KONSEP DASAR PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah.

Sigit Sanyata

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK)

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

Sigit Sanyata

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Sugiyatno, M.Pd

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

OLEH : H. Dedi Herdiana Hafid

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

BIMBINGAN DAN KONSELING. Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia

BIMBINGAN DAN KONSELING. Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia

PERAN PENDIDIKAN PROFESI GURU BK/ KONSELOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KONSELOR DI INDONESIA

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling Mengembangkan program bimbingan dan konseling Melaksanakan strategi layanan bk Mengembangkan jejaring laya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bimbingan dan konseling sudah sangat populer dewasa ini, bahkan sangat

Realitas implementasi Bimbingan Konseling di SD

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

I. PENDAHULUAN. daya insani bermutu, seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni:

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

Membentuk Karakter Cerdas Melalui Bimbingan Dan Konseling Perkembangan Untuk Menghadapi MEA

I. ANALISIS KEBUTUHAN A. RASIONAL Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program Bimbingan dan Konseling di sekolah bukan hanya terletak

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB II KONDISI OBJEKTIF LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 MENES

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN TUGAS PERKEMBANGAN MAHASISWA UPI KAMPUS CIBIRU. Nenden Ineu H.

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

Sigit Sanyata

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

PENULISAN KARYA ILMIAH BIDANG BIMBINGAN

DEFINSI MODEL PERANGKAT ASUMSI, PROPORSI, ATAU PRINSIP YANG TERVERIFIKASI SECARA

Penyusunan Program BK di Sekolah

Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

Program BK Komprehensif. Instrumen Bimbingan dan Konseling. 07/04/2009. Mata Kuliah Instrumen dan Media BK 1

BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF SEBAGAI PELAYANAN PRIMA KONSELOR

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik B. Tujuan Praktik

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

EKSISTENSI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI BALIK UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini disajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERSIAPAN PEMINATAN DIREKTORAT P2TK DIKDAS 2014

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

Langkah I : Need Assessment (Analisis Kebutuhan)

BERBAGAI PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SETTING SEKOLAH DI INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

RUMUSAN KOMPETENSI MATERI KEGIATAN KLS SEPONTAN INSIDENTAL TERPROGRAM 2JP. yang cerdas dan. x ajaran agama islam dan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Sigit Sanyata

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

Program bimbingan dan konseling Berdasarkan kebutuhan siswa kelas VII Di SMP E-Life Indonesia A. Latar belakang Pendidikan merupakan salah satu

Transkripsi:

KONSEP DASAR PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Bimbingan dan Konseling merupakan serangkaian kegiatan atau aktivitas yang dirancang oleh konselor untuk membantu klien upaya untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Pengembangan diri siswa tidak serta merta mencapai hasil seperti yang diharapkan karena pada diri siswa selalu mengalami perkembangan yang sifatnya fluktuatif artinya bahwa perkembangan siswa tidak linear saja akan tetapi kadang menunjukkan grafik yang positif tetapi ada kalanya menunjukkan grafik yang negatif. Untuk membantu kondisi seperti yang dialami oleh setiap siswa maka perlu diberikan layanan bimbingan dan konseling yang komprehensif. Layanan bimbingan dan konseling komprehensif meliputi segala layanan yang mencakup visi, misi, tujuan, fungsi, sasaran, kegiatan, strategi, personel dan fasilitas serta evaluasi. Bimbingan dan konseling komprehensif diprogramkan untuk semua siswa artinya bahwa semua peserta didik hukumnya wajib memperoleh layanan bimbingan dan konseling, sehingga image/persepsi bahwa fokus bimbingan dan konseling hanyalah pada siswa yang bermasalah saja akan hilang. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling komprehensif perlu memperhatikan: (1) ruang lingkup yang menyeluruh, (2) dirancang untuk lebih berorientasi pada pencegahan, dan (3) tujuannya pengembangan potensi peserta didik (Suherman, 2011:51). Ruang lingkup layanan bimbingan dan konseling komprehensif tidak hanya berfokus pada peserta didik sebagai pribadi saja melainkan seluruh aspek siswa sejak usia dini sampai dengan peserta didik berusia remaja (SMA/SMK). Melalui bimbingan dan konseling komprehensif peserta didik diharapkan memahami dan dapat mengetahui yang mencakup akademik, karir dan pribadi sosial. Fokus utama bimbingan dan konseling komprehensif adalah teraktualisasinya potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal. Selanjutnya pada gilirannya peserta didik dapat sukses baik di sekolah maupun di masyarakat. 1

