RANCANG BANGUN ALAT PEMBLOCKING SINYAL (JAMMER) PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI JARINGAN SELULER GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE (GSM) DI AREA BEBAS SINYAL GSM

dokumen-dokumen yang mirip
Jammer Untuk Dual Band GSM Dan CDMA Eddy Triyono 1, Imelda Erawati Supono P 2, Muhammad Nashiruddin 3

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGACAK. SINYAL PONSEL GSM PADA FREKUENSI 900 MHz

ALAT PENGACAK SINYAL TELEPON SELULER BERBASIS GSM (Global System for Mobile)

Perancangan dan Analisis Kerja Mobile Jammer Tipe D dengan Sensor Sinyal Berbasis Mikrokontroler untuk Jaringan GSM 900

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Penerimaan Sinyal Ponsel Pada Sistem Komunikasi Selular

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG

Faizal Firmansyah NRP

BAB I PENDAHULUAN. analog AMPS (Advanced Mobile Phone System), diikuti suara digital GSM

PERANCANGAN DAN REALISASI GSM JAMMER DENGAN BAND FREKUENSI 900MHZ DAN 1800MHZ

Mengetahui macam-macam derau dalam sistem telekomunikasi. Memahami persamaan derau dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui pengaruh derau dalam

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

No Makalah : 106 KINERJA RAGAM ANTENA UNTUK MOBILE PHONE JAMMER

STRUKTUR DIAGRAM PONSEL FUNGSI DAN GEJALA KERUSAKAN KOMPONEN

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER DENGAN METODE OPEN LOOP SQUARE RESONATOR UNTUK MICROWAVE LINK

PEMBAGIAN DIAGRAM BLOK DASAR PONSEL

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

DESAIN ANTENA MICROSTRIP MULTIBAND PADA MOBILE PHONE JAMMER

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ALAT PENGONTROL BEBAN LISTRIK BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI SMS

Teknik Modulasi dan Frekuensi GSM

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

TINJAUAN PUSTAKA. dengan mencari spectrum holes. Spectrum holes dapat dicari dengan

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

BAB I PENDAHULUAN. global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENNA CONTROL UNIT BERUPA PHASE SHIFTER DIGITAL UNTUK ANTENA PHASED ARRAY 4X4 PADA FREKUENSI S-BAND UNTUK RADAR 3D

Perancangan Mixer Untuk Mobile WiMax Pada Frekuensi 2,3 GHz

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

BAB II LANDASAN TEORI

Pemanen Energi RF 900 MHz menggunakan Antena Mikrostrip Circular Patch

BAB II TEORI PENUNJANG

Code Division multiple Access (CDMA)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

Bagan Kerja Handphone Beserta cara kerjanya

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. memperlihatkan apakah telah layak sebagai user interface.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2]

PENGUKURAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK BEBAS PADA AREA URBAN DAN RURAL

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi secara real time, dimana keterbatasan jarak, waktu dan ruang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks

Perancangan Dan Pembuatan Robot Beroda Dan Berlengan Yang Dilengkapi Dengan Kamera Video Berbasis Mikrokotroler AT89S51

MODIFIKASI DAN OTOMASI HANDHELD JAMMER BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 2.4 GHz Untuk Pengiriman Citra Pada Sistem Komunikasi Satelit Nano

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

Analisa Metode Pengolahan Sinyal Multi Data Rate pada DS-CDMA

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D.

PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shift Keying )

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM RECEIVER DENGAN PSEUDO NOISE CODE

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

PERANCANGAN RECTENNA (RECTIFIER ANTENNA) SEBAGAI PENGUBAH DAYA ELEKTROMAGNETIK MENJADI OUTPUT DC PADA FREKUENSI WIFI 2,4 GHZ JURNAL SKRIPSI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

TEKNOLOGI VSAT. Rizky Yugho Saputra. Abstrak. ::

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

ANALISIS PENANGANAN GANGGUAN RADIO PASOLINK BERBASIS CDMA MENGGUNAKAN APLIKASI HYPERTERMINAL

BAB III PERANCANGAN ALAT

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

MODUL PENGUAT DAYA RF 15 WATT (RANGKAIAN BUFFER)

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

Desain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano

Analisa Karakteristik Tegangan dan Delay Pada Visible Light Communication (VLC)

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS. Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

RANCANG BANGUN MOTOR PENGGERAK AKTUATOR PADA ANTENA PARABOLA

Transkripsi:

