BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang adalah pembangunan disegala bidang kehidupan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hukum ketenagakerjaan merupakan keseluruhan peraturan baik tertulis

BAB I PENDAHULUAN. terperinci dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. cepat membawa dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Era globalisasi

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Volume 2, Nomor 1, Pebruari 2016 ISSN :

RINGKASAN PERBAIKAN KEDUA PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 27/PUU-IX/2011 Tentang Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Outsourching)

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Kadir Muhammad, 1982, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung. Adrian Sutedi, 2003, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa

Hubungan Industrial, Outsourcing dan PKWT

BAB I PENDAHULUAN. organisasi pekerja melalui serikat pekerja/serikat buruh. Peran serikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 012/PUU-I/2003

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memperkerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan jasa penyedia tenaga kerja menjadi tren di tengah. perkembangan persaingan bisnis yang semakin kompetitif.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Salah satunya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

BAB IV PENUTUP. atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Wahyu Septyan dan PT

BAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan dan pelaksanaannya di dalam kehidupan nyata.

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Harvarindo, 2009, hal. 503

PERLINDUNGAN HAK KONSTITUSIONAL BURUH DALAM OUTSOURCING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN. abstract

Forum HRD Bekasi 25 Oktober 2013 Hotel Sahid Jaya Lippo Cikarang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

AKIBAT DAN SOLUSI HUKUM TERHADAP PUTUSAN JUDICIAL REVIEW NOMOR. 012/PUU-1/ 2003 UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003 Oleh : Indah Mahniasari, SH, MH

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

BAB I PENDAHULUAN. memengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antarbangsa terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hubungan Industrial adalah kegiatan yang mendukung terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. jasa tenaga kerja atau sering disebut dengan perusahaan outsourcing.

BAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta

BAB I PENDAHULUAN. penyedia jasa outsourcing atau penyedia tenaga kerja. 1. Meningkatkan konsentrasi bisnis. Kegiatan operasional telah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia

BAB I PENDAHULUAN. seperti Perseroan Terbatas. Hal tersebut menjadi alasan dibuatnya Undang-

Undang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

Kajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Ketenagakerjaan. Oleh: Arinta Dea Dini Singgi dan Daya Cipta S 1

BAB I PENDAHULUAN. menyambung hidupnya.untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha maupun pekerja/buruh. Fakta menunjukkan bahwa PHK seringkali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut MK) sebagai salah satu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (2) mengatur bahwa,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA. Oleh :

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

Penyimpangan Terhadap Ketentuan PKWT Dan Outsourcing Serta Permasalahannya Dan Kiat Penyelesaian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang giat dilaksanakan oleh

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 61/PUU.D-VIII/2010 Tentang Perlindungan dan Penghargaan Terhadap Hak-Hak Buruh

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

IMPLIKASI HUKUM TERHADAP SISTEM OUTSOURCHING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 27/PUU-X/2011

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

Definisi Buruh. Biasa di sebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan jasa dari para pekerja dan pekerja mengharapkan upah dari

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

OUTSOURCING, DAN BERBAGAI MASALAHNYA. SOLUSINYA? Untuk ICHRP

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukanlah hal yang baru dan telah lama dikenal. Salah satu ketentuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi wajib ini bersifat memaksa dan diatur dengan undang-undang.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIII/2015 Pemberian Manfaat Pensiun Bagi Peserta Dana Pensiun

ANALISIS HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN OUTSOURCING DARI SISI PERUSAHAAN PENGGUNA JASA PEKERJA

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia salah satunya ialah dengan terus tumbuhnya jumlah angka kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang sedemikian

PUTUSAN Nomor 27/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara, Pembangunan Nasional Negara Indonesia. yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik

PENERAPAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) TERHADAP PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MK NO. 27/PUU-IX/2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

PERATURAN BUPATI KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

BAB I PENDAHULUAN. hukum dari rakyat. Hukum dan kekuasaan itu menjadi nyata jika dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