Bimbingan dan konseling komprehensif dirancang untuk mencegah artinya bahwa konselor berkewajiban membantu peserta didik agar dapat mempunyai sikap proaktif menghadapi berbagai persoalan. Titik berat bimbingan dan konseling komprehensif adalah mengarahkan peserta didik agar dapat mencegah berbagai kemungkinan yang dapat berakibat mengganggu perkembangannya. Disamping itu, melalui program preventif diharapkan peserta didik dapat memilih tindakan yang tepat sehingga mampu mendukung perkembangan peserta didik ke arah yang positif. Bimbingan dan konseling komprehensif memfokuskan diri pada pengembangan potensi peserta didik, makna dari pernyataan tersebut bahwa setiap aktivitas bimbingan dan konseling hendaknya terarah pada upaya membantu peserta didik untuk memenuhi kebutuhan dan potensi peserta didik agar dapat berkembang sesuai dengan tahap dan tugas perkembangannya. Tahap dan tugas perkembangan peserta didik dapat dilihat pada Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling komprehensif merupakan upaya untuk memberikan bantuan yang secara utuh melibatkan konselor, pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, staf administrasi, orang tua dan masyarakat. 2. Tujuan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Tujuan penyusunan program BK di sekolah tidak lain agar kegiatan BK di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien serta dapat dievaluasi baik program, proses dan hasilnya. Tersusun dan terlaksananya program BK dengan baik akan lebih menjamin pencapaian tujuan bimbingan dan konseling pada khususnya, tujuan sekolah pada umumnya dan lebih menegakkan akuntabilitas BK di sekolah. Agar pelaksanaan bimbingan dan konseling komprehensif mencapai tujuan yang sudah ditetapkan program bimbingan dan konseling maka harus dipahami lima premis dasar bimbingan dan konseling komprehensif. Menurut Gysbers dan Henderson (2006:28) kelima premis tersebut adalah sebagai berikut: 2

a. Tujuan bimbingan dan konseling bersifat kompatibel dengan tujuan pendidikan. Tujuan yang dimaksud bentuk sejumlah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik, maka segala aktivitas bimbingan dan konseling harus selalu diarahkan untuk membantu peserta didik pencapaian standar kompetensi. Hal ini sangat wajar karena bimbingan dan konseling merupakan sub sistem dari sistem pendidikan. Dalam lembaga pendidikan sekolah, sekurang-kurangnya terdiri dari komponen kepala sekolah, guru bidang studi dan konselor. Ketiga komponen tersebut saling kerjasama dan berkontribusi membantu perkembangan peserta didik yang optimal. b. Program bimbingan dan konseling bersifat perkembangan artinya bahwa fokus utama layanan bimbingan dan konseling adalah mengawal perkembangan peserta didik melalui upaya memfasilitasi peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal. Dalam proses pengawalan perkembangan peserta didik tidak selamanya berjalan mulus tetapi bersifat fluktuatif, kadang ada masalah, kadang tidak mengalami masalah. Terhadap peserta didik yang sedang mengalami masalah tersebut perlu ditangani melalui konseling klinis baik bersifat individual maupun kelompok. Dengan demikian program BK komprehensif disusun berdasar kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan, sesuai SKKPD. c. Program bimbingan dan konseling merupakan team building approach artinya merupakan tim yang bersifat kolaboratif antar staf. Untuk itu, program bimbingan dan konseling komprehensif menuntut semua komponen sekolah dan anggota masyarakat stake holders bersinergi membantu pelaksanaan bimbingan dan konseling. Namun demikian, kendali dan tanggung jawab utama pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah konselor sekolah (akan sangat baik apabila di bawah koordinator sekolah yang telah bersertifikat), sehingga konselor sekolah tidak hanya memberikan layanan yang bersifat langsung kepada peserta didik melainkan memberikan layanan yang bersfat konsultatif dan kolaboratif dengan guru, administrasi sekolah, kepala sekolah, orang tua, dan anggota 3

masyarakat lain. d. Program bimbingan dan konseling merupakan proses yang sistematis dan dikemas melalui tahap-tahap perencanaan, desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut. Oleh karena itu, perlu dipahami bagaimana mengelola proses tersebut secara tepat dan mencapai hasil yang optimal serta dapat dilakukan penilaian dan tindak lanjut. e. Program bimbingan dan konseling harus dikendalikan oleh kepemimpinan yang mempunyai visi dan misi yang kuat tentang bimbingan dan konseling. Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin sangat berkontribusi yang positif menjamin akuntabilitas dan pencapaian kinerja konselor sekolah melaksanakan bimbingan dan konseling. Berdasarkan tujuan penyusunan program BK komprehensif dapat dipahami bahwa program BK komprehensif selaras dengan tujuan pendidikan, bersifat perkembangan, team building approach, sistematis dan kepemimpinan dengan visi misi yang kuat BK. Standar kompetensi kemandirian peserta didik (SKKPD) dapat dilihat pada tabel berikut. Aspek Perkembangan : Landasan Hidup Religius TATARAN/ No INTERNALISA SD SLTP SLTA PT. SI TUJUAN 1. Pengenalan Mengenal bentukbentuk dan tata cara ibadah Mengenal arti dan tujuan ibadah. Mempelajari hal ihwal ibadah. Mengkaji lebih tentang makna beragama. 4

sehari-hari. 2. Akomodasi Tertarik Berminat Mengembangkan Menghayati pada mempelajari pemikiran nilai-nilai agama kegiatan arti dan tentang sebagai ibadah tujuan setiap pedoman sehari-hari. bentuk beragama. berperilaku. ibadah. 3. Tindakan Melakukan Melakukan Melaksanakan Ikhlas bentuk- berbagai ibadah atas melaksanakan bentuk kegiatan keyakinan sendiri ajaran agama ibadah ibadah disertai sikap sehari-hari. dengan toleransi.. kemauan sendiri. Aspek Perkembangan : Landasan Perilaku Etis TATARAN/ No INTERNALIS SD SLTP SLTA PT. ASI TUJUAN 1. Pengenalan Mengenal patokan baikburuk atau benar-salah Mengenal alasan perlunya mentaati aturan/norma Mengenal keragaman sumber norma yang berlaku di masyarakat. Menelaah lebih luas tentang nilainilai universal manusia. berperilaku. berperilaku. 2. Akomodasi Menghargai aturan-aturan yang berlaku Memahami keragaman aturan/patoka Menghargai keragaman sumber norma Menghargai keyakinan nilainilai sendiri 5

n sebagai rujukan keragaman berperilaku pengambilan nilai-nilai yang sehari-hari. alam konteks keputusan. berlaku di budaya. masyarakat. 3. Tindakan Mengikuti Bertindak Berperilaku atas Berperilaku atas aturan-aturan atas dasar keputusan dasar keputusan yang berlaku pertimbangan yang yang diri terhadap mempertimbangk mempertimbangk lingkunganny norma yang an aspek-aspek an aspek-aspek a. berlaku. etis. nilai dan berani menghadapi resiko dari keputusan yang diambil. Aspek Perkembangan : Kematangan Emosi No. TATARAN/ INTERNALIS SD SLTP SLTA PT ASI TUJUAN 1. Pengenalan Mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain. Mengenal caracara mengekspresika n perasaan Mempelajari cara-cara menghindari konflik dengan Mengkaji secara objektif perasaanperasaan diri dan orang lain. secara wajar. orang lain. 2. Akomodasi Memahami perasaanperasaan diri dan orang lain. Memahami keragaman ekspresi perasaan diri Bersikap toleran terhadap ragam ekspresi Menyadari atau mempertimbangk an kemungkinankemungkinan 6

dan orang lain. perasaan diri konsekuensi atas sendiri dan ekspresi perasaan. orang lain. 3. Tindakan Mengekspresik Mengekspresik Mengekpresik Mengekpresikan an perasaan an perasaan atas an perasaan perasaan secara wajar. dasar cara- cara-cara yang pertimbangan cara yang bebas, terbuka kontekstual. bebas, terbuka dan tidak dan tidak menimbulkan menimbulkan konflik dan konflik. mampu berpikir positif terhadap kondisi ketidakpuasan. Aspek Perkembangan : Kematangan Intelektual TATARAN/ No INTERNALIS SD SLTP SLTA PT. ASI TUJUAN 1. Pengenalan Mengenal konsepkonsep dasar ilmu pengetahuan dan perilaku belajar. Mempelajar i cara-cara pengambila n keputusan dan pemecahan masalah. Mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah secara objektif. Mengembangkan cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah berdasarkan informasi/data yang akurat. 7

2. Akomodasi Menyenangi Menyadari Menyadari Menyadari berbagai adanya akan pentingnya menguji aktifitas resiko dari keragaman berbagai alternatif perilaku pengambila alternatif keputusan pemecahan belajar. n keputusan keputusan dan masalah secara konsekuensi objektif. yang dihadapinya. 3. Tindakan Melibatkan Mengambil Mengambil Mengambil diri keputusan keputusan dan keputusan dan berbagai berdasarkan pemecahan pemecahan masalah aktifitas pertimbanga masalah atas atas dasar perilaku n resiko dasar informasi/data secara belajar. yang informasi/data objektif serta mungkin secara bermakna bagi terjadi. objektif. dirinya dan orang lain. Aspek Perkembangan : Kesadaran Tanggung Jawab Sosial No. TATARAN/ INTERNALIS SD SLTP SLTA PT ASI TUJUAN 1. Pengenalan Mengenal hak dan kewajiban diri sendiri Mempelajari caracara memperoleh hak dan memenuhi kewajiban Mempelajari keragaman interaksi sosial. Mengembangkan pola-pola perilaku sosial berdasarkan prinsip kesamaan 8

lingkungan lingkungan (equality). sehari- sehari-hari. hari. 2. Akomodasi Memahami Menghargai nilai- Menyadari Menghayati hak dan nilai persahabatan nilai-nilai nilai-nilai kewajiban dan keharmonisan persahabatan kesamaan diri dan dan (equality) orang lain sehari-hari. keharmonisan sebagai dasar berinteraksi lingkungan konteks keragaman masyarakat luas. sehari-hari. interaksi sosial. 3. Tindakan Berinteraksi Berinteraksi Berinteraksi Memelihara dengan orang dengan orang lain dengan orang nilai-nilai lain atas dasar nilai- lain atas dasar persahabatan dan suasana nilai persahabatan kesamaan keharmonisan persahabatan. dan keharmonisan (equality). hidup. berinteraksi dengan orang lain. Aspek Perkembangan : Kesadaran Gender TATARAN/ No INTERNALISAS SLTP SLTA PT. I TUJUAN 1. Pengenalan Mengenal diri Mengenal Mempelajari Merperkaya 9

sebagai laki- peran-peran perilaku perilaku laki atau sosial sebagai kolaborasi antar kolaborasi antar perempuan. laki-laki atau jenis jenis perempuan. ragam ragam.. 2. Akomodasi Menerima atau Menghargai Menghargai Menjunjung menghargai peranan diri keragaman tinggi nilai-nilai diri sebagai dan orang lain peran laki-laki kodrati laki-laki laki-laki atau sebagai laki- atau perempuan atau perempuan perempuan. laki atau sebagai aset sebagai dasar perempuan kolaborasi dan keharmonisan hidup. sosial. sehari-hari. 3. Tindakan Berperilaku Berinteraksi Berkolaborasi Memelihara sesuai dengan dengan lain secara harmonis aktualisasi nilai- peran sebagai jenis secara dengan lain nilai kodrati laki-laki atau kolaboratif jenis gender perempuan. keragaman memerankan peran. sosial. peran jenis. Aspek Perkembangan : Pengembangan Pribadi No. TATARAN/ INTERNALISA SD SLTP SLTA PT SI TUJUAN 1. Pengenalan Mengenal Mengenal Mempelajari Mempelajari 10

keberadaan diri kemampuan keunikan diri berbagai peluang dan keinginan konteks pengembangan lingkungan diri. diri. dekatnya. sosial. 2. Akomodasi Menerima Menerima Menerima Meyakini keadaan diri keadaan diri keunikan diri keunikan diri sebagai bagian secara positif. dengan segala sebagai aset yang dari kelebihan dan harus lingkungan. kekurangannya. dikembangkan secara harmonis. 3. Tindakan Menampilkan Menampilkam Menampilkan Mengembangkan perilaku sesuai perilaku yang keunikan diri aset diri secara dengan merefleksikan secara harmonis harmonis keberadaan diri keragaman diri. keragaman. lingkungannya. lingkungannya. Aspek Perkembangan : Perilaku Kewirausahaan (Kemandirian Perilaku Ekonomis) No. TATARAN/ INTERNALISA SD SLTP SLTA PT SI TUJUAN 1. Pengenalan Mengenal perilaku hemat, ulet, sungguh- Mengenal nilai-nilai perilaku Mempelajari strategi dan peluang untuk Memperkaya strategi dan mencari peluang 11

sungguh, dan hemat, ulet, berperilaku berbagai kompetitif sungguh- hemat, ulet, tantangan sungguh, dan sungguh-. kompetitif sungguh, dan sehari-hari di kompetitif lingkungan dekatnya. sehari-hari. keragaman. 2. Akomodasi Memahami Menyadari Menerima nilai- Meyakini nilai- perilaku hemat, manfaat nilai hidup nilai hidup hemat, ulet, sungguh- perilaku hemat, ulet, ulet, sungguh- sungguh dan hemat, ulet, sungguh- sungguh, dan kompetitif sungguh- sungguh, dan kompetitif sungguh, dan kompetitif sebagai aset kompetitif sebagai aset untuk mencapai sehari-hari di untuk mencapai hidup mandiri lingkungan hidup mandiri. keragaman dekatnya. sehari-hari. dan saling ketergantungan. 3. Tindakan Menampilkan perilaku hemat, ulet, sungguhsungguh, dan kompetitif Membiasakan diri hidup hemat, ulet, sungguhsungguh, dan kompetitif sehari-hari di lingkungannya Menampilkan hidup hemat, ulet, sungguhsungguh, dan kompetitif atas dasar kesadaran sendiri. Memelihara perilaku kemandirian keragaman dan saling ketergantungan. 12

sehari-hari. Aspek Perkembangan : Wawasan dan Kesiapan Karir No. TATARAN/ INTERNALISA SD SLTP SLTA PT SI TUJUAN 1. Pengenalan Mengenal ragam pekerjaan dan aktivitas orang Mengekspresik an ragam pekerjaan, pendidikan dan aktivitas Mempelajari kemampuan diri, peluang dan ragam pekerjaan, Memperkaya informasi yang terkait dengan perencanaan dan pilihan karir. lingkungan. kaitan dengan kemampuan diri. pendidikan dan aktifitas yang terfokus pada pengembangan alternatif karir yang lebih terarah. 2. Akomodasi Menghargai ragam pekerjaan dan aktivitas orang sebagai hal yang saling bergantung. Menyadari keragaman nilai dan persyaratan dan aktivitas yang menuntut pemenuhan kemampuan tertentu. Internalisasi nilai-nilai yang melandasi pertimbangan pemilihan alternatif karir. Meyakini nilainilai yang terkandung pilihan karir sebagai landasan pengembangan karir. 13

3. Tindakan Mengekspresik Mengidentifika Mengembangka Mengembangkan an ragam si ragam n alternatif dan memelihara pekerjaan dan alternatif perencanaan penguasaan aktivitas orang pekerjaan, karir dengan perilaku, nilai dan pendidikan dan mempertimbang kompetensi yang lingkungan aktivitas yang kan mendukung. mengandung kemampuan, pilihan karir. relevansi peluang dan dengan ragam karir. kemampuan diri. Aspek Perkembangan : Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya TATARAN/ No INTERNALIS SD SLTP SLTA PT. ASI TUJUAN 1. Pengenalan Mengenal norma-norma berinteraksi dengan teman sebaya. Mempelajari norma-norma pergaulan dengan teman sebaya yang beragam latar belakangnya. Mempelajari cara-cara membina kerjasama dan toleransi pergaulan dengan teman sebaya. Mengembangkan strategi pergaulan yang lebih intensif sebagai upaya untuk menjalin persahabatan yang harmonis. 2. Akomodasi Menghargai norma-norma yang dijunjung Menyadari keragaman latar belakang teman sebaya Menghargai nilainilai kerjasama dan toleransi sebagai dasar Meyakini nilainilai yang terkandung persahabatan 14

tinggi yang untuk menjalin dengan teman menjalin mendasari persahabatan sebaya. persahabatan pergaulan. dengan teman dengan teman sebaya. sebaya. 3. Tindakan Menjalin Bekerjasama Mempererat Mengembangkan persahabatan dengan teman jalinan dan memelihara dengan teman sebaya yang persahabatan nilai-nilai sebaya atas beragam latar yang lebih akrab pergaulan dengan dasar norma belakangnya. dengan teman sebaya yang yang memperhatikan lebih luas secara dijunjung norma yang bertanggung tinggi berlaku. jawab. bersama. Aspek Perkembangan : Kesiapan Diri untuk Menikah dan Berkeluarga TATARAN/ No. INTERNALIS ASI TUJUAN SD SLTP SLTA PT 1. Pengenalan Mengenal norma- Mengkaji secara --- --- norma pernikahan dan berkeluarga. men tentang norma pernikahan dan berkeluarga. 2. Akomodasi Menghargai norma- Meyakini nilai-nilai --- --- norma pernikahan dan berkeluarga yang terkandung pernikahan dan 15

3. Tindakan --- --- sebagai landasan bagi terciptanya masyarakat yang harmonis. Mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga. berkeluarga sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat yang bermartabat. Memiliki kesiapan untuk menikah atau berkeluarga dengan penuh tanggung jawab. 3. Prinsip-prinsip Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Prinsip-prinsip pengembangan program bimbingan dan konseling merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah empirik yang menjadi pedoman pelaksanaan sesuatu yang akan dilakukan. Dalam layanan bimbingan dan konseling, prinsipprinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan manusia konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan dan fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling dapat berkaitan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan perkembangan program bimbingan. Pertama, prinsip-prinsip pelaksanaan program bimbingan. Menurut Van Hoose ( Prayitno, 1994), bahwa ada lima prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling, yaitu: (1) bimbingan berdasarkan pada keyakinan bahwa diri individu terkandung kebaikan-kebaikan setiap pribadi mempunyai potensi, dan pendidikan hendaklah membantu mengembangkan potensinya itu, (2) bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik 16

yang berbeda dengan yang lain, (3) bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat, (4) bimbingan adalah pelayanan unik yang dilaksanakan oleh ahli yang telah mengikuti latihan khusus, dan untuk melaksanakan layanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula. Sedangkan Shertzer (1981: 51-53) mengemukakan enam prinsip bimbingan yang berfungsi sebagai parameter pelaksanaan bimbingan dan konseling, menggambarkan model operasional, dan menjelaskan asumsi-asumsi filosofisnya. Keenam prinsip tersebut yaitu: (1) bimbingan sangat utama bila difokuskan pada perkembangan individu, (2) model utama pelaksanaan bimbingan ditentukan oleh proses perilaku individu, (3) bimbingan diorientasikan pada kerjasama, bukan paksaan, (4) manusia memiliki kemampuan yang berkembang, (5) bimbingan didasarkan pada pengenalan harga diri dan nilai individu, serta hak mereka untuk memilih, dan (5) bimbingan bersifat berkelanjutan, urut untuk proses pendidikan. Belkin merumuskan enam prinsip untuk menegakkan dan menumbuh kembangkan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di institusi pendidikan, yaitu: (1) konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut, (2) konselor harus tetap mempertahankan sikap profesional tanpa harus mengganggu hubungan konselor serta siswa dan personil sekolah lainnya, (3) konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menerjemahkan itu ke kegiatan yang nyata, (4) konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik yang gagal, dan menimbulkan gangguan sehingga kemungkinan putus sekolah, permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar maupun siswa yang memiliki bakat istimewa, berpotensi rata-rata, yang pemalu dan sebagainya, (5) konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah yang serius dan yang menderita gangguan emosional, serta (6) konselor harus bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah. 17

Kedua, prinsip yang berkaitan dengan pengembangan program bimbingan dikemukakan oleh Gysbers dan Henderson (1988), mengemukakan tujuh prinsip pengembangan program bimbingan dan konseling, yaitu: (1) program bimbingan membantu perkembangan siswa dan memperhatikan perbedaan, (2) program bimbingan membantu siswa agar dapat hidup bekerjasama suatu kelompok, (3) program bimbingan memberikan layanan kepada semua siswa di semua jenjang pendidikan, (4) program bimbingan membantu siswa mengembangkan pribadisosial, karier dan belajar, (5) program bimbingan menyediakan layanan konsultasi dan koordinasi bagi para guru, orang tua siswa dan staf administrasi, (6) program bimbingan mengembangkan layanan preventif dan remidial bagi siswa, dan (7) program bimbingan ada dua macam, yaitu sebagai komponen integral dan komponen independen dari keseluruhan program pendidikan di sekolah. Selain rumusan prinsip-prinsip pengembangan program bimbingan konseling dikemukakan oleh Gysbers dan Henderson (1988), juga merumuskan empat prinsip yang berkaitan dengan pengembangan program bimbingan dan konseling. Pertama, bimbingan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan. Oleh karena itu, program bimbingan dan konseling disusun selaras dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh. Kedua, program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga, kebutuhan individu dan masyarakat. Ketiga, program layanan bimbingan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai orang dewasa, dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Keempat, terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dengan pelaksanaannya. Prinsip-prinsip pengembangan program bimbingan dan konseling tersebut, menegaskan bahwa penegakan dan penumbuhkembangan pelayanan bimbingan dan konseling hanya dapat dilaksanakan oleh konselor yang profesional. Konselor dapat 18

diwujudkan melalui pengembangan, peneguhan sikap, keterampilan, wawasan dan pemahaman profesional yang baik. 4. Komponen Program Bimbingan dan Konseling Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu: (1) pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan responsif, (3) perencanaan individual, dan (4) dukungan sistem. Keempat komponen program tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. a. Pelayanan Dasar / Kurikulum Bimbingan 1) Pengertian Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugastugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan menjalani nya. Penggunaan instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan pengalaman terstruktur yang disebutkan. 2) Tujuan Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu konseli agar: (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2) 19

mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya rangka mencapai tujuan hidupnya. 3) Fokus pengembangan Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai standar kompetensi kemandirian). Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: (1) self-esteem, (2) motivasi berprestasi, (3) keterampilan pengambilan keputusan, (4) keterampilan pemecahan masalah, (5) keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi, (6) penyadaran keragaman budaya, dan (7) perilaku bertanggung jawab. Hal-hal yang terkait dengan perkembangan karir (terutama di tingkat SMP/SMA) mencakup pengembangan: (1) fungsi agama bagi, (2) pemantapan pilihan program studi, (3) keterampilan kerja profesional, (4) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) menghadapi pekerjaan, (5) perkembangan dunia kerja, (6) iklim dunia kerja, (7) cara melamar pekerjaan, (8) kasus-kasus kriminalitas, (9) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (10) dampak pergaulan bebas. b. Pelayanan Responsif 1) Pengertian Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan 20

proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling individual, konseling krisis, konsultasi dengan orang tua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan pelayanan responsif. 2) Tujuan Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan/atau masalah pengembangan pendidikan. 3) Fokus pengembangan Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karir dan program studi, sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan bebas. Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah konseli pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya. Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang mungkin dialami konseli diantaranya: (1) merasa cemas tentang masa depan, (2) merasa rendah diri, 21

