I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembuangan jaringan yang tidak sehat secara mekanik dan kimiawi merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

Lampiran 1 Alur Pikir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam perawatan saluran akar. Menghilangkan jaringan pulpa, mikroorganisme

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan perawatan saluran akar mencakup Triad Endodontik yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. suatu infeksi ulang (Namrata dkk., 2011). Invasi mikroorganisme terjadi melalui

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin di dalam mulut dengan cara pengambilan semua jaringan pulpa

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. setelah instrumentasi pada saluran yang tidak diirigasi lebih banyak daripada saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar terbagi menjadi tiga tahapan utama yang disebut Triad Endodontic yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. etiologi, pencegahan, diagnosis, dan terapi mengenai pulpa gigi, akar gigi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlu dicabut. Proses perawatan saluran akar meliputi preparasi biomekanis,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KANDUNGAN SURFACTANT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolismenya dari saluran akar (Stock dkk., 2004). Tujuan perawatan saluran

I. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

ALUR PIKIR. Kitosan Molekul Tinggi 1. Knor (1982) Kitosan mempunyai gugus amino bebas Dakin untuk merawat infeksi luka.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN JUMLAH EKSTRUSI DEBRIS ANTARA KITOSAN BLANGKAS MOLEKUL TINGGI DENGAN SODIUM HIPOKLORIT PADA TINDAKAN IRIGASI SALURAN AKAR

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap yaitu preparasi, sterilisasi dan

ribbon-shaped yang memutar 180 o dimulai dari mesial (mesiobukal dan atau mesiolingual) melintasi daerah bukal dan berakhir di distal. Sering ditemuka

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun bangsa (Taringan, 2006). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertujuan untuk mempertahankan gigi vital atau gigi nekrosis, agar gigi tetap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan etiologi, pencegahan, diagnosis dan terapi terhadap penyakit-penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dkk, 2005). Namun gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar umumnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. infeksi dan menutup sistem saluran akar dengan rapat. Perawatan saluran akar

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

TINDAKAN IRIGASI PADA PERAWATAN SALURAN AKAR YANG DILAKUKAN OLEH DOKTER GIGI UMUM DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

I. PENDAHULUAN. terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi.

BAB 2 PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIXTURE OF A TETRACYCLINE ISOMER, AN ACID AND A DETERGENT (MTAD) SEBAGAI BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Beer dkk., 2006; Walton dan Torabinejad, 2008). gejalanya, pulpitis dibedakan menjadi reversible pulpitis dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

Khasanah, et al., Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) 100 % dalam

PERUBAHAN KEKERASAN DENTIN PADA SALURAN AKAR. SETELAH APLIKASI NaOCl 3%, KOMBINASI NaOCl 3% - EDTA 17%, DAN NaOCl 3% - KLORHEKSIDIN 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

Lampiran 1. Alur Pikir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angka pencabutan gigi di Indonesia terutama di daerah pedesaan masih cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi

BAB 5 HASIL PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: irigasi saluran akar, EDTA, etsa (H3PO4 37%), kekerasan dentin saluran akar. Universitas Kristen Maranatha

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pasien dihadapkan pada dua pilihan ketika mengalami sakit gigi yang terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa ini, pasien cenderung untuk mempertahankan gigi mereka yang sakit selama mungkin di dalam mulut melalui perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar dilakukan pada kasus pulpitis ireversibel, nekrosis pulpa atau pulpa terbuka (Hui dkk., 2004). Perawatan saluran akar juga dapat dilakukan pada gigi vital untuk kepentingan pembuatan restorasi yang baik atau pada pasien yang memili ki resiko karies tinggi (Shugars dan Shugars, 2002). Perawatan saluran akar dikatakan berhasil apabila pasien sudah tidak mengalami gejala akut lagi yang ditandai dengan hilangnya rasa sakit maupun bengkak pada pasien (Rhodes, 2006). Kegagalan perawatan saluran akar sebagian besar disebabkan oleh kebocoran dan kontaminasi bakteri sehingga untuk mendapatkan perawatan saluran akar yang berhasil dibutuhkan cleaning dan shaping, sterilisasi serta obturasi yang baik. Cleaning dan shaping merupakan usaha membersihkan saluran akar. Pembersihan saluran akar dilakukan melalui preparasi saluran akar dengan instrumen mekanis disertai irigasi menggunakan larutan irigasi untuk membersihkan dinding saluran akar, membuang jaringan pulpa yang vital maupun nekrotik dan menghilangkan bakteri beserta produknya dari saluran akar. Pembersihan yang kurang baik akan meninggalkan debris dan smear layer di dalam saluran akar serta kesulitan untuk mendapatkan hasil 1

