BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya. Karakteristik sapi FH yaitu warna hitam dan putih, dahi warna putih

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah Friesian Holstein (FH) merupakan salah satu jenis sapi perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara peningkatan pemberian kualitas pakan ternak. Kebutuhan pokok bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu. Ciri-ciri sapi FH yang baik antara

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakan merupakan faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap tampilan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN M0 9,10 MJ 6,92 MIL 7,31 MILT 12,95 SEM 1.37

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien Pakan Hasil pengamatan konsumsi pakan dan nutrien dalam bahan kering disajikan pada Tabel 7.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016.

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign

PENGANTAR. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan telah mendorong manusia untuk

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain terdapat benjolan sebesar kacang di leher atas, bertubuh kecil, leher

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan kulit. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia.

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein dan Produksi Susu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan

Transkripsi:

Produksi susu (l) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Fresian Holstein (FH) Sapi perah FH merupakan jenis sapi perah penghasil susu berasal dari Belanda yang memiliki produksi susu yang banyak dari pada jenis sapi perah lainnya. Karakteristik sapi FH yaitu warna hitam dan putih, dahi warna putih bentuk segitiga, tanduk pendek dan menjurus kedepan, kaki bagian bawah, perut dan ekor berwarna putih Leondro (2009). Produksi sapi perah FH lebih banyak dibandingkan dengan sapi perah janis lainnya dimana produk susunya dapat mencapai 4.500 5.500 liter per satu masa laktasi (Sukardi, 2005). Sapi FH memiliki periode laktasi tertinggi pada laktasi bulan ke II (Nurhajanti, 2013). Produksi sapi perah latasi dapat digambarkan dalam bentuk kurva dapat dilihat pada Ilustrasi 1. 14 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bulan Ilustrasi 1. Kurva Produksi Susu Sapi Laktasi

5 Karakteristik susu sapi memiliki berat jenis 1,032, warna kuning kanari, vikositas 1,928, titik beku -0,545 dan ph 6,6-6,64 (Cockrill, 1974). Komponen zat gizi susu antara lain air 87,7%, BK 12,1%, lemak 3,45%, protein 3,2%, laktose 4,6%, mineral 0,85%, casein 2,7%, albumin 0,5% (Girisonta, 1995). Asam lemak tidak jenuh susu sapi 34,6% dari keseluruhan jumlah lemak susu (Ebrahim, 1981). 2.2. Pakan Pakan sapi perah pada umumnya berupa hijauan dan konsentrat (Abqoriyah, 2011). Pakan hijauan dapat berupa limbah pertanian, rumput dan leguminosa biasanya diberikan dalam bentuk daun, batang dan ranting. Hijauan dapat memenuhi kebutuhan serat kasar ternak yang berasal dari pakan. Pemberian hijauan dalam ransum tidak lebih dari 2% BK bobot badan (Siregar, 1990). Imbangan hijauan dan konsetrat ransum perlu diperhatikan, pemberian konsentrat sebelum hijauan dapat memaksimalkan jumlah mikroba dan mengoptimalkan kerja mikroba rumen, sehingga hijauan dapat tercerna maksimal (Blakely dan Bade, 1994). Kebutuhan pakan sapi laktasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Sapi Perah Laktasi Kebutuhan BB TDN PK Ca P ----------- kg ---------- --------------- g --------------- Hidup Pokok 400 3,13 318 16 11 450 3,42 341 18 13 500 3,70 364 20 14 Kebuntingan 400 4,15 875 26 16 450 4,53 928 30 18 500 4,90 978 33 20 Produksi Susu/Kg 3% FCM 0,280 78 2,75 1,68 3,5% FCM 0,301 84 2,97 1,83 4% FCM 0,322 90 3,21 1,98 NRC, 2001