KONTRAK DAN OUTSOURCING HARUS MAKIN DIWASPADAI

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Salah satu ciri dari negara berkembang adalah pembangunan disegala bidang kehidupan. Pengembangan dunia usaha oleh para pelaku bisnis merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan berhasilnya pembangunan. Salah satu faktor penting untuk terselenggaranya dunia bisnis selain pelaku bisnis adalah adanya tenaga kerja. Jumlah penduduk yang sangat besar akan sangat menunjang ketersediaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang potensial. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang semakin mendorong pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan strategis dibidang perekonomian. Krisis finansial pada tahun 1997 telah mendorong perubahan besar terhadap sistem hukum ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu melalui program reformasi hukum ketenagakerjaan yang pada hakekatnya menekankan pada mekanisme pasar. Hasilnya adalah diundangkannya 3 (tiga) undang-undang terkait dunia ketenagakerjaan yaitu : Undang-Undang No.21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (UU SP/SB), Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang

2 Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) dan Undang-Undang No.2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. 1 UU Ketenagakerjaan secara khusus mengatur mengenai beberapa jenis perjanjian kerja yakni meliputi : Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dan termasuk pula outsourcing. Pengaturan PKWT dan Outsourcing dalam UU Ketenagakerjaan dapat disebut sebagai upaya untuk mewujudkan pasar kerja yang fleksibel di Indonesia. PKWT dan outsourcing merupakan wujud dari kebijakan pasar kerja fleksibel yang ditujukan untuk perbaikan iklim investasi ditengah guncangan perekonomian pasca krisis finansial pada tahun 1997. Persaingan dunia bisnis yang begitu dinamis telah memaksa perusahaan untuk berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Konsekuensi logis dari strategi ini adalah keputusan perusahaan untuk mengalihdayakan atau menyerahkan prosesproses yang bukan merupakan core competence perusahaan tersebut kepihak lain dengan sistem yang disebut sebagai oustsourcing. 2 Penerapan sistem ini bermanfaat bagi perusahaan untuk dapat menghemat pengeluaran dalam berbagai sumber daya manusia yang bekerja pada perusahaan bersangkutan. Keuntungan tersebut kemudian mengakibatkan baik PKWT dan outsourcing menjadi pilihan menarik bagi para pengusaha dalam dunia ketenagakerjaan Indonesia. 1 Surya Tjandra, 2007, Hukum Perburuhan, Desentralisasi, dan Rekontruksi Rezim Perburuhan Baru, TURC, Jakarta, hlm. 7. 2 Richardus Eko Indrajit, 2003, Proses Bisnis Outsourcing, Grasindo, Jakarta, hlm. 1.

3 Sistem outsourcing telah memiliki landasan hukum sehingga potensi bisnis melalui sistem ini dimasa datang sangat luas dan menjanjikan. 3 Pengusaha seakan berlomba-lomba untuk mendapatkan hasil dan keuntungan dengan maksimal dengan menekan pengeluaran yang minimal. Pengusaha lupa dengan sejarah yang telah terbukti gaya potong memotong ongkos ini memiliki limit tertentu, baik itu batas ekonomi maupun batas etika. 4 Pendataan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemenakertrans RI) per 10 Oktober 2012 yang dilakukan terhadap dinas-dinas yang menangani ketenagakerjaan di tingkat provinsi memberikan gambaran bahwa terdapat lebih kurang 6.239 perusahaan jasa alih daya atau outsourcing dengan jumlah pekerja sebanyak 338.505 orang. 5 Hasil investigasi Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI) mengindentifikasikan bahwa dalam setiap tahunnya pekerja kontrak dan outsourcing mengalami peningkatan rata-rata sebesar lima persen pertahun yang pada akhir 2011 terdata terdapat 25 juta jiwa pekerja yang berstatus sebagai pekerja PKWT dan outsourcing di Indonesia. 6 Data-data tersebut menunjukkan sebuah fakta bahwa sistem outsourcing sudah tidak dapat lagi dipandang sebagai hal sederhana oleh pihak manapun. 3 Sehat Damanik, 2006, Outsourcing dan Perjanjian Kerja, DSS Publishing, Jakarta, hlm. 20. 4 Gunarto Suhardi, 2006, Perlindungan Hukum Bagi Para Pekerja Kontrak Outsourcing, Universitas Atmaja, Jogjakarta, hlm. 1. 5 Iman Herdiana, Kemakertrans Awasi 6.239 Perusahaan Jasa Outsourcing, http://www.okezone.com, diakses tanggal 12 Maret 2014. 6 Sri Handriatmo Malau, GSBI Tuntut Dihapuskan Sistem Outsourcing, http://www.tribunnews.com, diakses tanggal 15 Maret 2014.