2 obturasi yang hermetis sehingga dapat terjadi reinfeksi. Oleh karena itu, pembersihan saluran akar melalui preparasi dan irigasi yang adekuat menjadi salah satu faktor terpenting untuk mendapatkan perawatan saluran akar yang berhasil (Guttman dkk., 2006). Preparasi saluran akar secara mekanis dapat dilakukan dengan teknik crown down. Preparasi saluran akar teknik crown down memiliki beberapa manfaat yang membantu pembersihan saluran akar. Manfaat dari teknik crown down adalah meningkatkan ruangan untuk penetrasi larutan irigasi serta membantu pergerakan debris ke arah koronal (Guttman dkk., 2006). Irigasi merupakan bagian yang penting dalam perawatan saluran akar. Irigasi dapat berfungsi sebagai pelumas, mengeluarkan debris, me nghilangkan mikroorganisme, melarutkan jaringan pulpa dan menghilangkan smear layer. Syarat larutan irigasi yang baik adalah memiliki sifat antim ikrobial spektrum luas, dapat mengeluarkan debris, jaringan nekrotik dan mikroorganisme, dapat melarutkan jaringan organik maupun anorganik, toksisitas rendah, mampu menjadi pelumas yang baik, mempunyai tegangan permukaan yang rendah, mencegah terbentuknya smear layer dan dapat menginaktifkan endotoksin (Garg dan Garg, 2008). Smear layer adalah suatu lapisan hasil preparasi saluran akar yang terdiri atas jaringan organik dan anorganik, bakteri serta produk dari bakteri tersebut. Lapisan ini menutupi permukaan dinding saluran akar sehingga menghambat penetrasi medikasi intrakanal ke tubulus dentinalis dan perlekatan bahan pengisi saluran akar ke permukaan dinding saluran akar (Violich dan Chandler, 2010).

3 Terdapat beberapa macam larutan irigasi yang biasa digunakan, misalnya aquadestilata, salin, larutan anestesi, sodium hipoklorit (NaOCl), asam etilendiamintetra asetat (EDTA), hidrogen peroksida dan klorheksidin (Garg dan Garg, 2008). Larutan irigasi yang paling banyak dipakai adalah NaOCl. Hal ini karena NaOCl relatif ekonom is, bersifat bakterisidal dan virusidal, melarutkan jaringan organik, mempunyai viskositas rendah dan dapat mencegah terbentuknya smear layer (Clarkson dan Moule, 1998). Konsentrasi NaOCl yang paling banyak digunakan adalah 2,5% yang diperoleh dengan cara pengenceran 50% preparat komersial (Chlorox) dengan air suling (Grossman dkk., 1995). Efektivitas NaOCl sebagai larutan irigasi ditentukan oleh konsentrasi, volume dan waktu kontaknya. Semakin tinggi konsentrasi, volume dan waktu kontaknya, maka larutan NaOCl tersebut akan semakin efektif. Akan tetapi, meningkatkan konsentrasi NaOCl akan meningkatkan juga toksisitasnya sehingga dibutuhkan penanganan yang hati-hati. Kemampuan irigasi NaOCl dapat ditingkatkan melalui aktivasi ultrasonik (Christensen dkk., 2008 sit. Stojicic dkk., 2010). Penambahan deterjen sebagai surface active agent (surfactant) pada larutan NaOCl juga dapat meningkatkan efektivitas irigasinya dengan cara menurunkan tegangan permukaan dari larutan tersebut dan meningkatkan pembasahan sehingga larutan irigasi dapat lebih masuk ke dalam tubuli dentin (Guttman dkk., 2006). Terdapat 3 jenis surfactant, yaitu anionik, kationik dan non-ionik (Soto dkk., 2012). Saat ini salah satu larutan NaOCl pabrikan yang beredar mengandung surfactant jenis non-ionik, yaitu oktilfenol etoksilan.

4 Surfactant non-ionik lebih efektif dan toksisitasnya lebih rendah dibandingkan jenis yang lain (Schmitt, 2001). Kemampuan antibakteri NaOCl dapat ditingkatkan dengan cara mengkombinasikan penggunaan NaOCl dan EDTA secara bergantian pada saat melakukan irigasi saluran akar (Guttman dkk., 2006). Penggunaan NaOCl bergantian dengan EDTA juga menunjukkan hasil permukaan saluran akar yang lebih bersih dari debris dan smear layer dari pada hanya menggunakan NaOCl atau EDTA saja (Medici dan Froner, 2006). Asam etilendiamintetra asetat (EDTA) 17% dapat menghilangkan smear layer dan sisa kalsium hidroksid pada perawatan saluran akar multi kunjungan (Pereira dkk., 2013). Teknik irigasi yang digunakan juga turut menentukan efektivitas larutan irigasi. Irigasi manual dengan menggunakan jarum irigasi khusus akan membantu larutan irigasi semakin dekat mencapai apeks gigi dan dapat mengaliri sepanjang sisi saluran akar serta terbentuk arus turbulensi. Hal yang perlu diperhatikan adalah aplikasi NaOCl harus dilakukan dengan tekanan pasif untuk mencegah ekstrusi NaOCl ke jaringan periapikal yang dapat menimbulkan rasa sakit, perdarahan periapikal dan bengkak. Irigasi dengan aktivasi sonik akan menggetarkan larutan irigasi dan mempercepat reaksi kimia dari NaOCl serta menciptakan efek kavitasi sehingga didapatkan aksi pembersihan yang maksimal (Garg dan Garg, 2008). Irigasi dengan sistem EndoVac dikatakan mempunyai kemampuan mencegah ekstrusi NaOCl ke jaringan periapikal tetapi dapat membersihkan keseluruhan saluran akar. Jarum irigasi EndoVac yang dilekati penghisap diletakkan di dekat orifis untuk mengeluarkan larutan irigasi kemudian