6 Pakan penguat berupa konsentrat berguna untuk melengkapi nutrisi pakan utama, kualitas konsentrat ditentukan oleh kandungan energi dan protein (Prihadi 1996). Konsentrat yang bagus mengandung PK minimal 18% dan energi minimal 75% dari BK (Rusdiana dan Sejati, 2009). Imbangan hijauan dan konsentrat untuk mutu pakan yang baik 60%:40% untuk memperoleh koefisien cerna yang tinggi. Pakan yang berkualitas baik dengan imbangan nutrisi yang cukup dapat menunjang kesehatan ternak, produksi, pertambahan bobot badan dan kesuburan reproduksi (Ismail, 2006). Pemberian pakan harus memperhatikan nutrisi yang terkandung dalam pakan serta kebutuhan nutrisi dari ternak itu sendiri dengan begitu tidak tidak akan memberikan kerugian secara ekonomi. Kualitas pakan sangat berpengaruh terhadap produksi susu dimana pakan yang baik akan memberikan hasil produk yang baik begitupun sebaliknya jika pakan yang diberikan jelek maka kualitas produk akan turun (Sudono dkk, 2003). 2.3. Minyak Jagung Minyak nabati memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh tinggi (Hartati, 2014). Minyak jagung merupakan minyak nabati yang berasal dari tumbuhan diperoleh dengan cara mengekstrak bagian lembaga dari jagung (Ici, 2012). Minyak jagung merupakan lemak tanaman mengandung 70-80% asam lemak tidak jenuh cenderung berbentuk cair. Penambahan minyak kedalam pakan berfungi sebagai sumber energi karena memiliki kandungan energi lemak tinggi (Teh dkk 1994 dalam Hartati 2014). Minyak jagung mengandung asam lemak tidak jenuh esensial seperti linoleat, linolenat dan arachidonat, asam lemak tidak

7 jenuh yang paling tinggi berupa asam lemak linoleat (Ketren, 1986). Penambahan lemak pada pakan ternak tidak boleh lebih dari 5%) dari BK ransum karena dapat mengganggu proses metabolisme dalam rumen (Church, 1998 dalam Widiyanto dkk, 2007). Minyak jagung mengandung lemak trans (lemak jahat) dalam jumlah yang sedikit. Selain itu minyak jagung juga mengandung karbohidrat, protein dan vitamin E (Dwiputra dkk, 2015). Penggunaan minyak jagung dapat mengurangi kenaikan kadar kolestrol, LDL dan trigliserida dan menaikan kadar HDL (Tuminah, 2009). Komposisi asam lemak minyak jagung tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Minyak Jagung Komponen Jumlah -------- % -------- Total gliserida 98,6 Bahan tidak tersabunkan (total) 1,26-1,63 Sitosterol 0,92-1,08 -Asam lemak jenuh 13 Palmitat (C 16:0 ) 10 Stearat (C 18:0 ) 3 -Asam lemak tidak jenuh 86 Linoleat(C 18:2 ) 56 Oleat (C 18:1 ) 30 Ketaren, 1986 2.4. Proteksi Asam Lemak Tidak Jenuh Ganda Proteksi menggunakan KOH (alkali) dan CaCl 2. KOH berfungi untuk saponifikasi (sabun) tetapi bersifat toksik sehingga ditambah dengan CaCl 2 agar gugus karboksil berikatan dengan kalsium untuk mengurangi toksisitas (Widiyanto dkk,. 2007). Proteksi pada permukaan pakan dapat menghalangi kontak langsung antara enzim dan mikrobia rumen. Penambahan proteksi ALTJG dalam pakan dapat menghambat biohidrogenasi mikrobial sehingga menaikan

8 absorbsi asam-asam lemak tidak jenuh ganda, dengan begitu memungkinkan ALTJG terdeposisi dalam produk ternak (Widiyanto dkk, 2011). Proteksi bertujuan agar asam lemak tidak jenuh tidak mengamali proses hidrolisis dan biohidrogenasi dalam rumen (Gulati dkk, 2005 yang disitasi Hartati 2014). Asam lemak tidak jenuh ganda banyak ditemukan dari sumber nabati, asam lemak ini memiliki dua atau lebih ikatan ganda dalam molekulnya dan terdapat kandungan omega-3, omega-6 dan omega-9. Pakan yang dicernaan ruminansia meliputi tahap hidrolisis gliserol dan hidrogenasi asam lemak tidak jenuh, dengan pencernaan tersebut menyebabkan asam lemak tidak jenuh yang terkandung dalam pakan sangat sedikit yang tersimpan dalam bentuk produk susu. Proteksi digunakan untuk melindungi asam lemak tidak jenuh agar tidak mengalami hidolisis dan biohidrogenasi (Gulati dkk, 2005 yang disitasi oleh Hartati 2014). Ternak ruminansia dapat menekan metanogenesis dan sebagai sumber energi tanpa menghambat kerja mikroba rumen dengan efek penurunan degrabilitas serat (Jenskins, 1993). Proses hidrogenasi menyebabkan asam lemak tidak jenuh dari pakan dirubah menjadi asam lemak jenuh di dalam duodenum. Cara melindungi asam lemak tidak jenuh agar tidak terhidrogenasi dengan proteksi menggunakan saponifkasi dan hidrogenasi (Dinata dkk., 2015). 2.5. Suplementasi Urea Suplementasi urea CO(NH 2 ) 2 pada ransum ternak merupakan sumber Nitrogen Non Protein (NPN) yang digunakan untuk sintesis protein mikroba rumen yang dapat meningkatkan kandungan protein pakan yang rendah (Hanifah,