4 Pelaksanaan outsourcing di Indonesia merupakan salah satu isu hangat dan menarik karena menimbukan prokontra dimasyarakat khususnya antara kaum pengusaha dan pekerja. Gerakan penolakan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya oleh serikat pekerja/serikat buruh terhadap penerapan sistem ini terus menguat. Tuntutan utama yang dibawa para pekerja ialah penghapusan PKWT dan outsourcing dalam dunia ketenagakerjaan Indonesia. Pekerja beranggapan bahwa sistem outsourcing telah mengurangi kualitas secara signifikan terhadap pemenuhan hak-hak dasar mereka. Dalam konteks pelaksanaan outsourcing di Indonesia, tampaknya ada benarnya pendapat yang menyatakan bahwa outsourcing lebih berdampak merusak kepada pekerja dan organisasi pekerja daripada pemberi kerja atau pengusaha. Dampak outsourcing di Indonesia adalah rendahnya upah dan tempat kerja yang tidak nyaman. Pihak yang paling menderita adalah pekerja lepas dan pekerja kontrak yang lahir dari mekanisme outsourcing. Pekerja tidak dapat menikmati asuransi sosial, skema pensiun, maupun kenaikan upah berkala yang didasarkan atas masa kerja. Pelaksanaan sistem ini juga dapat menimbulkan perselisihan antara pekerja lepas dan pekerja tetap sebagai akibat adanya perbedaan perlakuan diantara keduanya. Langkah penting yang dilakukan pekerja untuk merespon permasalahan ini yaitu dengan mengajukan judicial riview kepada Mahkamah Konstitusi (MK) yang dilakukan oleh Didik Suprijadi yang bertindak atas nama Lembaga Swadaya

5 Masyarakat Aliansi Petugas Meter Listrik Indonesia (AP2ML). Perkara diajukan pada tanggal 4 April tahun 2011 dengan Register Perkara No.27/PUU-IX/2011. Dalam Pokok permohonannya diajukan permohonan pengujian atas Pasal 59, Pasal 64, Pasal 65 dan Pasal 66 UU Ketenagakerjaan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945). Menurut pemohon, ketentuan tentang outsourcing dalam pasal-pasal UU Ketenagakerjaan tersebut bertentangan dengan UUD NRI 1945 yaitu : 1. bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2) UUD NRI 1945 yang menyatakan, Setiap warga negara berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 2. bertentangan dengan Pasal 28D ayat (2) UUD NRI 1945 yang menyatakan, Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Untuk menghindari perusahaan melakukan eksploitasi pekerja hanya untuk keuntungan bisnis MK kemudian melalui Putusan MK No. 27/PUU-IX/2011 menentukan perlindungan dan jaminan bagi tenaga kerja outsourcing melalui 2 (dua) model yang dapat dilaksanakan yakni : Pertama, dengan mensyaratkan agar perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan yang melaksanakan ousourcing tidak berbentuk PKWT, melainkan berbentuk PKWTT. Kedua, menerapkan prinsip pengalihan perlindungan bagi pekerja atau buruh atau Prinsip

6 Transfer of Undertaking Protection of Employment (TUPE) yang bekerja pada perusahaan yang melaksanakan pekerjaan outsourcing melalui PKWT. Prinsip TUPE merupakan prinsip yang sudah lama diterapkan negara-negara maju dan ditujukan untuk melindungi hak-hak pekerja dalam situasi perpindahan sehingga memungkinkan pekerja untuk menikmati persyaratan yang sama. Kewajiban perusahaan outsourcing yang baru untuk melanjutkan kontrak kerja yang telah ada sebelumnya ditentukan dalam Putusan MK. Prinsip TUPE tersebut pada dasarnya sudah pernah diadopsi dalam pengaturan outsourcing di Indonesia yaitu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans) No.KEP/101/MEN/VI/2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh. Pengaturan prinsip tersebut cenderung tidak efektif dan cenderung diabaikan perusahaan dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomis yang akan merugikan perusahaan outsourcing sehingga perlindungan hukum terhadap pekerja outsourcing cenderung lemah atau tidak mengalami peningkatan. Kelemahan dalam pengaturan tersebut semakin membuat perusahaanperusahaan outsourcing bertindak semaunya terhadap pekerja. Konsepsi hubungan hukum yang terjadi antara pekerja dengan pengusaha seringkali berada dalam hubungan subordinat atau hubungan dimana kedudukan pekerja lebih rendah dari pengusaha. Bagi pekerja outsourcing hal tersebut menjadi semakin