RANCANG BANGUN ALAT PEMBLOCKING SINYAL (JAMMER) PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI JARINGAN SELULER GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE (GSM) DI AREA BEBAS SINYAL GSM Ratih Agustiningsih 1), Dedy Suryadi 2) Dasril 3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Ratihagusti2121@gmail. com 1) dedy. suryadi@ee. untan. ac. id 2) ABSTRAK Penggunaan telepon seluler sangat bermanfaat namun pada kondisi dan situasi tertentu menjadi sangat mengganggu bagi khalayak umum seperti ruang ujian, ruang rapat, tempat ibadah, dan tempat - tempat lain yang mengharuskan tidak ada penggunaan telepon seluler.pada penelitian ini dibahas penyelesaian masalah tersebut dengan menonaktifkan sinyal telepon seluler secara langsung pada lingkup jarak tertentu pada area tidak diperkenankan ada penggunaan telepon seluler. Untuk itu, penulis merancang jammer yang dapat memancarkan frekuensi pada rentang frekuensi GSM 900/1800/1900 Mhz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jammer dapat memblocking sinyal GSM 900/1800/1900 Mhz. Alat pemblocking sinyal (jammer) mampu bekerja diradius cakupan mencapai 10 meter. Kata kunci : jammer:seluler;gsm;multimedia;technology. 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini sudah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.salah satu hasil teknologi yang dihasilkan adalah telepon seluler atau yang sering disebut handphone. Namun di sisi lain, penggunaan handphone di tempat yang tidak tepat dapat menimbulkan beberapa masalah, diantaranya gangguan suara panggilan masuk dan pemberitahuan lainnya itu timbul pada tempat yang tidak tepat, seperti di dalam ruang rapat, ruang ujian, dan tempat ibadah, yang seharusnya gangguan tersebut tidak boleh terjadi. Salah satu cara untuk dapat mengatasi gangguan tersebut yaitu dengan menonaktifkan secara sementara penggunaan perangkat seluler. Pada kenyataannya pada tempat-tempat yang dilarang mengaktifkan handphone pengguna tidak atau terlupakan untuk menonaktifkan perangkat seluler. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya perangkat yang dapat menonaktifkan secara otomatis pada ruangan yang dimaksud. Perangkat yang tepat adalah Jammer. Perangkat jammer secara mendasar merupakan perangkat generator sinyal. Perangkat jammer memancarkan sinyal RF pada lingkup frekuensi telepon seluler (GSM 900/1800/1900 MHz) yang akan berinterferensi dengan sinyal telepon seluler dan mengakibatkan sinyal frekuensi seluler hilang. Semua telepon seluler pada radius efektif jammer tidak akan dapat melakukan komunikasi. 2. Tinjauan Pustaka Perancangan alat jammer ini bukanlah hal yang baru ditemukan. Dalam penelitian yang sudah ada, komponen yang digunakan dan cara kerja sistem juga berbeda-beda. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan seperti: Jammer Untuk Dual Band GSM Dan CDMA (Eddy Triyono, Imelda Erawati Supono P, Muhammad Nashiruddin) dari Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang. Automatic Blocking Signal (Ukhti Ikhsani Larasati dan Lucky Gagah Vedayoko) dari Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini membahas tentang Jamming merupakan cara untuk memblokir sinyal dengan cara menutupi sinyal dari suatu pemancar dengan sinyal lain. Menurut Djaelani dalam (Suhendro,2012) Jamming adalah cara melumpuhkan komunikasi elektronik dengan cara menimpa atau menutupi sinyal dari suatu pemancar dengan sinyal lain (disebut sinyal jamming) yang mempunyai frekuensi sama dengan pemancar tetapi mempunyai daya atau energi yang lebih besar, sehingga penerima hanya akan mendeteksi sinyal jamming.pemutus, pengacak, dan pemblok sinyal adalah alat yng digunakan sebagai alat penghilang sinyal. Menurut Jiswari dalam (Suhendro,2012) Jammer adalah suatu perangkat elektronik yang berfungsi untuk melumpuhkan komunikasi elektronik yang menggunakan frekuensi radio sebagai media pengiriman informasinya. Rancang Bangun Pengendali Jammer Untuk Sistem Selular GSM Berbasis REAL TIME CLOCK (Alfin Hikmaturokhman, Arief Hendra Saptadi, Ginanjar Wisnu Widiatmoko) dari Sekolah Tinggi Telkom Purwokerto. Penelitian ini membahas tentang Pada era digital ini teknologi komunikasi pada khususnya dituntut agar dapat digunakan dimanapun dan kapanpun tanpa terbatasi tempat dan waktu, selain harus always ON operator juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan semua orang. Teknologi GSM dalam layanannya menyediakan fitur multimedia, tidak hanya suara saja namun juga terdapat gambar, video, data, dan lain sebagainya. Tapi pada sisi yang lain, berkembangnya teknologi menimbulkan

gangguan jika teknologi komunikasi yang always on tidak pada tempat yang tepat seperti ruang rapat, ruang ujian dan tempat ibadah. Untuk itu dibuatlah alat yang disebut dengan jammer. Dual Band Mobile Jammer for GSM 900 and GSM 1800 (Ahmed Sudqi dan Ahmed Nasr) dari University of Jordania.Penelitian ini tentang berbagai macam cara-cara dan penjabaran untuk membuat alat jammer.rangkaian IF dan RF dari alat jammer, perhitungan frequency dan diameter yang diamati dalam jammer. 3. Rancang Bangun Alat Pembloking Sinyal (Jammer) Pada Sistem Telekomunikasi Jaringan Seluler Global System For Mobile (GSM) Di Area Bebas Sinyal GSM 3.1 Metodologi Penelitian Perancangan Alat Pemblocking Sinyal (Jammer) Berdasarkan hal tersebut di atas, perangkat ini berkaitan dengan teknik DOS yang mentransmisikan noise pada frekuensi yang sama dari dua band GSM 900 MHz, dan GSM 1,8 GHz (dikenal juga dengan band DCS 1800). fokus pada beberapa parameter desain untuk menetapkan spesifikasi perangkat. Parameter ini adalah sebagai berikut 1. Jarak yang akan di Jammer (D) Parameter ini sangat penting, karena jumlah daya keluaran jammer tergantung pada area yang di butuhkan untuk selesai. Nantinya akan dilihat hubungan antara daya keluaran dan jarak D. Desain penulis dirikan pada D = 10 meter untuk band DCS 1800 dan D = 10 meter untuk band GSM 900 MHz. 2. Band Frekuensi Jammer menggunakan frekuensi kerja tertentu sesuai dengan perencanaan yaitu untuk frekuensi band CDMA800, GSM900 dan GSM1800 (DCS). Telepon seluler sendiri menggunakan 2 frekuensi yang berbeda untuk pengiriman dan penerimaan informasi dari BTS yaitu frekuensi uplink yang digunakan untuk transmisi dari telepon seluler ke BTS dan frekuensi downlink yang digunakan untuk transmisi dari BTS ke telepon seluler. berikut daftar alokasi frekuensi yang digunakan telepon seluler untuk ketiga band tersebut. Table 3.1: Alokasi frekuensi uplink dan downlink telepon seluler Band Frekuensi CDMA 800 Frekuensi Uplink 824-849 MHz Frekuensi Downlink 869-894 MHz GSM 900 890-915 MHz 935-960 MHz GSM 1800 1710-1785 MHz 1805-1880 MHz Pada penelitian ini, frekuensi jamming harus sama dengan frekuensi downlink dari perangkat seluler, karena jika perangkat jammer menggunakan frekuensi jamming yang sama dengan frekuensi uplink dari perangkat seluler akan dibutuhkan daya yang lebih besar dikarenakan perangkat yang dikenai jamming adalah BTS dengan jarak yang jauh dan harus menggunakan daya lebih besar daripada BTS. 3. Rasio jamming-to-signal {J/S} Proses jamming sukses ketika sinyal jamming menolak penggunaan transmisi komunikasi. Pada komunikasi digital, penggunaan ditolak ketika rata- rata kegagalan transmisi tidak dapat dikompensasi dengan perbaikan. Kesuksesan proses jamming memerlukan daya jammer minimal sama dengan daya sinyal pada handphone penerima. Pj Gjr Grj Rtr Br Lr Pt Gtr Grt Rjr Bj Lj Persamaan 1 merupakan persaman dasar jamming to signal ratio : J S = Pj Gjr Grj R2 tr Lr Br Pt Gtr Grt R 2 jr Lj Bj Keterangan : = Daya jammer, = Gain antena dari jammer ke penerima, = Gain antena dari penerima ke jammer, = Jarak antara komunikasi transmiter dan receiver, = Bandwidth komunikasi penerima, = Loss sinyal komunikasi, = Daya transmitter, =Gain antena dari transmitter ke antena, =Gain antena dari antena ke transmitter, = Jarak antara jammer ke penerima, = Bandwidth jammer, = Loss sinyal jamming. Persamaan 1. mengindikasikan daya radiasi perangkat jammer efektif/ yang diperlukan, sehingga jika diperlukan efisiensi perangkat jammer yang tinggi maka harus dipertimbangkan penguatan antena dan daya keluaran. Sehingga dengan demikian supaya perangkat jammer dapat

menghilangkan sinyal perangkat seluler, daya jammer harus sebesar mungkin dan daya penerimaan perangkat jammer harus sekecil mungkin. Seperti yang ditunjukkan pada persamaan diatas, pola radiasi antena, hubungan antara azimuth dan penguatan merupakan aspek yang penting dalam proses jamming. Dan dari persamaan tersebut dan karakteristik gelombang mikro, jarak memiliki pengaruh penting dalam loss sinyal, jika jarak antara jammer dan penerima digandakan, jammer harus mengalikan daya keluaran sebanyak 4 kali lipat supaya memiliki efek jamming yang sama. 4. Hasil Pengujian dan Analisis Setelah perancangan alat direalisasikan, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap alat untuk mengetahui kinerja sistem jammer yang telah dibuat, apakah sesuai dengan rancangan yang di inginkan. Pengujian alat terbagi menjadi dua bagian antara lain ; 1) Pengujian rangkaian elektronik setiap blok dan 2) pengujian alat secara keseluruhan. Pengujian blok rangkaian elektronik meliputi antara lain ; Pengujian rangkaian Sweep Generator, Pengujian rangkaian Noise Generator, dan Pengujian Summer. Pengujian blok rangkaian elektronik bertujuan untuk melihat kinerja blok-blok dari sistem yang telah dirancang. Pengujian keseluruhan merupakan pengujian dari Alat Pemblocking Sinyal (Jammer). Apakah alat pemblocking sinyal ini dapat memblocking sinyal yang diterima oleh handphone dan sesuai masing-masing frekuensi pada handphone tersebut. 4.1. Pengujian dan Pengukuran Rangkaian Sweep Generator Gambar 4.2. Rangkaian Sweep Generator dan Gambar gelombang sweep generator pada Oscilloskop. 4.2. Pengujian dan Pengukuran Rangkaian Noise Generator Rangkaian Noise generator merupakan rangkaian pembangkit derau atau pembangkit noise. Rangkaian pembangkit noise ini seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu di bab 3 bahwa rangkaian nya seperti pada Gambar 4.3. Pengujian Sweep Generator dilakukan untuk mengetahui frekuensi gelombang yang dihasilkan oleh Sweep Generator. Alat ukur yang digunakan dalam pengujian ini berupa oscilloskop. R2 terparalel dengan dioda D1,berdasarkan hasil pengukuran tahanan dalam dioda tegangan maju terukur 270 ohm sehingga Frekuensi keluarannya adalah sebagai berikut : F= 1,44 (Ra+2Rb)C = 1,44 Rb (750Ω+2( R.Dioda ))0,1x10 6 F 1,44 1,44 = = (750Ω+2( 750 270Ω ))0,1x10 6 F 1147,05x10 7 12,55kH. =