9 2005). Urea berwarna putih berbentuk kristal padat mudah ditemukan dan dalam pengaplikasian ke ternak aman asal sesuai dengan proporsi. Kandungan nitrogen di dalam urea yaitu 42%-45% setara dengan PK antara 262%-281% (Ici, 2012). Mikroba dalam rumen dapat memanfaatkan nitrogen dari urea dan mampu mengkombinasikan dengan unsur karbon, hidrogen dan oksigen yang berasal dari karbohidrat selanjutnya mengalami degradasi amonia di dalam rumen dan dengan asam α-keto diubah menjadi asam-asam amino (Priyanto, 2002). Urea yang ditambahkan dalam pakan dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat protein darah (Ginting 2005). Pencernaan protein pada ruminansia dapat dilihat pada Ilustrasi 2. Protein Oligopepti Asam amino NH3 Asam keto alpha usus Protein tubuh mikroba VFA CO 2 CH4 Ilustrasi 2. Pencernaan Protein Ruminansia (Sutardi, 1983). 2.6. Protein Darah Protein darah dapat diperoleh dari degradasi pakan yang mengandung protein. Amonia merupakan hasil degradasi protein pakan dalam rumen, semakin

10 tinggi amonia maka semakin banyak protein yang terdegradasi (Hartati 2014). Kandungan amonia yang tinggi memungkinkan sintesis protein mikroba pada rumen tinggi sehingga berefek positif terhadap sintesis protein untuk mensuplai asam amino (Suharti dkk, 2015). Energi yang cukup dapat mengoptimalkan pemanfaatan protein (Yuliastiani dkk 1999). Penyerapan asam amino pada usus halus menentukan konsentrasi total protein darah (Manu dkk, 2007). Asam amino hasil hidrolisis rumen digunakan untuk pertumbuhan mikroba protein kemudian masuk dan dicerna di dalam abomasum dan usus halus. Jumlah asam amino yang diserap oleh tubuh dapat diketahui dari kadar protein darah (Fachiroh dkk, 2012). Protein sangat berpengaruh terhadap kehidupan ternak karena dapat memenuhi kehidupan pokok, sintesis hormon, enzim, antibodi, biokatalisator, perbaikan dan pertumbuhan sel serta jaringan (Arora, 1989). Asam amino yang berlebihan dipecah untuk memproduksi energi dengan menghasilkan amonia dan asam-asam alfa-keto. Protein dalam darah akan dikeluarkan dalam bentuk urin melalui hati yang diproses terlebih dahulu menjadi urea. Kebutuhan protein sapi laktasi di pengaruhi oleh umur, masa pertumbuhan, kebuntingan, ukuran dewasa, laktasi, kondisi tubuh dan ratio energi-protein (Ensminger 1991). Kadar protein darah pada sapi yang sedang laktasi berkisar antara 6,8-7,6 g/dl (Kaslow 2010). 2.7. Laktosa Susu Laktosa susu menentukan tinggi rendahnya produksi susu karena laktosa susu dapat mengikat air. Produksi susu salah satunya dipengaruhi oleh pakan yang diberikan pada sapi laktasi. Pakan konsentrat mengandung karbohidrat yang

