BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini ditambah dengan gencarnya iklan-iklan rokok yang mengidentikkan dengan kejantanan, kesegaran, dan keperkasaan. Bagi pria, semakin muda usia mereka menghisap rokok, maka semakin tumbuh rasa bangga. Sama halnya, bagi kaum wanita merokok adalah bagian dari life style modern. Kebiasaan merokok ini banyak kita jumpai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Meskipun dalam kemasan dan iklan-iklan yang tersebar di masyarakat sudah tercantum bahaya dari merokok, masih banyak masyarakat yang tidak memberikan perhatian serius tentang masalah itu. Masih banyak kampanye untuk merokok daripada anti-rokok. Kenyataannya kebiasaan merokok di masyarakat sekarang ini memang sangat sulit ditinggalkan karena rokok mengandung zat nikotin yang bersifat zat adiktif (ketagihan) bagi tubuh. Walau zat adiktif yang dikandung rokok tidak seberat adiktif pada narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba), zat adiktif rokok sangat sulit dilepaskan (Kompas, 2001). Kebiasaan merokok seringkali terjadi pada mereka yang menganggap bahwa merokok merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan sekaligus dapat dijadikan teman dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang tergolong santai, bahkan ada pula yang beranggapan bahwa merokok merupakan sebuah bantuan yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi kegelisahan atau ketegangan. Kebiasaan merokok
pada seseorang ini sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendorong mereka untuk merokok, baik dari lingkungan sosial, factor demografis, serta faktor sosiokultural. Faktor psikologis juga berpengaruh terhadap timbulnya kebiasaan merokok pada seseorang. (Witjanti, 2003) Perlu diketahui bahwa dibalik semua kenikmatan yang diperoleh dari kebiasaan merokok yang dilakukan, banyak sekali terdapat dampak yang ditimbulkan bagi si perokok. Namun kebiasaan merokok cenderung memiliki banyak segi negatifnya, antara lain dampak bagi orang yang berada disekitar perokok, atau dikenal dengan istilah perokok pasif. Kebanyakan sebagai perokok pasif juga akan merasa lebih tersiksa. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Kebiasaan merokok yang memberikan kenikmatan ternyata juga memberikan banyak akibat yang terselubung yang sering tidak disadari oleh si perokok, ataupun orang yang berada disekitar perokok, terutama dari segi kesehatan. Banyak penyakit telah terbukti sebagai akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan kimia yang dikeluarkan oleh ujung rokok ini kadarnya lebih tinggi daripada yang dihisap oleh perokoknya. Jadi jelas bahwa kiranya semua perokok pasif dapat terkena penyakit-penyakit seperti yang dialami perokok aktif. Badan Pusat Statistik menyebut jumlah perokok pemula umur 5-9 tahun naik signifikan. Hanya dalam tempo tiga tahun (2001-2004), persentase perokok pemula naik dari 0,4 persen menjadi 2,8 persen. Sedangkan menurut WHO, prevalensi merokok di Indonesia adalah yang tercepat di dunia, yaitu sekitar 14,5 persen (Jawa Pos, 2008). Menurut World Health Organization Asia Regional Office (SEARO)
menyebutkan Indonesia menduduki peringkat keempat jumlah perokok terbanyak di dunia, dan kematian akibat kebiasaan merokok setahunnya ditahun 1992 diperkirakan 192.000 orang (WHO SEARO, 2002). Oleh karena itu, pemerintah tidak kurang-kurang dalam mengatasi masalah ini. Dengan dicanangkannya Hari Bebas Tembakau Sedunia, maka secara sedikit demi sedikit orang yang memahami hal ini akan melaksanakannya, sehingga akan mengurangi tingginya angka perokok. Namun sebaliknya, terutama orang awam, orang yang tinggal didaerah pedesaan yang tidak paham dan tidak tahu akan hal ini tetap merokok meskipun ada keharusan untuk tidak merokok. (Saptarsi, 2006) Berdasarkan data WHO 2002, merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. (Dep.Kes, 2005). Hal ini disebabkan karena pengaruh zat kimia yang ditemukan didalam rokok. Dalam propaganda anti rokok, memang telah dicantumkan bahwa selain mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, rokok juga menyebabkan impotensi. Ini berdasarkan sebuah Studi yang dilakukan oleh Centers for Disease Control di Atlanta dengan melibatkan 60 orang pria ditemukan bahwa pria lebih besar resikonya 27 kali lipat untuk menderita impotensi. Merokok, selain menyebabkan impotensi, juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah diatas normal yang meningkatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Klasifikasi hipertensi didasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. (Ruhyanuddin, 2006)