Gambar 4.3. Rangkaian Noise Generator dan Gambar gelombang noise generator pada Oscilloskop. Berdasarkan hasil pengukuran frekuensi keluaran dari noise generator pada titik B seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. Noise Generator terdiri dari rangkaian transistor sebagai penguat utama dan IC LM344 sebagai penguat operasional nya. Tegangan yang dihasilkan yang masuk pada transistor TR 1 ini berdasarkan tegangan dari zeneer D2 tegangan zeneer nya adalah 6,8 volt berarti tegangan yang masuk pada transistor ini adalah tegangan berupa untuk membangkitkan atau memicu transistor sehingga menghasilkan input berupa tegangan C8 yang berfungsi sebagai pembangkit atau penentu frekuensi noise nilai R11=2 kohm dan C5=0,1 uf berfungsi untuk menentukan frekuensi noise. Frekuensi yang terukur dari noise generator ini adalah : F 1 Hz = 1 Hz = 0,047 x T 21,2 106 Hz. Tegangan yang dihasilkan dari bentuk gelombang ini 5,3 DIV 2V DIV = 10,6 Vpp. Ini menyatakan bahwa amplitude dari gelombang yang dihasilkan adalah 10,6 Vpp. 4.3. Pengujian dan Pengukuran Rangkaian Summer. Rangkaian summer merupakan rangkaian penjumlah atau operasi penggabungan antara noise dan sweep generator sehingga didalam bentuk gelombangnya atau output yang dihasilkan adalah gelombang pencampuran antara gelombang sweep generator dan gelombang noise generator. Berikut Gambar rangkaian summer ditunjukkan pada Gambar 4.4. 3 2 + - - 12 + 12V 7 LM741 4 5 1 2K OHM Gambar 4.4. Rangkaian Summer dan Gelombang Summer pada Oscilloskop. Berdasarkan gelombang yang dihasilkan maka amplitude keluaran dari summer adalah 3 div x 2v = 6 vpp. Setelah digabungkan Summer dan div Noise generator Time = 3 div 1ms = 3 ms dan time div nya berkurang menjadi 2 ms. Keluaran dari summer ini akan diteruskan pada clamper, clamper adalah suatu rangkaian yang memberi batasan atau rentang frekuensi yang diperlukan.clamper ini serupa dengan rangkaian filter, jadi besar nya frekuensi tergantung dari R dan C dengan rumus f π dari rangkaian itu maka RC output clamper harus sama dengan output input dari clamper itu sendiri. R4 6 4.4. Pengujian Rangkaian Keseluruhan Alat Pemblocking Sinyal (Jammer) Berikut adalah pengujian keseluruhan alat pemblocking sinyal (jammer) pada saat akan dioperasikan : 1. Pertama, sebelum pengujian alat jammer, penulis menyiapkan 2 buah handphone dan 2 buah provider seluler yang berbeda yaitu Telkomsel dan 3 GSM (Three) dimana kedua handphone dan provider tersebut masih bisa melakukan komunikasi (aktif). Pada gambar 4.5. yang menunjukkan kedua handphone sebelum jammer dihidupkan.

Gambar 4.7. Lampu indikator menandakan jammer ON 4. Keempat, pastikan antenna pada jammer terpasang dengan baik. Jammer memiliki 3 antenna yaitu antenna GSM,CDMA dan 3G. Pada Gambar 4.8. menunjukkan keriga antenna yang dipasang pada jammer. Gambar 4.5. Tampilan Handphone sebelum Jammer dihidupkan. 2. Kedua, tekan tombol on/off pada alat jammer maka jammer dapat diaktifkan. Pada Gambar 4.6. menunjukkan bentuk dari tombol Gambar 4.6. Tombol on/off Jammer Gambar 4.8. Gambar antenna CDMA,GSM dan 3G 5. Kelima, setelah jammer dihidupkan maka VCO (Voltage Controlled Oscillator) dari RF section dan Noise Generator dari IF section akan mengacak sinyal selluler. RF section akan mengolah sinyal untuk IF section dengan frekuensi yang telah ditentukan. 6. Keenam, kedua sinyal handphone dan provider yang berbeda berhasil di jamming. ketika jammer ON, maka telepon seluler dengan frekuensi sama seperti yang digunakan oleh jammer sehingga muncul tulisan Tiada Layanan pada layar. 3. Ketiga, ketika jammer dinyalakan maka akan hidup lampu indikator berwarna hijau. Pada Gambar 4.7. menunjukkan lampu indikator berwarna hijau menyala. Gambar 4.9. foto kiri provider telkomsel dan foto kanan provider 3 GSM

7. Terakhir,dilakukan percobaan untuk menguji jarak yang dapat dijangkau alat jammer. Posisi jammer yang diuji berjarak 5,10 dan 15 meter. Pada Gambar 4.11 handphone yang berada pada jarak 5 meter berhasil di jammer dan dbm sinyal pada handphone hilang total. Kemudian Pada Gambar 4.12. sinyal handphone masih hilang total,berarti alat jammer masih bekerja dan dbm sinyal nya tidak dapat terdeteksi. Kemudian pada Gambar 4.13. Jammer tidak berhasil memblocking sinyal handphone karena jarak yang cukup jauh yaitu 15 meter. Karena jammer yang penulis rancang hanya dapat berfungsi sampai 10 meter dan Jammer yang digunakan adalah jammer untuk band frekuensi CDMA800, GSM900 dan GSM1800. Sehingga jammer tidak akan berpengaruh pada band frekuensi yang lain. Pengujian ini ditujukan untuk menguji beberapa operator pada band frekuensi yang sama dengan band frekuensi yang digunakan jammer serta band frekuensi yang berbeda dengan yang digunakan oleh jammer. Gambar 4.11. Tampilan dbm sinyal pada jarak (10 meter) Jarak Yang Diizinkan Jarak 5m Jarak 10m Jarak 15m db sinyal handphone Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi -85 db Tabel 4.2. Tabel hasil pengukuran jarak radius berdasarkan dbm sinyal pada handphone : Gambar 4.12. Tampilan dbm sinyal pada jarak 15 meter Berikut Hasil Rancangan Keseluruhan Pada Alat Jammer : Gambar 4.10. Tampilan dbm sinyal pada jarak (5 meter)

