention Classification) terhadap aktivitas pada lansia di berbagai wilayah dengan memberikan informasi terlebih dahulu mengenai peran keluarga sebagai pemberi layanan keperawatan (care giver).

6 3. Bagi Keluarga Menambah pengetahuan dan sebagai tolak ukur dalam pemberian perawatan kepada lansia dalam hal aktivitas dan dapat meningkatkan peran keluarga dalam upaya perawatan kepada lansia di rumah. 4. Bagi Lansia Meningkatkan kesejahteraan lansia dengan cara mendapatkan perawatan yang lebih optimal khususnya dalam pememuhan kebutuhan aktivitasnya. 1.5 Batasan Penelitian Untuk mempermudah dan mempertegas lingkup penelitian, maka penelitian ini diberi batasan penelitian sebagai berikut : 1. Responden penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lansia baik lansia yang aktif ataupun yang pasif di Desa Sidorejo Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar. 2. Terapi Aktivitas yang dijadikan panduan peneliti dalam penelitian ini adalah Terapi Aktivitas sesuai pedoman intervensi keperawatan (Nursing Intervention Classification). 3. Keluarga yang dijadikan responden dalam penelitian (orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan lansia). 4. Instrument penelitian (Kuisioner).

7 1.6 Definisi Istilah Definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun non formal (Supartini, 2004). 2. Activity Therapy adalah anjuran dan bantuan dalam aktivitas spesifik baik fisik, kognitif, sosial dan spiritual untuk meningkatkan rentang, frekuensi, atau durasi dari aktivitas individu atau grup (Mcloskey dan Bulecheck, 2008). 3. Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia di atas 60 tahun, menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal Ayat 2 Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (>60 tahun), baik pria maupun wanita (Kushariyadi, 2010). 1.7 Keaslian Penelitian Menurut pengetahuan peneliti, penelitian ini belum pernah dilakukan tetapi sudah ada penelitian- penelitian yang berhubungan dengan perawatan usia lanjut di rumah. Penelitian- penelitian yang berhubungan dengan permasalahan ini antara lain: 1. Ratnasari, 2010, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Activities Daily Living (ADL) Lansia Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Di Wilayah RW V Kelurahan Giriwono Kecamatan Wonogiri. Penelitian dengan metode Quasy eksperimen dengan rancangan one group pre test and post test design. Uji yang digunakan dengan uji T test. Terdapat pengaruh yang bermakna antara sikap responden sebelum dan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan ADL lansia dengan nilai t hitung

8 sebesar 3.130 (p=0,003; α<0,05). Perbedaan dengan penelitian peneliti yaitu peneliti menitikberatkan tentang Pengaruh Peran Keluarga dalam Activity Therapy (Nursing Intervention Classification) terhadap Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas pada Lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar. 2. Narayani, 2008, Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga terhadap Sikap Keluarga dalam Pemberian Perawatan Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Rumah Desa Tanjung Rejo Margoyoso Pati, merupakan penelitian Descriptif Correlation, dan uji penelitian yang digunakan adalah Regresi, hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga dalam pemberian perawatan Activity Daily Living (ADL) pada usia lanjut di rumah di desa Tanjung Rejo Margoyoso Pati. Perbedaan dengan penelitian peneliti yaitu peneliti menitikberatkan tentang Pengaruh Peran Keluarga dalam Activity Therapy (Nursing Intervention Classification) terhadap Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas pada Lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar. 3. Thomas Vogel (2009), Hubungan Aktivitas dan Perilaku Selama Waktu Libur terhadap Kualitas Kesehatan Lansia di Spanyol, merupakan penelitian Cross Sectional, dan uji penelitian yang digunakan adalah Regretion Linnear, hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara aktivitas dan perilaku selama waktu libur terhadap kualitas kesehatan lansia pada masyarakat Spanyol. Perbedaan dengan penelitian peneliti yaitu peneliti menitikberatkan tentang Pengaruh Peran Keluarga dalam Activity Therapy (Nursing Intervention Classification) terhadap Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas pada Lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar.