Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa Melalui Pendekatan Problem Based Learning dengan Setting Numbered Heads Together

dokumen-dokumen yang mirip
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model Problem Based Learning

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. direncanakan terdiri dari dua siklus. Dalam Arikunto, Suharsimi

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

Mariamah Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Taman Siswa Bima -

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ely Syafitri, S.Pd Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian

Vita Ariani Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Erika Eka Santi, M. Si Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

DAFTAR ISI. A. Kajian Teori... 8

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Shinta Metikasari 1), Imam Sujadi 2), Yemi Kuswardi 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Jurnal Bionatural, Volume 2 No. 2, September 2015 ISSN:

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas. Karakteristik

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermartabat

Upaya Meningkatkan Self-Efficacy Melalui Model Learning Cycle 5E Pada Pokok Bahasan Perbandingan

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Dyah Ayu Pramoda Wardhani Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Dr. Sri Mulyati, M.Pd Dosen Universitas Negeri Malang

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini memungkinkan peneliti melakukan beberapa tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATERI PERUBAHAN BENDA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GI DI KELAS VI A SDN NO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

*Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model PBL Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Materi SPLDV pada Siswa Kelas X SMKN 6 Semarang

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 M-35 Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa Melalui Pendekatan Problem Based Learning dengan Setting Numbered Heads Together Diana Amirotuz Zuraida 1, Sri Suryaningtyas 2, Karina Nurwijayanti 3 Universitas Negeri Yogyakarta 123 diana.amirotuz@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran matematika dan meningkatkan self regulated learning siswa kelas IX-C di MTsN Maguwoharjo melalui model problem based learning dengan setting kooperatif tipe numbered heads together. Jemis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini siswa kelas IX-C MTsN Maguwoharjo. Teknik pengumpulan data dengan tes dan non tes berupa soal pretest dan posttest, angket self regulated learning, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Penelitian ini mengacu pada indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti yaitu skor self regulated learning 119,72. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika melalui problem based learning dengan setting kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan self regulated learning siswa kelas IX-C di MTsN Maguwoharjo tahun ajaran 2016/2017. Kondisi awal rata-rata skor self regulated learning adalah 116,72 atau 53% berada pada kategori sedang. Pada akhir siklus I, rata-rata skor meningkat menjadi 122,25 atau 81,25% dalam kategori tinggi dan akhir siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 124,65 atau 93,7% dalam kategori tinggi. Keterlaksanaan pembelajaran matematika pada akhir siklus I sebesar 65,4% mengalami peningkatan menjadi 92,3% pada akhir siklus II sehingga melampaui indikator yag ditetapkan sebelumnya yaitu lebih dari 85%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui model problem based learning dengan setting kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan self regulated learning siswa terhadap matematika. Kata kunci: numbered heads together, problem based learning, self regulated learning I. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu bidang studi yang selalu digunakan dalam berbagai bidang sehingga perlu adanya reformasi dalam pembelajaran matematika. Seperti yang telah disebutkan dalam Permendikbud tahun 2016 nomor 22 bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu, pembelajaran perlu dirancang sebaik-baiknya agar dapat mendukung suasana proses belajar mengajar [1]. Kemampuan siswa disusun oleh aspek metakognitif yang meliputi pengetahuan awal, gaya belajar, strategi dalam belajar (kognitif, motivasi, dan lingkungan) terefleksi dengan self regulated learning yang terdiri oleh plan (rencana), pengamatan, dan evaluasi. Dapat dikatakan bahwa self regulated learning merupakan aspek yang mengontrol metakognitif dengan cara menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Metakognitif merupakan sebuah jalan pikiran dalam menyelesaikan masalah maupun memproses informasi. Pada setiap langkah dari proses self regulated learning menggunakan pengetahuan metakognitif serta melibatkan pengalaman sebelumnya untuk mengidentifikasi keadaan pada aspek kognitif, motivasi dan lingkungan sehingga dapat menemukan solusi penyelesaian mana yang efektif [2]. Kecenderungan pembelajaran di tingkat SMP yang terjadi adalah siswa kurang dapat mengatur cara belajarnya sendiri, mengungkapkan ide atau pemikiran. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih sedikitnya siswa yang berani mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan ide selama pembelajaran berlangsung. PM-231