Gambar 4.13. Rangkaian Keseluruhan Intermediate Frequency Section Gambar 4.14. Gambar Alat didalam Casing Setelah dilakukan beberapa langkah-langkah pada alat jammer, hasil akhir yang didapat pada pengujian ini ialah jammer dapat bekerja dengan baik. Alat jammer dapat memblocking sinyal ketiga operator telepon seluler yaitu Telkomsel,Indosat dan 3 GSM (Three). 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian Alat pemblocking sinyal (jammer) yang telah dirancang, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Alat pemblocking sinyal dapat digunakan dan bekerja dengan baik untuk memblokir atau membatasi sinyal telepon seluler pada GSM 900/1800/1900 MHz. 2. Alat pemblocking sinyal (jammer) mampu bekerja diradius cakupan mencapai 10 meter. 3. Alat pengacak frekuensi atau mobile jammer GSM ini hanya dapat mengacak GSM pada frekuensi GSM 900/1800/1900 MHz. 4. Jarak jangkauan jammer dapat bertambah dan berkurang jika digunakan pada kondisi yang berbeda misal digunakan pada lorong, pada ruangan yang berbeda atau ketika digunakan pada luar ruangan. Hal ini terjadi karena faktor daya yang diterima oleh telepon seluler berbedabeda pada berbagai kondisi ruangan sehingga mempengaruhi jarak jangkauan jammer. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan untuk Alat pemblocking sinyal (jammer) ini agar penelitian selanjutnya mendapatkan hasil yang lebih maksimal adalah: 1. Perencanaan pembuatan alat jammer direncanakan dengan baik karena banyak komponen jammer yang tidak ada di pasaran lokal maupun nasional di Indonesia. Sehingga perlu pemesanan dari luar negeri, namun banyak toko di luar negeri yang tidak menerima pembelian dalam jumlah retail atau satuan untuk lintas negara sehingga sulit untuk merangkai rangkaian jammer tepat waktu dikarenakan keterbatasan komponen. 2. Pembuatan jammer diperlukan penelitian sebelum dan selama pembuatan yang intens dan terus menerus jauh hari, karena jika pembuatan jammer tidak disertai penelitian terlebih dahulu akan menghambat pembuatan jammer dikarenakan banyak ragam ilmu yang diterapkan dalam sistem jammer yang perlu dipelajari sehingga jika tidak cukup penelitian akan menghambat dan memperlambat waktu pembuatan jammer. 3. Radius cakupan jammer juga perlu diperhatikan, sebab jammer yang dibuat hanya dapat mencapai 10 meter saja oleh karena keterbatasan komponen dan kapasitasnya. DAFTAR PUSTAKA [1] Jisrawi, Ahmad. 2009. GSM900 Jammer. JUST Mobile phone jammer.(4 Mei 2011). [2] Santoso, gatot. Sistem seluler CDMA (Code Division Multiple Access). 2004. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[3] Rappaport, Theodore S. Wireless Communication Principles & Practices. 1998. United States of America : Prentice Hall, inc. [4] John Scourias, Ikhtisar dari Global System for Mobile Communications, University of Waterloo. [5] Ahmed Jisrawi, "GSM 900 jammer Mobile", proyek undergrad, 2006. [6] Siwiak,K., propagasi radio gelombang dan Antena untuk komunikasi pribadi. [7] Pozar, D., Microwave Engineering, John Wiley and Sons, 2005. [8] Ginanjar Widiatmoko., Rancang Bangun Pengendali Jammer untuk Sistem Selular GSM Berbasis Real Time Clock. Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom, Purwokerto Biografi Ratih Agustiningsih, lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia, 21 Agustus 1993. Memperoleh gelar Sarjana dari Program Studi Teknik Elektro Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia, 2018. Pontianak, 9 April 2018 Mengetahui, Pembimbing Utama, Ir.H.Dasril,MM NIP.195404101981031003 Pembimbing Kedua, Dr.Dedy Suryadi,ST.MT NIP.196812031995121001