II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi Taksonomi Reptil Taksonomi Amfibi

Teknik Identifikas Reptil

BIOLOGI VERTEBRATA. Rizka Apriani Putri, M.Sc JURDIK BIOLOGI, FMIPA UNY Rizka Apriani Putri, M.Sc

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TAHAP. Kehidupan Reptilia. Meneroka Orbit Membongkar. Buku Sneak Peak! Menaakul

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spesies ini terdiri dari tanaman dan hewan yang dianggap menjadi salah satu agen

biologi SET 24 ANIMALIA 4 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM VERTEBRATA a. Kelas Cyclostomata (Agnatha) b.

TEKNIK PENGUKURAN MORFOLOGI LABI LABI (Amyda cartilaginea) DI SUMATERA SELATAN

BAB II AMFIBI, REPTIL & PENGETAHUAN ANAK-ANAK TENTANG AMFIBI DAN REPTIL

Penggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

asebaran KEANEKARAGAMAN SPESIES REPTIL PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH KUNTORO BAYU AJI

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

Session_01. - Definisi SIG - Latar Belakang - Keunggulan SIG dibanding sistem perpetaan konvensional - Contoh pemanfaatan SIG

PEMBAHASAN Taksonomi, Zoogeografi dan Habitat Ular M. ikaheka

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II REPTIL PADANG PASIR ASIA. 2.1 Padang Pasir

2. Perbedaan hewan dan tumbuhan dalam memperoleh makan yang tepat adalah...

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

I. PENDAHULUAN. buaya, Caiman, buaya, kura-kura, penyu dan tuatara. Ada sekitar 7900 spesies

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 19. PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN DAN HEWANLATIHAN SOAL BAB 19. Cangkok. Stek. Okulasi. Mengenten

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

BAB 4 KELANGSUNGAN HIDUP ORGANISME (MATERI IPA TERPADU KELAS IX) Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Amphibia: Evolusi Karakteristik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Evolusi Kelas Agnatha

II. TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Labi-labi Taksonomi Morfologi dan anatomi

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub

I. PENDAHULUAN. sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 7. CIRI KHUSUS HEWAN DAN TUMBUHANLATIHAN SOAL BAB 7

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Telur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. secara taksonomi termasuk ke dalam kelompok crustacea renik yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

Keanekaragaman dan Ekologi Biawak (Varanus Salvator) di Kawasan Konservasi Pulau Biawak, Idramayu

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN. Kelas Pisces (Ikan)

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. binatang atau fauna) adalah makhluk hidup yang paling beragam di planet.

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 21. KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 21.3

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Subordo : Serpentes Famili : Elapidae

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

1. Perhatikan gambar dibawah ini!

JMSC Tingkat SD/MI2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

ABSTRAK. INVENTARISASI JENIS ULAR DI DESA KELILING BENTENG ILIR KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR Oleh : Chandra Wiguna, Dharmono, Kaspul

1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : 1 x pertemuan (2 x 35 menit) A. Standar Kompetensi 2. Memahami cara perkembangbiakan makhluk hidup

Transkripsi:

3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Geografis 2.1.1. Pengertian dan Konsep Dasar Prahasta (2001) menyebutkan bahwa pengembangan sistem-sistem khusus yang dibuat untuk menangani masalah informasi geografis dengan berbagai cara dan bentuk sudah ada sejak pertengahan tahun 1970. Sebutan umum untuk sistem tersebut adalah sistem informasi geografis (disingkat SIG). Suatu sistem yang 35.000 tahun yang lalu telah dipakai oleh para pemburu Cro-magnon yang menggambar hewan buruan mereka dan rute migrasinya di dinding gua Lascaux, Perancis (Riyanto et al. 2009). Terdapat dua elemen struktur pada sistem informasi geografis modern saat ini, arsip grafis yang terhubung ke database atribut. SIG merupakan suatu sistem informasi yang mampu mengintegrasikan berbagai pangkalan data, baik data spasial (bereferensi keruangan) maupun nonspasial melalui berbagai pengolahan lebih jauh. SIG merupakan suatu sistem informasi yang dapat menyimpan, memperbaharui, memanipulasi serta menganalisis berbagai macam data sesuai kebutuhan pemakai (Yustiningsih 1997). SIG merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau kordinat-kordinat geografi. Dengan kata lain SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk data yang tereferensi secara geografi, beserta sekumpulan operasi-operasi data tersebut (Foote 1995, diacu dalam Prahasta 2001). 2.1.2. Aplikasi Sistem Informasi Geografis SIG dapat diterapkan dalam aspek sumber daya alam, kependudukan, lingkungan dan pertahanan. Aplikasi SIG dalam aspek sumberdaya alam antara lain digunakan untuk inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, analisis daerah rawan bencana alam, dan sebagainya (Prahasta 2001).