7 parah karena pekerja tidak mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan pemberi kerja. 7 Efektifitas dari pengaturan konsep pengalihan perlindungan pekerja atau prinsip TUPE yang telah diamanatkan pada ketentuan Kepmenakertrans No.KEP/101/MEN/VI/2004 semakin tereduksi dikarenakan kelemahankelemahan tersebut. Berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di negaranegara maju, dimana prinsip TUPE merupakan salah satu alternatif terbaik yang digunakan untuk melindungi hak-hak pekerja outsourcing yang didasarkan pada PKWT. Pengaturan mengenai prinsip TUPE ini kemudian diperkuat kembali dalam amar Putusan MK No.27/PUU-IX/2011 sebagai upaya memberi perlindungan terhadap pekerja yang melaksanakan outsorcing berdasarkan PKWT. Pasca Putusan MK No.27PUU-IX/2011 pemerintah melalui Kemenakertrans RI kemudian merespon dengan mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor.B.31/PHIKSK/I/2012 tentang Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi, yang mengatur 3 pokok penguatan yang merupakan intisari dari Putusan MK. Pelaksanaan SE tersebut kemudian menjadi lemah karena belum mengatur khusus mengenai ketentuan teknis prosedural pelaksanaan dari Putusan MK No.27/PUU- IX/2011. 7 Andari Yurikosari, PHK dan Perlindungan Negara Atas Hak Pekerja, http://www.pemantauperadilan.com diakses tanggal 17 Maret 2014.

8 Pada rentang waktu 2012-2013, Pemerintah melalui Kemenakertrans RI kemudian mengeluarkan dua produk hukum baru berupa Permenakertrans No.19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Perusahaan Lain (Permenakertrnas 19/2012) dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.04/MEN/VIII/2013 (SE Menakertrans 04/2013). Kedua produk hukum tersebut merupakan tindak lanjut dari Putusan MK No.27/PUU-IX/2011 dan penyempurnaan Pemenakertrans terdahulu yang dinyatakan dicabut. Pengaturan beberapa produk hukum baru sebagai pelengkap dan penunjang pelaksanaan Putusan MK No.27/PUU-IX/2011 terbukti belum sepenuhnya mampu memberi jawaban untuk menyelesaikan permasalahan ini. Dilapangan ditemukan fakta bahwa hingga hari ini perusahaan-perusahaan outsourcing masih belum banyak yang menerapkan prinsip TUPE untuk pelaksanaan outsourcing berdasarkan PKWT. Alasan tidak terlaksananya prinsip ini ialah masih ditemukan kendala sebagai faktor penghambat penerapan prinsip ini dalam dunia ketenagakerjaan Indonesia. Diluar kendala tersebut, penerapan prinsip TUPE secara khusus merupakan salah satu alternatif terbaik yang diberikan MK guna meningkatkan perlindungan hukum terhadap pekerja dalam pelaksanaan outsourcing berdasarkan PKWT. Berangkat dari latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hukum dalam lingkup hukum ketenagakerjaan Indonesia

9 dengan mengambil judul : Kajian Terhadap Pengaturan Prinsip Transfer of Undertaking Protection of Employment (TUPE) Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Pelaksanaan Outsourcing Berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh pekerja dengan pengaturan prinsip TUPE dalam pelaksanaan outsourcing berdasarkan PKWT pasca Putusan MK No.27/PUU-IX/2011? 2. Bagaimanakah sinkronisasi pengaturan Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain dalam Permenakertrans RI No.19 Tahun 2012 dan SE Menakertrans RI No.04/MEN/VIII/2013 terhadap pengaturan prinsip TUPE dalam Putusan MK No.27/PUU-IX/2011? 3. Apakah yang menjadi faktor penghambat perusahaan outsourcing untuk menerapkan prinsip TUPE dalam pelaksanaan outsourcing berdasarkan PKWT? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

10 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengkaji dan mengetahui keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh pekerja dengan pengaturan prinsip TUPE dalam pelaksanaan outsourcing berdasarkan PKWT pasca Putusan MK No.27/PUU- IX/2011. b. Untuk mengkaji dan mengetahui sinkronisasi pengaturan Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain dalam Permenakertrans RI No.19 Tahun 2012 dan SE Menakertrans RI No.04/MEN/VIII/2013 terhadap pengaturan prinsip TUPE dalam Putusan MK No.27/PUU-IX/2011. c. Untuk mengkaji dan mengetahui faktor penghambat bagi perusahaan outsourcing untuk menerapkan prinsip TUPE dalam pelaksanaan outsourcing berdasarkan PKWT. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti di bidang ilmu hukum baik teori maupun praktek dalam hal ini lingkup Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, khususnya menyangkut perlindungan pekerja dalam pelaksanaan outsourcing berdasarkan PKWT. b. Untuk melengkapi sebagian syarat akademis guna memperoleh gelar Magister Hukum pada Program Magister Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

11 c. Untuk menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah peneliti peroleh agar dapat memberi manfaat bagi peneliti sendiri secara khusus dan masyarakat pada umumnya. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari rencana penulisan ini antara lain : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang bertalian dengan pengembangan ilmu hukum. Manfaat teoritis dari penelitian hukum ini adalah sebagai berikut : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya serta hukum ketenagakerjaan pada khususnya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya refrensi dan literature dalam dunia kepustakaan dan literature tentang perlindungan hukum terhadap pekerja dalam pelaksanaan outsourcing di Indonesia. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

12 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Manfaat praktis dari rencana penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Menjadi wahana bagi peneliti untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang sudah diperoleh. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi masukan kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan yang diteliti dan dapat dipakai sebagai sarana yang efektif dan memadai dalam upaya mempelajari dan memahami ilmu hukum, khususnya hukum ketenagakerjaan dalam hal perlindungan terhadap pekerja outsourcing berdasarkan PKWT. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan peneliti berdasarkan hasil penelusuran di perpustakaan. Penulisan hukum atau tesis dengan judul Kajian Terhadap Pengaturan Prinsip Transfer of Undertaking Protection of Employment (TUPE) Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Pelaksanaan Oustsourcing Berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

13 belum pernah ditulis oleh siapapun. Penulisan ini merupakan hasil karya penulis bukan merupakan hasil duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya lain, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan yang semuanya telah dijelaskan sumbersumbernya. Secara umum penelitian tentang perlindungan hukum terhadap pekerja outsourcing bukan pertama kali dilakukan. Sebelumnya terdapat penelitian, misalnya oleh Hans Benardi yang melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Outsourcing Pasca Putusan MK No.27/PUU- IX/2011. Penelitian tersebut mengkaji mengenai bagaimana perlindungan hukum dan dampak bagi pekerja outsourcing setelah keluarnya Putusan MK No.27/PUU- IX/2011 dan kesesuaian aturan hukum bagi perusahaan outsourcing dikaitkan dengan standar penghargaan terhadap pekerja yang diatur dalam International Labour Organization Equal Remuneration Convention No.100 Tahun 1951. 8 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya, yaitu penelitian ini secara khusus akan mengkaji pengaturan prinsip TUPE dalam pelaksanaan outsourcing berdasarkan PKWT dikaitkan dengan peningkatan upaya perlindungan hukum terhadap pekerja outsourcing yang cenderung terpinggirkan. Analisis akan lebih khusus membahas keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh pekerja dengan pengaturan prinsip TUPE dalam pelaksanaan outsourcing berdasarkan PKWT pasca Putusan MK No.27/PPU-IX/2011, sinkronisasi pengaturan produk-produk 8 Hans Benardi, 2013, Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Di Perusahaan Outsourcing Pasca Putusan MK No.27/PUU-IX/2011, Tesis, Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

14 hukum penunjang pasca Putusan MK (Kepmenakertrans dan SE Menakertrans) terhadap pengaturan prinsip TUPE dalam Putusan MK.27/PUU-IX/2011, serta mengkaji dan berusaha menemukan faktor penghambat perusahaan outsourcing untuk menerapkan prinsip TUPE dalam pelaksanaan outsourcing berdasarkan PKWT. Dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan oleh penulis atas keasliannya (originalitas).