BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 239/Men.Kes/Per/V/85 TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

Tabel jenis pewarna alami pada produk makanan dan batas maksimum penggunaannya

Tabel Pelarut Dalam Percobaan Metode Kromatografi. A n-butanol 40 bagian volume. B Iso-butanol 30 bagian volume

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

ANALISIS SECARA BIOKIMIA METHANYL YELLOW PADA TAHU YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL KODYA BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

Kuesioner Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(asam sitrat), Pengawet (natrium benzoat), Pewarna makanan. Komposisi: Gula, Glukosa, Buah nanas, Asam Sitrat, Perasa dan Pewarna

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan yaitu untuk memperbaiki warna,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya di dalam setiap masakan makanan yang akan dimakan. juga sesuai dengan selera mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

Pembuatan Pewarna Alami Makanan dan Aplikasinya. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. atau jajanan yang menggunakan pewarna makanan. Penambahan pewarna

ANALISIS RHODAMIN B DALAM SAOS DAN CABE GILING DI PASAR KECAMATAN LAWEYAN KOTAMADYA SURAKARTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kerupuk adalah salah satu produk olahan tradisional yang digemari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dapat mengubah fungsi tubuh, tidak korosif, dan tidak merugikan secara

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB I PENDAHULUAN. ditambahkan dengan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh pewarna sintetik. Selain harganya lebih murah, proses

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam bahan pangan (Cahyadi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

bahwa ternyata zat warna sintetis banyak mengandung azodyes (aromatic

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. sehingga memberikan kesegaran bagi konsumen. Warna yang beraneka macam

THE APPLICATION OF DRAGON FRUIT PEELS AS A DYE IN RED VELVET CAKE

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI. Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hylocereus polyrhizuz kulit dan buahnya berwarna merah, Hylocereus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pewarna telah lama digunakan pada bahan makanan dan minuman untuk memperbaiki tampilan produk pangan. Pada mulanya zat warna yang digunakanan adalah zat warna alami dari tumbuhan dan hewan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin berkurang dalam industri pangan yang digantikan lebih banyak oleh zat warna sintetik (Bernad et al., 2012). Peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan di Indonesia, diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan non pangan. Lagipula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik (Cahyadi, 2009). 1

2 Berdasarkan Permenkes No. 239/menkes/Per/V/1985 tentang Zat Warna Tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya, pewarna yang dilarang untuk pangan antara lain: Auramine, Alkanet, Butter Yellow, Black 7984, Burn Umber, Chrysoidine, Chrysoine S, Citrus Red No.2, Chocolate Brown Fb, Fast Red E, Fast Yellow AB, Guinea Green B, Indanthrene Blue RS, Mageta, Metanil Yellow, Oil Orange SS, Oil Orange XO, Oil Yellow AB, Oil Yellow OB, Orange G, Orange GGN, Orange RN, Orchil and Orcein, Ponceau 3 R, Ponceau SX, Ponceau 6 R, Rhodamin B, Sudan 1, Scarlet GN, Violet 6 B. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soleh (2003) dalam Cahyadi (2009), menunjukkan bahwa dari 25 sampel makanan dan minuman jajanan yang beredar di wilayah kota Bandung, terdapat 5 sampel yang positif mengandung zat warna yang dilarang oleh Pemerintah yaitu Rhodamin B (produk sirup jajanan, kerupuk dan terasi merah), sedangkan untuk methanyl yellow tidak terdapat dalam sampel. Beberapa pedagang karena ketidak tahuannya telah menggunakan beberapa bahan pewarna yang dilarang digunakan untuk pangan tersebut seperti Rhodamin B, Methanyl yellow dan Amaranth. Berdasarkan 25 jenis minuman yang diambil contoh, ternyata Rhodamin B, di Bogor sebanyak 14,5% dan Rangkasbitung 17%, sedangkan di kota-kota kecil dan di desa-desa 24% minuman yang berwarna merah ternyata mengandung Rhodamin B tetapi beberapa pedagang ada pula yang menggunakan pewarna alami seperti caramel, cokelat dan daun suji. Berdasarkan hasil survei oleh BPOM tahun 2004 di sekolah dasar (seluruh Indonesia) sekitar 550 jenis makanan yang diambil untuk sampel pengujian

