PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 139 TAHUN 2018 TENTANG PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN OPERASI FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telp PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP 260 Tahun 2012

butir 7.12, dan butir 7.13 Peraturan Menteri Perhubungan

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 63 TAHUN 2014 TENTANG

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Udara Jenderal Besar Soedirman di

Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan operasional Bandar

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 274 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

Udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 503 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR : KP 261 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 104 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN

3. SARAN : KESIMPULAN : 1. STANDAR KELAIKAN OPERASI PERALATAN : LAIK / TIDAK LAIK 2. CATATAN : PETUGAS PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN KINERJA : 1... NIP...

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 233 TAHUN 2017 TENTANG RUTE DAN PENYELENGGARA ANGKUTAN UDARA PERINTIS KARGO DAN

2017, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5884); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 153 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA.KP TAHUN..20LL3 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi amanat yang diatur dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 522 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR MINIMAL RUANG KERJA DAN PERALATAN PENUNJANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2. Peralatan dimaksud dapat diberikan sertifikat setelah dilakukan perbaikan, dan setelah dilakukan evaluasi kembali

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Direktur Jenderal

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Peraturan Pemerintah 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Ind

Perhubungan Udara perlu dibuat petunjuk teknis sebagai

r*< (1) Pemegang sertifikat peralatan dapat mengajukan pembaharuan

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 363 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

2015, No Antara Pemerintah Dengan Badan Usaha Pelabuhan di Bidang Kepelabuhanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pela

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47

DAFTAR RINCIAN PERINTAH KERJA KEGIATAN PEMELIHARAAN PENCEGAHAN SEMESTERAN PERALATAN : SISTEM PENDETEKSI PENYUSUP PERIMETER

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 181 TAHUN 2017 TENTANG

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP. 56 Tahun 2014 TENTANG ORGANISASI SLOT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEETING OF THE ASIA/PASIFIC ATS INTER-FACILITY DATA-LINK. Menimbang : a. bahwa Indonesia sebagai salah satu Negara anggota

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR RINCIAN PERINTAH KERJA KEGIATAN PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BULANAN PERALATAN : KENDARAAN PATROLI. Lokasi Penempatan :

Personel fasilitas keamanan penerbangan yang telah memiliki lisensi

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

2015, No Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 pengenaan sanksi administratif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1Tahun 2009 tentang Penerbangan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 319 TAHUN 2017 TENTANG TIM PENGAWASAN PENANGANAN BAGASI PENUMPANG DI BANDAR UDARA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 36 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 139 TAHUN 2018 TENTANG PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN OPERASI FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Bab VII butir 7.10 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 80 Tahun 2017 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Pemeriksaan dan Pengujian Operasi Fasilitas Keamanan Penerbangan; Mengingat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 33 Tahun 2015 tentang Pengendalian Jalan Masuk (Access Control) Ke Daerah Keamanan Terbatas Di Bandar Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 288) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM. 167 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1740);

-2-5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 117 Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1891); 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 80 Tahun 2017 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1237). MEMUTUSKAN; Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG CARA PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN OPERASI FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN. Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Fasilitas Keamanan Penerbangan adalah peralatanperalatan yang digunakan dalam upaya mewujudkan keamanan penerbangan. 2. Peralatan keamanan penerbangan adalah peralatan yang digunakan untuk mengenali atau mendeteksi orang, kendaraan atau barang/bahan yang berpotensi digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum dalam penerbangan. 3. Sertifikat Peralatan Keamanan Penerbangan yang selanjutnya disebut Sertifikat Peralatan adalah tanda bukti bahwa peralatan keamanan penerbangan telah dilakukan pengujian kelaikan dan memenuhi standar kelaikan peralatan yang berupa sertifikat dan label peralatan. 4. Label Sertifikat Peralatan Keamanan Penerbangan yang selanjutnya disebut Label Peralatan adalah tanda bukti yang dilekatkan pada peralatan keamanan penerbangan yang menunjukkan bahwa telah dilakukan pengujian kelaikan dan memenuhi standar kelaikan peralatan. 5. Pemeriksaan adalah rangkaian kegiatan pemantauan terhadap keandalan kineija fasilitas keamanan penerbangan dan unsur pendukungnya.

-3-6. Pengujian Kelaikan adalah kegiatan mengukur pemenuhan standar kelaikan peralatan keamanan penerbangan. 7. Pengujian Operasi adalah kegiatan mengukur pemenuhan standar teknis operasi peralatan keamanan penerbangan. 8. Standar Kelaikan Peralatan adalah kriteria penilaian peralatan yang harus dipenuhi oleh peralatan keamanan penerbangan untuk memenuhi persyaratan penilaian lulus uji kelaikan. 9. Standar Teknis Operasi adalah kriteria peralatan utama yang harus dipenuhi oleh peralatan keamanan penerbangan untuk dapat dioperasikan. 10. Kriteria Penilaian adalah faktor-faktor peralatan dan pendukungnya yang menjadi dasar penilaian kinerja peralatan untuk memenuhi Standar Kelaikan Peralatan. 11. Kalibrasi adalah kegiatan pengaturan ulang {re-adjustment) terhadap peralatan keamanan penerbangan untuk mempertahankan kehandalan dan keakuarasian kinerjanya sesuai standar teknis operasi. 12. Personel Fasilitas Keamanan Penerbangan adalah personel yang mempunyai lisensi dan rating yang diberi tugas dan tanggung jawab di bidang pemeliharaan fasilitas keamanan penerbangan. 13. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 14. Direktur adalah Direktur yang membidangi urusan keamanan penerbangan. 15. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara. Pasal 2 Pemeriksaan dan pengujian operasi peralatan keamanan penerbangan dilakukan terhadap peralatan : a. mesin x-ray konvensional [conventional x-ray machine); b. mesin X-Ray dengan Explosive Detection System/EDS (Algorithm Based X-Ray); c. pendeteksi cairan (liquid detector); d. pendeteksi bahan peledak (explosive trace detector); e. mesin pemindai tubuh (body scanner);

-4- f. gawang pendeteksi metal (walk through metal detector); g. sistem kamera pemantau (closed circuit television); h. sistem pendeteksi penyusup perimeter (perimeter intruder detection system); i. pendeteksi metal genggam (hand held metal detector); j. sistem pengendali jalan masuk (access control system equipment); k. kendaraan patroli (patroll vehicle); dan 1. radio komunikasi keamanan penerbangan (aviation security radio communication). Pasal 3 Pemeriksaan dan pengujian operasi peralatan keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, untuk mempertahankan keandalan kinerja peralatan sesuai standar teknis operasi. Pasal 4 (1) Pemeriksaan dan pengujian operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan secara : a. berkala; dan b. khusus. (2) Pemeriksaan dan pengujian operasi secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan: a. minimal 1 (satu) kali sebulan ; b. setelah peralatan selesai perbaikan; c. ketika peralatan dipindah tempatkan; dan d. dalam hal ditemukan indikasi peralatan tidak berfungsi dengan baik. (3) Pemeriksaan dan pengujian operasi secara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat dilaksanakan : a. berdasarkan penilaian resiko (nsa: assesment); b. secara mendadak apabila dibutuhkan; c. dalam rangka pengawasan keamanan penerbangan; dan/atau d. atas permintaan penyelenggara fasilitas keamanan penerbangan.

-5- Pasal 5 (1) Peralatan yang dilakukan pemeriksaan dan pengujian operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, hams memenuhi standar teknis operasi peralatan keamanan penerbangan. (2) Apabila peralatan keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak memenuhi standar teknis operasi maka wajib dilakukan : a. kalibrasi; dan/atau b. perbaikan peralatan. (3) Apabila peralatan keamanan penerbangan telah dilakukan kalibrasi dan/atau perbaikan peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap tidak memenuhi standar teknis operasi maka peralatan tersebut tidak boleh dioperasikan. (4) Ketentuein lebih lanjut mengenai standar teknis operasi peralatan keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Keputusan Direktur Jenderal. Pasal 6 (1) Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian operasi secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan pemenuhan standar teknis operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dilakukan oleh Penyelenggara Fasilitas Keamanan Penerbangan. (2) Penyelenggara Fasilitas Keamanan Penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Badan Usaha Bandar Udara; b. Unit Penyelenggara Bandar Udara; c. Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan; d. Badan Usaha Angkutan Udara; e. Perusahaan Angkutan Udara Asing; f. Badan Hukum yang melakukan kegiatan usaha di Bandar Udara; dan g. Badan Hukum yang mendapat pendelegasian dalam melakukan pemeriksaan keamanan penerbangan.

-6- (3) Apabila Penyelenggara Fasilitas Keamanan Penerbangan tidak mampu melakukan pemenuhan standar teknis operasi peralatan keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meminta bantuan Balai Teknik Penerbangan. (4) Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian operasi secara khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dilakukan oleh Direktorat Keamanan Penerbangan dan Kantor Otoritas Bandar Udara. Pasal 7 (1) Pemeriksaan dan pengujian operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan dengan menggunakan alat uji, antara lain: a. Standard Test Piece (STP); b. Object Test Piece (OTP); c. Improvised Explosive Devices (led); d. Dummy Test Piece (DTP); dan/atau e. Test Kit (2) Pemeriksaan dan pengujian operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hasilnya harus dicatat dan didokumentasikan. (3) Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disimpan dalam bentuk hard copy minimal selama 1 (satu) tahun dan soft copy minimal selama 5 (lima) tahun. Pasal 8 Hasil pemeriksaan dan pengujian secara khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b disampaikan kepada Penyelenggara Fasilitas Keamanan Penerbangan ditembuskan kepada Direktur Jenderal. Pasal 9 Direktur dan Kepala Kantor melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini.

-7- Pasal 10 Pada saat peraturan ini berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 262 Tahun 2013 tentang Petunjuk dan tata Cara Pemeriksaan dan Pengujian Kinerja Peralatan Keamanan Penerbangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 11 Peraturan ini berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Pada tanggal : Jakarta 14Mei2018 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd Dr. Ir. AGUS SANTOSO. M.Sc Salinan sesuai dengan aslinya lgian HUKUM p- TOCfJl' ENDAH PURNAMA SARI Pembijia / {IV/a) >04 199503 2 001