Penyakit hipertensi bukan hanya diderita oleh orang-orang yang berusia 40 tahun keatas yang seringkali dihubungkan dengan fungsi fisiologis jantung. Namun mereka yang berusia kurang dari 40 tahun juga bisa saja terkena penyakit hipertensi yang seringkali berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat pada orang-orang saat ini, seperti kebiasaan merokok. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kec. Purwodadi Kab.Grobogan di Desa Kuripan jumlah yang merokok pada laki-laki usia dewasa cukup banyak dibanding usia remaja dan anak-anak. Perokok pada laki-laki ini cenderung lebih banyak daripada perokok wanita (Din.Kes Purwodadi Grobogan 2008). Penyakit hipertensi, selain sebagai penyakit bawaan (keturunan), juga bisa disebabkan oleh karena dan kebiasaan merokok yang seringkali dilakukan ataupun karena kita berada disekitar orang yang merokok, yang secara sengaja ataupun tidak sengaja menghisap asap rokok. Peningkatan kasus penyakit hipertensi juga dipengaruhi oleh tempat, yang mana penduduk yang berdomisili didaerah pesisir lebih rentan dibanding daerah pegunungan. Sementara di Indonesia menunjukkan jumlah penderita hipertensi yang cukup tinggi. Prevalensi hipertensi terbanyak berkisar antara 6% sampai dengan 15% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departeman Kesehatan, R.I., Jakarta). Merokok dapat menyebabkan hipertensi. Dalam setiap rokok mengandung unsur-unsur kimia, diantaranya yang paling berperan disini adalah Nikotin dan gas Karbonmonoksida (CO). Nikotin dalam asap rokok sekitar 0,5-3 mg. Nikotin penyebab ketagihan merokok dan juga merangsang pelepasan kathekolamin/adrenalin yang memacu kerja jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan istirahat dan tekanan darah semakin meningkat, sehingga berakibat
timbulnya hipertensi. Nikotin juga menyebabkan berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), sehingga darah menggumpal dan akhirnya menyumbat pembuluh darah. (Republika, 2008) Usia dewasa seperti 36 40 tahun merupakan usia dimana terjadi penurunan fungsi alat tubuh, sehingga pada usia tersebut kemampuan organ-organ tubuh dalam rangka mengkompensasi kerja tubuh mulai menurun. Berhubungan dengan kebiasaan merokok pada laki-laki usia antara 36-40 tahun akan lebih mudah untuk dideteksi terjadinya hipertensi karena kebiasan merokok yang cukup lama. Teori Hipertensi dan Faktor Resikonya dalm kajian Epidemiologi yang dkemukakan oleh dr. Dede Kusmana tahun 2006 mengatakan bahwa faktor resiko mayor yang mempengaruhi penyakit hipertensi salah satunya adalah kebiasaan merokok seseorang disuatu wilayah (Republika 2008). Namun data menunjukkan hal yang berbeda, yaitu di wilayah Desa Kuripan yang jumlah perokoknya banyak, yang mana sebagian besar penduduk di desa tersebut adalah perokok, tetapi menunjukkan bahwa prevalansi hipertensi di wilayah tersebut tergolong rendah dibandingkan di wilayah lain, yaitu hanya 4,1% selama 3 bulan terakhir (September-November 2008) yang menderita hipertensi (Din Kes. Purwodadi-Grobogan, 2008). Fenomena tersebut meragukan peneliti. Untuk itu perlu diteliti hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 36-40 tahun di Desa Kuripan Kec.Purwodadi Kab.Grobogan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 36-40 tahun di desa Kuripan Kec.Purwodadi Kab.Grobogan. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan kebiasaan merokok pada laki-laki (usia 36-40 tahun). b. Mendiskripsikan tentang hipertensi pada laki-laki (usia 36-40 tahun). c. Menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok terhadap hipertensi pada laki-laki (usia 36-40 tahun). D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi masyarakat Untuk memberikan informasi tentang bahaya/efek konsumsi rokok pada masyarakat, khususnya pada mereka yang belum pernah mengkonsumsi rokok. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran/ informasi dasar tentang pengaruh merokok dengan kejadian hipertensi, sehingga dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai masukan bagi jajaran kesehatan, khususnya Dinas Kesehatan Purwodadi-Grobogan tentang pentingnya berhenti merokok, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam peningkatan kesehatan masyarakat. E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu Keperawatan Komunitas.