3 menunjukkan bahwa 60% jajanan anak sekolah tidak memenuhi standar mutu dan keamanan. Disebutkan bahwa 56% sampel mengandung rhodamin dan 33% mengandung boraks (Walangadi, 2012). Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra di sekolah dasar Kota Malang pada tahun 2013, terhadap penggunaan pewarna sintetis yang tidak diizinkan pada makanan basah dan minuman es sirup yang dijual di lingkungan SDN Kasin dan Blimbing 1. Pada makanan basah dan minuman es sirup yaitu menggunakan zat pewarna Rhodamin B dengan kadar 67,5 mg/kg (0,0675 gr/kg) dan 32,97 mg/kg (0,03297 g/kg). Sedangkan hasil penelitian makanan basah yang dijual di lingkungan SDN Blimbing 1 dan SDN Purwatoro 2 menggunakan bahan pewarna sintetis yang diizinkan namun kadarnya melebihi batas yang ditentukan yaitu mengandung charmoisin sebesar 337, 56 mg/kg dan 311,9 mg/kg. Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara lain, termasuk Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia. Sebuah study menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. Berdasarkan study itu, 52 peserta yang telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit selama empat minggu atau lebih diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung Allura Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi makanan yang

4 mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu, 15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal (Githa, 2012). Penggunaan pewarna sintesis yang salah dapat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan kanker kulit, kanker mulut, kerusakan otak, serta menimbulkan dampak bagi lingkungan seperti pencemaran air dan tanah yang juga berdampak secara tidak langsung bagi kesehatan manusia karena di dalamnya terkandung unsur logam berat seperti Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn) yang berbahaya (Bernad et al., 2012). Berdasarkan hal tersebut, banyak penelitian yang mengembangkan bahan alami sebagai bahan pewarna makanan karena lebih aman. Salah satu bahan alami yang dapat menggantikan pewarna sintetis yaitu kulit buah naga. Buah naga merupakan jenis tanaman kaktus yang pertumbuhannya memanjat. Buah naga memiliki bentuk bulat sedikit memanjang dan biasanya terletak mendekati ujung cabang atau batang. Buah naga memiliki kulit dengan ketebalan sekitar 0,8-1,5 cm (Emil, 2011). Kulit buah naga merah mengandung pigmen antosianin dengan ikatan glikosida (Citramukti, 2008). Mengingat 30-35% dari buah naga merupakan bagian kulit maka jumlah kulit dari buah naga yang telah dikonsumsi diperkirakan cukup banyak, namun hanya dianggap sebagai sampah, terbuang dan belum termanfaatkan secara optimal. Pengolahan kulit buah naga sebagai pewarna alami merupakan salah satu cara penangan limbah kulit buah naga sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis kulit buah naga serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen saat ini yang cenderung mulai mengkonsumsi bahan-bahan yang alami.

5 Pewarnaan makanan alami sebenarnya tidak semahal perkiraan masyarakat. Produk ini menjadi mahal karena melalui proses yang cukup rumit sebelum dijual dalam bentuk serbuk. Namun, jika masyarakat menggunakan langsung dari tanaman yang ada di sekitar maka produk ini menjadi murah, bahkan dapat lebih murah dan gampang diperoleh dibandingkan produk pewarna sintetis (Hidayat & Saati, 2006). Penggunaan ekstrak kurang begitu efektif, karena untuk melakukan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Berdasarkan uraian permasalah diatas maka penelitian ini diperlukan untuk mengkaji lebih jauh yaitu melakukan filtrasi pigmen antosianin kulit buah naga, selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai pigmen alami pada produk makanan atau minuman yang memiliki sifat sesuai dengan kestabilan pigmen antosianin salah satunya yaitu yoghurt, sehingga peneliti mengambil judul Pengaruh Pemberian Konsentrasi Filtrat Pigmen Antosianin Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) pada Produk Minuman Yoghurt. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah pengaruh pemberian berbagai konsentrasi filtrat pigmen antosianin kulit buah naga super merah terhadap intensitas warna (kecerahan, kemerahan dan kekuningan) yoghurt?