4 Menurut Riyanto et al. (2009) aplikasi SIG yang baik adalah apabila aplikasi tersebut dapat menjawab satu atau lebih dari lima pertanyaan dasar di bawah ini, yaitu : a. Lokasi, dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai lokasi tertentu. b. Kondisi, dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai kondisi dari suatu lokasi. c. Pola kecenderungan dimasa mendatang, dapat dipergunakan untuk melihat pola kecenderungan dari suatu keadaan. d. Pola, dapat dipergunakan untuk membaca gejala-gejala alam dan mempelajarinya. e. Pemodelan, dapat digunakan untuk menyimpan kondisi-kondisi tertentu dan mempergunakannya untuk memprediksi keadaan dimasa yang akan datang maupun memperkirakan apa yang terjadi dimasa lalu. 2.2. Reptil 2.2.1. Klasifikasi dan Sistematika Reptil merupakan satwa bertulang belakang yang bersisik. Menurut Goin et al. (1978) taksonomi reptil adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Fillum : Chordata Sub-Fillum : Vertebrata Kelas : Reptilia Ordo : Testudinata, Squamata, Rhyncochepalia, Crocodilia Satwa reptil terdiri dari 48 famili, sekitar 905 genus dengan 6.547 spesies (Halliday & Adler 2000). Terdapat 3 dari 4 ordo reptil yang ada di Indonesia, yaitu Testudinata, Squamata, dan Crocodilia. Ordo testudinata terdiri dari sekitar 260 spesies dari 75 genus dan 13 famili. Testudinata mencakup spesies yang hidup dilaut, perairan tawar, dan daratan. Ordo ini mewakili sekitar 4% dari seluruh spesies reptil di dunia (Halliday & Adler 2000).

5 Ordo Squamata dibagi ke dalam tiga sub-ordo yaitu Lacertilia, Amphisbaenia, dan Serphentes (Ophidia). Lacertilia mencakup kadal merupakan kelompok sub-ordo terbesar dalam kelas Reptilia. Sub-ordo Lacertilia terdiri dari 3.751 dalam 383 genus dan 16 famili. Amphisbaenia terdiri dari 140 spesies dalam 21 genus dan 4 famili. Serpentes atau ular terdiri dari 2.389 spesies dalam 471 genus dan 11 famili (Halliday & Adler 2000). Buaya termasuk dalam ordo Crocodilia. Secara keseluruhan terdapat 22 spesies buaya dalam 5 genus dan 3 famili. Total spesies buaya di dunia sekitar 0,3% dari seluruh spesies reptil didunia (O Shea & Halliday 2001; Halliday & Adler 2000). 2.2.2. Morfologi Reptil memiliki kulit bersisik tanpa kelenjar bulu rambut atau kelenjar susu seperti pada mamalia (Goin et al. 1978). Sisik yang terdapat pada reptil tidak seperti sisik pada ikan. Sisik pada reptil saling terpisah. Semua reptil tidak memiliki telinga eksternal (Halliday & Adler 2000). Pada beberapa spesies reptil terdapat perbedaan antara jantan dengan betina yaitu pada ukuran tubuh dan bentuk, maupun warna tubuh dewasa (Halliday & Adler 2000). Hal ini dikenal dengan istilah sexual dimorphisme. Ciri yang membedakan kura-kura dengan satwa lain adalah perisai yang terdapat pada tubuh kura-kura. Perisai tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu karapas yang menutupi punggung kura-kura dan plastron yang menutupi perut kura-kura (Halliday & Adler 2000). Kadal memiliki beragam bentuk, ukuran, dan warna. Sebagian besar memiliki empat kaki, walaupun terdapat beberapa spesies yang tidak memiliki kaki. Ukuran Snout to Vent Length (SVL) kadal berkisar dari 1,5-145 cm, tetapi sebagian besar berkisar antara 6-20 cm (Halliday & Adler 2000). Ular adalah reptil yang tidak memiliki kaki, kelopak mata, dan telinga eksternal. Seluruh tubuhnya tertutup oleh sisik (O'Shea & Halliday 2001). Jumlah, bentuk, dan penataan sisik ular dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies ular (Mattison 1992). Ukuran tubuh ular berkisar antara 10 mm sampai 10 m. Ular terpanjang berasal dari family Pythonidae (Mattison 1992). Ordo Crocodilia