(3) berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkannya secara matang), (4) membolos dari Sekolah/Madrasah, (5) malas belajar, (6) kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul, (8) prestasi belajar rendah, (9) malas beribadah, (10) masalah pergaulan bebas (free sex), (11) masalah tawuran, (12) manajemen stress, dan (13) masalah keluarga. Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan cara asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai teknik, misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir konseli, leger, psikotes dan daftar masalah konseli atau alat ungkap masalah (AUM). c. Perencanaan Individual 1) Pengertian Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara men dengan segala karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus konseli. Kegiatan orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi diperlukan di implementasi pelayanan ini. 2) Tujuan 22

Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar (a) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (b) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan (c) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya. Tujuan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi layanan perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan konseli untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing konseli. Melalui pelayanan perencanaan individual, konseli diharapkan dapat: a) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya. b) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya rangka pencapaian tujuannya. c) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya. d) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya. 3) Fokus Pengembangan Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek: (1) akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan 23

pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif. d. Dukungan Sistem Ketiga komponen diatas, merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli. Program ini memberikan dukungan kepada konselor memperlancar penyelenggaraan pelayanan di atas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di Sekolah/Madrasah. Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek: (1) pengembangan jejaring (networking), (2) kegiatan manajemen, (3) riset dan pengembangan. 1) Pengembangan Jejaring (networking) Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi: (a) konsultasi dengan guru-guru, (b) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat, (c) berpartisipasi merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan Sekolah/Madrasah, (d) bekerjasama dengan personel Sekolah/Madrasah lainnya rangka menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli, (e) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan 24

bimbingan dan konseling, dan (f) melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling. a) Kegiatan Manajemen Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan: (1) pengembangan program, (2) pengembangan staf, (3) pemanfaatan sumber daya, dan (4) pengembangan penataan kebijakan. (1) Pengembangan Profesionalitas Konselor secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya melalui (a) in-service training, (b) aktif organisasi profesi, (c) aktif kegiatan-kegiatan ilmiah; seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau (d) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana). (2) Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf Sekolah/Madrasah lainnya, dan pihak institusi di luar Sekolah/Madrasah (pemerintah dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang pelayanan bantuan yang telah diberikannya kepada para konseli, menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, strategi ini berkaitan dengan upaya Sekolah/Madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (a) instansi pemerintah, (b) instansi swasta, (c) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (d) para ahli bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua konseli, (e) 25

MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (f) Depnaker ( rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan). (3) Manajemen Program Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Pelayanan Dasar Komponen Program BK Pelayanan Responsif Pelayanan Per.Indiv. Peserta didik Dukungan Sistem Pengembangan Profesional, Konsultasi, Kolaborasi, dan Kegiatan Manajemen 26

A. Rangkuman Bimbingan dan konseling komprehensif diprogramkan untuk semua siswa artinya bahwa semua peserta didik hukumnya wajib memperoleh layanan bimbingan dan konseling, sehingga image/persepsi bahwa fokus bimbingan dan konseling hanyalah pada siswa yang bermasalah saja akan hilang. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling komprehensif perlu memperhatikan: (1) ruang lingkup yang menyeluruh, (2) dirancang untuk lebih berorientasi pada pencegahan, dan (3) tujuannya pengembangan potensi peserta didik. Bimbingan dan konseling komprehensif mendasarkan pada lima premis yaitu: (1) bimbingan dan konseling komprehensif bersifat kompatibel, (2) bersifat perkembangan, (3) program bimbingan dan konseling komprehensif bersifat team building approach, (4) bimbingan dan konseling komprehensif dikemas perencanaan, desain, implementasi dan tindak lanjut, serta (5) bimbingan dan konseling komprehensif dikendalikan oleh kepemimpinan kepala sekolah yang mempunyai visi dan misi yang kuat tentang bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif dikemas empat komponen yaitu: (1) pelayanan dasar/kurikulum bimbingan, (2) perencanaan individual, (3) pelayanan responsif, dan (4) dukungan sistem. 27