6 b. Pada konsentrasi berapakah filtrat pigmen antosianin kulit buah naga super merah pada yoghurt yang memiliki kecenderungan warna dibandingkan dengan yoghurt pada umumnya? c. Bagaimanakah pengaruh pemberian berbagai konsentrasi filtrat pigmen antosianin kulit buah naga super merah terhadap sifat organoleptik (warna, rasa, aroma dan tekstur) yoghurt? d. Pada konsentrasi berapakah filtrat pigmen antosianin kulit buah naga super merah untuk menghasilkan sifat organoleptik yang paling disukai pada yoghurt? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan: a. Mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi filtrat pigmen antosianin kulit buah naga super merah terhadap intensitas warna yoghurt. b. Mengetahui pemberian konsentrasi filtrat pigmen antosianin kulit buah naga super merah pada yoghurt yang memiliki kecenderungan warna dibandingkan dengan yoghurt pada umumnya. c. Mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi filtrat pigmen antosianin kulit buah naga super merah terhadap sifat organoleptik yoghurt. d. Mengetahui konsentrasi pemberian filtrat pigmen antosianin kulit buah naga super merah untuk menghasilkan sifat organoleptik yang paling disukai pada yoghurt.

7 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan a. Dari hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat dijadikan sebagai sumber belajar pada materi bahan pewarna sesuai dengan Standar Kompetensi memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan dengan Kompetensi Dasar mendeskripsikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan dalam kemasan yang terdapat dalam makanan pada tingkat SMP kelas VII Semester II. 2. Manfaat Teoritis a. Untuk mengembangkan keilmuan dalam mata kuliah pengolahan pangan dan ilmu gizi, khususnya pewarnaan alami. b. Penelitian ini daharapkan dapat mendorong perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan dan memperkaya penelitian tentang zat warna alternatif dari kekayaan tumbuhan yang ada disekitar kita khususnya kulit buah naga super merah sebagai pewarna alami. 3. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan kulit buah naga super merah sebagai pewarnaan alami makanan yang aman. b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemberian konsentrasi filtrat pigmen antosianin kulit buah naga super merah yang paling disukai pada produk minuman yoghurt.

8 1.5 Batasan Penelitian a. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kulit buah naga super merah yang berwarna merah dan baru dikupas dari daging buahnya. Buah naga diperoleh dari petani buah naga super merah di daerah Wonosari Lawang yang sudah siap panen yaitu umur 55 hari setelah munculnya bunga. b. Konsentrasi filtrat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0%, 5%, 10%, dan 15%. c. Filtrat pigmen antosianin dalam penilitian ini dilakukan dengan cara menghancuran kulit buah naga menggunakan blender yang ditambah aquades dengan perbandingan 1:6 dan dibiarkan selama 24 jam sebelum disaring. d. Yoghurt dalam penelitian ini menggunakan bahan baku susu sapi segar yang diperoleh dari KUD di daerah Dau. e. Parameter pengamatan dalam penelitian ini untuk filtrat meliputi konsentrasi antosianin dan rendeman antosianin sedangkan untuk yoghurt yang telah diberi perlakuan meliputi intensitas warna yoghurt diukur menggunakan color reader yang menunjukkan 3 dimensi warna yaitu kecerahan, kemerahan, dan kekuningan serta uji organoleptik (warna, rasa, aroma dan tekstur)

9 1.6 Definisi Istilah a. Pengaruh adalah sesuatu yang menyebabkan suatu bahan atau benda atau materi tidak sesuai lagi dengan aslinya (Partanto, 1994). b. Konsentrasi adalah angka banding volume zat terlarut terhadap volume zat pelarut atau larutan yang dinyatakan khusus (Keenan et al., 1992). c. Filtrat adalah hasil penyaringan, biasanya berwujud cair yang terpisah dari campuran padatnya atau cairan jernih hasil penyaringan (Kashiko, 2002). d. Pigmen antosianin adalah pigmen yang memberikan warna merah jambu, merah marah, merah, ungu dan biru dalam bunga, daun dan buah pada tumbuhan tingkat tinggi (Bernad et al., 2012). e. Kulit buah naga adalah kulit buah naga berwarna merah mengandung pigmen antosianin dengan ikatan glikosida (Citramukti, 2008). f. Yoghurt adalah produk susu fermentasi berbentuk semi solid yang dihasilkan melalui proses fermentasi susu dengan menggunakan bakteri asam laktat (Hidayat et al., 2006).