ISBN. 978-602-73403-2-9 (Cetak) 978-602-73403-3-6 (On-line) MTs Negeri Maguwoharjo merupakan salah satu madrasah tsanawiyah negeri yang berada di daerah Depok, Sleman. Diantara empat kelas paralel, terdapat salah satu kelas yang memiliki masalah dengan self regulated learning dalam pembelajaran matematika yaitu kelas IXC. Hasil observasi pra-penelitian menunjukkan pembelajaran masih berpusat kepada guru sehingga kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapatnya masih kurang. Siswa kelas IXC juga masih belum bisa untuk mengatur dirinya dalam belajar. Hal itu ditunjukkan dari respon siswa ketika diberikan tugas, PR atau latihan soal yang sebagian besar belum bisa menyelesaikan permasalahan matematika dengan sendirinya. Ketika diperintahkan oleh guru untuk menjelaskan kembali hasil pekerjaannya di depan teman-teman kelas, sebagian besar siswa di kelas IXC belum dapat menjelaskan kembali hasil pekerjaannya karena adanya keyakinan dalam dirinya untuk bisa tampil. Selain itu, hasil angket menunjukkan bahwa siswa yang memiliki self regulated learning sangat tinggi sebesar 47 % sedangkan siswa yang memiliki untuk kategori self regulated learning sedang sebesar 53%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa belum siap untuk mengungkapkan pendapatnya, memberikan gagasan dan kurangnya motivasi sehingga self regulated learning yang dimiliki siswa kelas IXC MTs Negeri Maguwoharjo masih rendah. Mengingat pentingnya self regulated learning dalam diri siswa maka guru seharusnya menumbuhkan dan meningkatkan self regulated learning siswa dalam belajar matematika agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan self regulated learning adalah problem based learning. Model pembelajaran PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang mudah untuk mendapatkan respon yang banyak didalam kelas. PBL dapat membuat pembelajaran lebih bermakna sehingga siswa memahami apa yang mereka pelajari dan siswa dapat mengatur dirinya dengan apa yang dikerjakan. Chang, Yew, dan Schmidt [3] menyatakan ada tiga fase dalam proses pembelajaran PBL yaitu analisis masalah, pengarahan diri, dan fase pelaporan. Melalui fase tersebut diharapkan siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan baik untuk mencapai tujuan individu maupun tujuan kelompok. Penyelesaian permasalahan yang membutuhkan diskusi antar siswa sehingga akan muncul ide-ide yang beragam. Ide tersebut akan menuntut siswa untuk mempertimbangkan solusi mana yang terbaik sehingga pemikiran-pemikiran siswa tersampaikan melalui diskusi kelompok. Panitz menyebutkan salah satu pembelajaran yang berbasis sosial yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan jenis kerja kelompok yang lebih diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif terbagi menjadi beberapa tipe, STAD, jigsaw, TAI, TGT, GI, NHT, dan TPS. Tipe NHT dan TPS ini menggunakan metode struktural yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa [4]. Metode diskusi ini menggunakan kooperatif dengan tipe Numbered Heads Together (NHT) sehingga setiap siswa memiliki rasa tanggung jawab kepada dirinya sendiri dalam belajar maupun dalam berkelompok. Menurut English dan Kitsantas [5], PBL efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika, kemampuan representasi matematika, dan motivasi belajar siswa serta efektif ditinjau dari self regulated learning siswa. Dengan adanya pembelajaran PBL dengan setting kooperatif tipe NHT diharapkan mampu meningkatkan self regulated learning pada diri siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan self regulated learning melalui model Problem Based Learning (PBL) dengan setting kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) kelas IXC di MTs Negeri Maguwoharjo?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan self regulated learning melalui model Problem Based Learning (PBL) dengan setting kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) kelas IXC di MTs Negeri Maguwoharjo. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan self regulated learning siswa, menambah referensi guru dalam memilih pendekatan pembelajaran yang memberikan pengaruh terhadap self regulated learning siswa, dan sebagai bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian lanjut terkait self reguated learning. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif partisipatif antara guru mata pelajaran dan peneliti yang dilaksanakan di MTs Negeri Maguwoharjo. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IXC yang terdiri dari 32 siswa di MTs Negeri Maguwoharjo dengan objek penelitian adalah keseluruhan proses dan hasil pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran PBL dengan setting kooperatif tipe NHT. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober sampai 11 November 2016 dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika di kelas tersebut. PM-232

SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Penelitian ini menggunakan model spiral Kemmis dan Tanggart dengan bagan sebagai berikut. Refleksi (Reflect) Rencana (Plan) Pengamatan (Observe) Tindakan (Act) Refleksi (Reflect) Rencana yang di revisi (Plan Revised) Pengamatan (Observe) Tindakan (Act) GAMBAR 1. MODEL PENELITIAN TINDAKAN Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, catatan lapangan, angket SRL, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan sebagai berikut. A. Angket Setiap butir pernyataan angket dikelompokkan sesuai dengan aspek yang diamati, kemudian dihitung jumlah skor pada setiap butir sesuai dengan pedoman penskoran yang dibuat. Jumlah hasil skor yang diperoleh dipersentase dan dikategorikan sesuai tabel berikut. TABEL 1. PEDOMAN KATEGORISASI SKOR ANGKET SELF REGULATED LEARNING No. Interval Kriteria 1 Mi+1,5Si < X Mi+3Si Sangat Tinggi 2 Mi+0,5Si < X Mi+1,5Si Tinggi 3 Mi-0,5Si < X Mi+0,5Si Sedang 4 Mi-1,5Si < X Mi-0,5Si Rendah 5 Mi-3Si X Mi-1,5Si Sangat Rendah B. Lembar Observasi Untuk menghitung presentase keterlaksanaan pembelajaran yang diamati dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dihitung dengan: C. Tes Persentase (P) = Hasil tes belajar siswa siklus pertama dan seterusnya mencerminkan tingkat ketercapaian kompetensi siswa pada materi tertentu dan ketuntasan siswa selama proses pembelajaran. Cara menghitung persentase hasil tes yaitu: Persentase (P) = Indikator keberhasilan sesuai dengan karakteristik penelitian. Berdasarkan Tabel 2, penelitian ini dikatakan berhasil jika memenuhi tiga aspek berikut. PM-233

ISBN. 978-602-73403-2-9 (Cetak) 978-602-73403-3-6 (On-line) 1. Terjadi peningkatan self regulated learning siswa untuk tiap siklusnya dan mencapai target yang sudah dibuat yaitu 5 % untuk kategori sangat tinggi dan 75 % untuk kategori tinggi. 2. Nilai atau skor siswa yang mencapai KKM mencapai 75%. 3. Tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai skor afektif sebesar 119,72 dan KKM minimal 76. TABEL 2. PEDOMAN INDIKATOR KEBERHASILAN PENELITIAN Aspek Interval Kriteria Kondisi Awal Target Self Regulated Learning 144 < X Sangat Tinggi 0% 5% 112 < X 144 Tinggi 47% 75,00% 80 < X 112 Sedang 53% 20,00% 48 < X 80 Rendah 0% 0% X 48 Sangat Rendah 0,00% 0% Rata-rata 116,72 119,72 yang tuntas = 0 KKM tercapai 0% 75% Kognitif/keterampilan Rata-rata 33,28 76 Pembelajaran Proses Pembelajaran terlaksana... % 65,4% > 85% Berhasil III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut: TABEL 3. HASIL PEMBELAJARAN PADA SIKLUS 1 DAN SIKLUS 2 Aspek Target Akhir Siklus 1 Akhir Siklus 2 Self Regulated Learning Kognitif/ Keterampilan 5% 3,12% 0% 75,00% 81,25% 93,70% 20,00% 15,63% 6,25% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 119,72 122,25 124,65 75% 50% 78% 76 72,47 86,25 Proses Pembelajaran > 85% 65,4% 92,3% Ketuntasan belajar pada siklus I mencapai 50% dengan nilai rata-rata siswa 72,47. Hasil tersebut dilakukan evaluasi dan refleksi agar pada siklus kedua bisa mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Evaluasi dan refleksi dari siklus I yaitu: 1. Dalam proses pembelajaran pertemuan pertama siklus I ini, siswa masih banyak yang kurang merespon pembelajaran dengan menggunakan PBL dengan setting kooperatif tipe NHT, hal itu dikarenakan siswa belum terbiasa mempelajari matematika dengan metode yang diterapkan. Beberapa siswa dalam kelompok-kelompok juga tidak mengerjakan LKS dengan serius, ada nomornomor soal dalam LKS yang tidak diisi oleh siswa. 2. Ketika siswa diminta untuk berkelompok dan berdiskusi sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan, siswa tidak langsung tanggap untuk membentuk kelompok sampai guru harus mengingatkan beberapa kali. Hal itu dikarenakan pada pembelajaran matematika yang sebelumnya, siswa belum pernah diskusi kelompok dan siswa belum terbiasa berkelompok yang heterogen. Diskusi kelompok juga belum maksimal, hal ini terlihat sewaktu presentasi hasil diskusi ada beberapa anggota kelompok yang nampak kurang menguasai materi yang dipresentasikan. 3. Siswa belum ada yang mau melakukan presentasi untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas sehingga guru harus membantu menjelaskan cara penyelesaian di depan kelas. PM-234

SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 4. Pemanfaatan waktu yang belum optimal oleh guru (peneliti) sebagai pelaksana pembelajaran. 5. LKS yang memuat masalah yang agak rumit terlalu banyak menghabiskan waktu pelajaran sehingga langkah pembelajaran ada yang tidak terlaksana. Beberapa kekurangan di siklus I yang telah didiskusikan antara peneliti, guru mata pelajaran matematika dan observer didapatkan rekomendasi sebagai rencana perbaikan untuk pembelajaran pada siklus ke II yaitu: 1. Guru atau peneliti lebih memotivasi siswa dan melakukan bimbingan secara intensif baik pada saat diskusi kelompok maupun pada saat diskusi kelas. 2. Guru perlu memberikan motivasi yang lebih bagi siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan menanggapi hasil diskusi kelompok lain. 3. Guru memberikan pengarahan kepada siswa dan memberi penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan dan prosedur kegiatan. 4. Guru harus mengupayakan pengelolaan waktu pembelajaran harus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. 5. Guru perlu memperbaiki lembar observasi yang awalnya berjumlah 19 item karena kurang rinci. Evaluasi dan refleksi siklus II dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah pada siklus I yang masih timbul dan untuk memperbaiki proses maupun hasil pembelajaran. Pada siklus II ini siswa sudah mulai merespon positif terhadap penerapan pembelajaran PBL setting kooperatif tipe NHT. Sebagian besar sudah mulai serius dalam pembelajaran baik ketika mengerjakan soal pretest dan posttestt maupun mengerjakan LKS. Siswa juga aktif berdiskusi, bertanya, maupun menngeluarkan pendapat baik ketika berdiskusi kelompok maupun menjawab pertanyaan dari guru. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran dengan PBL setting kooperatif tipe NHT keaktifan siswa secara keseluruhan meningkat 88% dari 65%. Persentase ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan. Siklus I sebesar 50% sedangkan siklus II ketuntasan belajar mencapai 78%. Adapun data (hasil) self regultated learning siswa siklus pertama untuk kategori tinggi dan meningkat menjadi 81,25%, kemudian untuk kategori sedang menjadi 15,63 % dan kategori sangat tinggi menjadi 3,12% yang sebelumnya tidak dalam kategori sangat tinggi. Selanjutnya, ketuntasan belajar pada siklus II mencapai 78% dengan nilai rata-rata siswa 86,25. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kemampuan self regulated learning siswa melalui pembelajaran PBL setting kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IX C MTs Negeri Maguwoharjo dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Pembagian siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 orang siswa. b. Diskusi kelompok dalam mengerjakan LKS. c. Berdiskusi dengan teman sekelompok d. Presentasi kelompok bagi kelompok yang telah ditunjuk 2. Langkah-langkah tersebut dikatakan dapat meningkatkan self regulated learning siswa karena berdasarkan hasil postest siklus I dan siklus II, self regulated learning siswa mengalami peningkatan sebesar 12,45%. Setelah penerapan model pembelajaran PBL setting kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IX C MTs Negeri Maguwoharjo ini terjadi peningkatan self regulated learning siswa. Self regulated learning siswa dari siklus I ke siklus II secara umum mengalami peningkatan dari berbagai aspek. Peningkatan tersebut diantaranya: a. Berdasarkan hasil angket self regulated learning dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan. Secara umum peningkatannya dari 81,25% (sedang) menjadi 93,7% (tinggi). b. Ketuntasan belajar mengalami peningkatan 28% dari 50% menjadi 78%. c. Proses pembelajaran mengalami perbaikan sehingga dapat digambarkan dengan presentase dari siklus 1 ke siklus II sebesar 92,3% dari 65,4% Peningkatan-peningkatan tersebut juga didukung oleh respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran PBL setting kooperatif tipe NHT yang sangat baik. Berdasarkan hasil angket, rata-rata respon siswa terhadap keseluruhan aspek di dalam angket mencapai 93,7%. Artinya berdasarkan angket self regulated learning diperoleh respon yang sangat bagus (memuaskan) dari keseluruhan aspek dengan kategori tinggi. A. Simpulan IV. SIMPULAN DAN SARAN PM-235