6 adalah satwa dengan kulit tebal dan bersisik. Buaya memiliki ekor yang besar dan rahang yang kuat. Mata dan lubang hidung buaya terletak di bagian atas kepala sehingga mereka dapat melihat mangsa ketika berada di permukaan air. Buaya memiliki jantung dan otak yang paling modern dibandingkan dengan reptil lainnya. Ukuran buaya dapat mencapai 7,5 m (O'Shea & Halliday 2001; Halliday & Adler 2000). 2.2.3. Perkembangbiakan Fertilisasi pada reptil terjadi secara internal. Sebagian besar reptil adalah ovipar atau bertelur. Telur reptil bercangkang, berbeda dengan telur amfibi. Reptil dengan spesies berbeda dapat bersifat ovipar maupun vivipar walaupun termasuk dalam genus yang sama. Bahkan, sifat berbeda tersebut dapat ditemukan pada spesies yang sama pada dua populasi berbeda (Goin et al. 1978). Reptil betina meninggalkan telurnya untuk menetas dalam lubang buatan atau di bawah lapisan tanah maupun serasah. Betina dari beberapa spesies tertentu memiliki perilaku berkembangbiak menjaga telurnya, seperti pada kadal Eumeces sp. dan ular python (Goin et al. 1978). 2.2.4. Perilaku Reptil adalah satwa ektotermal, yaitu mereka memerlukan sumber panas eksternal untuk metabolisme dalam tubuhnya. Karena itu reptil sering dijumpai berjemur di daerah terbuka, khususnya pada pagi hari. Reptil akan berjemur sampai mencapai suhu badan yang dibutuhkan dan kemudian bersembunyi atau melanjutkan aktifitasnya (Halliday & Adler 2000). Reptil memiliki berbagai perilaku pertahanan hidup. Beberapa spesies ular berpura-pura mati jika merasa terancam. Beberapa spesies ular dan dua jenis kadal dari genus Heloderma juga memiliki bisa untuk pertahanan diri. Beberapa spesies kadal, seperti Mabuya spp. melepaskan ekornya dalam perilaku yang disebut caudal autotomy (O'Shea & Halliday 2001). Walaupun kura-kura dikenal sebagai hewan yang lambat, penyu dapat berenang dengan kecepatan 32 km/jam (Goin et al. 1978).

7 Sebagian besar reptil adalah karnivora, dengan pakan beragam dari serangga sampai mamalia. Kura-kura air tawar cenderung bersifat omnivora dan kura-kura darat merupakan herbivora (O'Shea & Halliday 2001). Semua spesies ular adalah karnivora. Ular mendeteksi keberadaan mangsanya menggunakan lidah yang dapat mendeteksi partikel-partikel kimia di udara. Beberapa spesies memiliki sensor panas untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Sebagian besar spesies ular membunuh mangsa dengan melilitnya dan spesies ular lainnya dengan bisanya (O'Shea & Halliday 2001; Mattison 1992). 2.2.5. Habitat Sebagai satwa ektotermal, reptil tersebar pada berbagai macam habitat. Spesies-spesies reptil dapat hidup di laut, perairan tawar, pegunungan, bahkan gurun pasir. Penyebaran reptil sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari yang mencapai daerah tersebut (Halliday & Adler 2000). Satwa Testudinata dibedakan menurut habitatnya. Penyu hidup di laut dan hanya naik ke pantai untuk bertelur. Kura-kura dan labi-labi terdiri dari spesies akuatik dan semi-akuatik yang hidup pada daerah perairan tawar. Baning atau kura-kura darat hidup sepenuhnya di darat (Halliday & Adler 2000). Kadal hidup pada berbagai tipe habitat. Spesies kadal terestrial hidup di pepohonan maupun di permukaan tanah. Spesies lainnya merupakan semi-akuatik (Halliday & Adler 2000). Kulit kadal yang impermeable dan mampu menyimpan air membuatnya dapat hidup di daerah gurun (Mattison 1992). Sebagian besar ular merupakan spesies terrestrial, tetapi terdapat beberapa spesies yang hidup di dalam tanah. Selain itu ada juga spesies ular yang hidup di perairan tawar dan pada pepohonan (Halliday & Adler 2000). Sifat ektotermal pada reptil berpengaruh pada habitat yang digunakan ular. Besarnya penetrasi cahaya matahari sebagai salah satu sumber panas berpengaruh dalam persebaran ular.