5 alat penghisap tambahan dimasukkan sepanjang kerja sehingga menciptakan tekanan negatif untuk menghisap NaOCl di apeks gigi. Hal ini dapat menghasilkan aliran irigasi yang konstan di kese luruhan saluran akar sehingga proses debridemen dan disinfeksi NaOCl dapat berlangsung sampai apeks gigi tanpa khawatir terjadi ekstrusi NaOCl ke jaringan periapikal (Johnson, 2011). Pembersihan saluran akar yang adekuat dibutuhkan untuk mendapatkan keberhasilan perawatan saluran akar jangka panjang. Preparasi kemomekanikal dari saluran akar meliputi kombinasi preparasi mekanis dan irigasi saluran akar (Young dkk., 2007). Preparasi kemomekanikal dari saluran akar diharapkan dapat menghilangkan debris dan smear layer. Saluran akar yang bersih akan membantu penetrasi medikasi intrakanal ke dalam tubulus dentin dan membantu adaptasi bahan pengisi terhadap dinding saluran akar (Violich dan Chandler, 2010). Siqueira dkk. (1997) menyatakan bahwa preparasi mekanik tidak dapat benar - benar efektif membersihkan keseluruhan apikal ujung akar karena adanya variasi anatomi, isthmus dan ramifikasi dari ujung akar tersebut. Irigasi diharapkan dapat membantu proses pembersihan sepertiga apikal saluran akar. Irigasi pada bagian sepertiga apikal saluran akar dapat menjadi tidak efektif. Hal ini disebabkan karena terbatasnya panjang jarum irigasi yang dapat masuk ke dalam saluran akar dan terbentuknya vapor lock yang menghambat sirkulasi larutan irigasi (Siu dkk., 2010). Oleh karena itu, dibutuhkan teknik irigasi dan larutan irigasi yang efektif untuk membersihkan permukaan sepertiga apikal saluran akar. Keefektifan suatu tindakan irigasi dilihat dari kebersihan permukaan saluran akar dari debris dan smear layer. Kebersihan permukaan saluran akar

6 dapat dilihat melalui Scanning Electron Microscope (SEM) (Medici dan Froner, 2006). SEM merupakan suatu alat yang memungkinkan visualisasi dari sebuah objek dengan perbesaran mulai dari 50 kali sampai dengan di atas 10.000 kali (Paradella dan Bottino, 2012). B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan permasalahan apakah ada pengaruh kandungan surfactant non-ionik dalam NaOCl pada irigasi dengan teknik manual, sonik dan EndoVac terhadap kebersihan sepertiga apikal permukaan saluran akar. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi dari penambahan surfactant pada NaOCl dengan teknik irigasi manual, sonik dan EndoVac terhadap kebersihan sepertiga apikal permukaan saluran akar. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kombinasi dari jenis larutan irigasi dan cara irigasi yang efektif dan efisien dalam membersihkan sepertiga apikal permukaan saluran akar sehingga diharapkan dapat menjadi pertimbangan klinis bagi operator untuk melakukan irigasi saluran akar yang lebih baik. Selain itu, hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan sum bangan bagi ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang ilmu

7 kedokteran gigi khususnya bidang konservasi gigi serta supaya pasien mendapatkan keberhasilan yang optimal dalam perawatan saluran akar. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kebersihan sepertiga apikal permukaan saluran akar berdasarkan kombinasi pengaruh kandungan surfactant non-ionik pada NaOCl dengan perbedaan teknik irigasi yang digunakan, yaitu manual, sonik dan EndoVac. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dialkukan oleh Rosnoviani (2010). Penelitian tersebut menggunakan teknik preparasi step-back dan hanya melihat perbedaan kebersihan permukaan saluran akar berdasarkan teknik irigasi manual, ultrasonik dan EndoVac tanpa dipengaruhi jenis larutan irigasi yang digunakan. Hasil dari penelitian tersebut adalah saluran akar yang diirigasi secara manual memiliki tingkat kebersihan paling rendah dibandingkan saluran akar yang diirigasi dengan ultrasonik dan EndoVac. Tingkat kebersihan saluran akar yang diirigasi dengan ultrasonik tidak berbeda dengan saluran akar yang diirigasi dengan EndoVac.