11 mudah difermentasi, di dalam rumen karbohidrat dirubah menjadi VFA yang kemudian akan di pecah menjadi asetat, butirat dan propionat yang akan diserap sebelum sampai usus halus. VFA akan masuk peredaran darah menuju hati yang kemudian akan diubah menjadi glukosa (Tillman dkk., 1991). Metabolisme karbohidrat dapat dilihat pada Ilustrasi 3. Pakan Serat Lignin, laktosa, hemiselulosa Rumen VFA Asetat Butirat Propionat Hati Glukoneogenesis Glukosa Usus 1 mol glukosa +1 mol galaktosa Sel sekretori Laktosa Ilustrasi 3. Metabolisme Karbohidrat (Murti, 1987)

12 Glukosa sebagai sumber energi penting dalam memelihara sel tubuh terutama darah dan otot (Parakkasi, 1999). Jika kekurangan glukosa maka fisiologi tubuh akan berusaha mencukupinya dengan cara glukoneogenesis dengan membongkar asam lemak dalam hati. Glukoneogenesis merupakan pembentukan glukosa yang berasal dari selain karbohidrat (Soebarinoto dkk 1991). Glukosa berpengaruh terhadap produksi susu karena glukosa merupakan bahan dasar pembuat laktosa susu (Arora, 1989). Laktosa dipengaruhi oleh oleh faktor jenis karbohidrat pakan dan aktivitas mikroba yang mempengaruhi kerja enzim pencerna selulosa (Adriani dan Mushawwir 2009). Penambahan lemak tentunya dapat mempertinggi produksi susu karena lemak memiliki densitas energi yang tinggi dibanding karbohidrat dan protein, sehingga energi yang tersedia untuk proses sitesis susu tinggi (Sukardi, 2005). Bahan kering dalam susu kurang lebih terdiri dari 40% laktosa, sehingga jika laktosa naik maka produksi susu akan meningkat. Sekresi air pada susu dipengaruhi oleh osmosis darah, sedangkan osmosis susu dipengaruhi oleh laktosa susu (Utomo dan Miranti, 2010). Faktor yang mempengaruhi jumlah laktosa selain dari pakan, genetik, dan lingkungan juga berasal dari 7% konsumsi protein, masa laktasi sapi, semakin akhir masa laktasi maka kandungan laktosa semakin menurun (Prihatminingsih, dkk 2015). Peningkatan osmosis darah akan meningkatkan laktosa karena lumen alveoli banyak mentransfer air guna mempertahankan tekanan osmosis susu agar keseimbangan tekanan osmosis darah terjaga. Kadar laktosa susu berkisar antara 3,00-5,58mg/dl (Oskov dan Ryle 1990). Proses biosintesis laktosa susu dapat dilihat pada Ilustrasi 4.

13 heksokinase 1. Glukosa + ATP glukosa-6-phospat + ADP phosphoglukomutase 2. Glukosa-6-phospat glukosa-1-phospat UDP-Glukose Pyrophosphorilase 3. UTP + lukosa-1-phospat UDP-glukosa + PP UDP-Galaktose 4-epimerase 4. UDP-glukosa UDP-Galaktosa Laktase sintetase 5. UDP-Galaktosa + Glukosa Laktosa + UDP Ilustrasi 4. Biosintesis Laktosa Susu (Wulandari, 2005) 2.8. Milk Urea Nitrogen (MUN) Milk Urea Nitrogen merupakan hasil akhir metabolisme nitrogen non protein pada sapi perah. Protein kasar pada pakan yang lolos akan didegradasi menjadi ammonia didalam rumen sapi (Miglior dkk, 2006). Ammonia di dalam rumen yang berlebihan akan dirubah menjadi urea di dalam hati. Selanjutnya urea yang terkumpul di dalam hati akan deposisi menjadi urea darah dan urea susu melalui serum darah menuju sel- sel kelenjar susu. Urea yang dirombak dari protein darah sebagian besar dikeluarkan dalam bentuk saliva dan urin (Arora 1989). Ternak menghilangkan urea dalam tubuh berupa 50% urin dan 2,5-3,0% dari jumlah total urea dalam bentuk susu (Gulinski dkk,2015). Milk Urea Nitrogen merupakan indikasi kualitas pakan yang diberikan pada ternak. Tinggi rendahnya kadar MUN dipengaruhi kualitas pakan selain dan degradasi protein dalam rumen. Semakin tinggi kadar MUN maka kualitas pakan yang diberikan semakin rendah. Empat kategori MUN yaitu 25mg/dl rendah, 35mg/dl rata-rata, 45 mg/dl tinggi dan 55mg/dl sangat tinggi (Cushnahan 2003).