ISBN. 978-602-73403-2-9 (Cetak) 978-602-73403-3-6 (On-line) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan pendekatan problem based learning setting tipe NHT dapat memperbaiki kualitas pembelajaran matematika di kelas IX-C MTs Negeri Maguwoharjo tahun ajaran 2016/2017. Hal ini dibuktikan dengan terpenuhinya indikator keterlaksanaan pembelajaran dan meningkatnya keterlaksanaan pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Keterlaksanaan pembelajaran pada siklus terakhir yaitu siklus ke-ii telah berhasil mencapai 91,3 % yang artinya telah melebihi indikator keberhasilan keterlaksanaan pembelajaran yaitu 85 %. Keterlaksanaan pembelajaran meningkat dari siklus I ke siklus II yaitu dari 65, 4 % pada siklus I menjadi 91, 3 % pada siklus II. 2. Penerapan pendekatan problem based learning setting tipe NHT dapat meningkatkan self regulated learning siswa di kelas IX-C MTs Negeri Maguwoharjo tahun ajaran 2016/2017. Hal ini dibuktikan dengan terpenuhinya indikator keberhasilan self regulated learning siswa dan meningkatnya self regulated learning siswa dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata self regulated learning siswa pada siklus terakhir atau siklus ke-ii telah berhasil mencapai kategori tinggi dengan persentase 93,70 %. Nilai rata-rata self regulated learning siswa juga meningkat dari siklus I ke siklus II yaitu 122,25 (tinggi) pada siklus I menjadi 124,65 (tinggi) pada siklus II. 3. Melalui penerapan pendekatan problem based learning setting tipe NHT peningkatan self regulated learning siswa memberikan efek positif terhadap peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini dibuktikan dengan terpenuhinya indikator ketuntasan belajar dan meningkatnya hasil belajar kognitif siswa dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar kognitif siswa pada siklus terakhir atau siklus ke-ii berhasil mencapai nilai rata-rata 86,25 dengan ketuntasan belajar kalsikal 78 %. Hasil belajar kognitif siswa juga meningkat dari siklus I ke siklus II yaitu dari nilai rata-rata 72,47 dengan ketuntasan klasikal 50 % pada siklus I menjadi 86,25 dengan ketuntasan klasikal 78 % di siklus II. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas berhasil. Karena telah memenuhi ketiga indikator keberhasilan tindakan, hal ini berati bahwa pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan problem based learning setting tipe NHT dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas IX-C dan dapat meningkatkan self regulated learning siswa kelas IX-C serta peningkatan self regulated learning siswa berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas IX-C MTs Negeri Maguwoharjo. B. Saran Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan problem based learning setting tipe NHT dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan self regulated learning siswa dan hasil belajar kognitif siswa. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih pada siswa kelas IX-C dan guru matematika MTs Negeri Maguwoharjo atas partisipasinya dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 22 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemdikbud, 2016. [2] R. I. Arends and A. Kilcher, Teaching for Student Learning, London, UK: Routledge, 2010. [3] E. Chng, E.H.J. Yew, and H.G. Schmidt, Effect of tutor-related behaviours on the process of problem-based learning, in Advanced in Health Science Education, vol xvi, 2011,pp. 491-503. [4] S. Kagan and M. Kagan, Kagan Cooperative Learning. San Clemente, CA: Kagan Publishing, 2009. [5] R. Carneiro, K.S. Lefrere, and J. Underwood, Eds, Self-Regulated Learning in Technology Enhanced Learning Environment. Rotterdam, Netherlands: Sense Publisher, 2011. PM-236