BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini. 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pinjaman atau yang lebih dikenal dengan istilah kredit. Istilah credit berasal dari bahasa latin credo yang berarti I Believe, I Trust, (saya percaya). Kata credo berasal dari kombinasi bahasa Sansekerta, cred yang berarti kepercayaan dan bahasa latin do yang berarti saya menaruh. Setelah kombinasi tersebut menjadi bahasa latin, kata kerja dan kata bendanya masing-masing menjadi credere dan creditum, meskipun banyak penulis mengungkapkan bahwa credit berasal dari kata credere. Pengertian kredit menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 angka 11 (2006 : 1) Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. Perbankan memiliki beberapa aktiva produktif, namun hanya satu yang sangat diandalkan.hingga kini satu-satunya aktiva produktif yang diandalkan oleh suatu bank yang dapat menghasilkan pendapatan besar adalah debitur, atau lazimnya dikenal dengan kredit. Dari neraca setiap bank umum dapat dijumpai bahwa kredit atau debitur merupakan komponen aktiva terbesar dari seluruh jumlah aktiva yang dimiliki suatu bank. Menurut Kasmir (2008:98) terdapat lima unsur dalam pemberian fasilitas kredit, seperti yang diungkapkan berikut ini. a. Kepercayaan, maksudnya ialah keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu pada masa mendatang. b. Kesepakatan, yang dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya. c. Jangka waktu, maksudnya mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. d. Risiko, maksudnya akan muncul suatu risiko tidak tertagihnya/ macetnya pengembalian kredit yang telah disepakati sebagai akibat adanya suatu tenggang waktu pengembalian.
e. Balas jasa yang merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut lebih dikenal dengan sebutan bunga. 2. Tujuan dan Fungsi Kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Tujuan pemberian fasilitas kredit akan dijelaskan sebagai berikut.: a. Mencari keuntungan Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank dan memperluas usaha bank. b. Membantu usaha nasabah Bank memberikan fasilitas kredit untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan dimana bank memperoleh bunga dan nasabah dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. c. Membantu pemerintah Pemerintah menerima pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank, meningkatkan devisa Negara apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor, dan membuka kesempatan kerja bila kredit yang diberikan digunakan untuk membuka usaha baru.
Fungsi kredit secara luas sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir (2008:101) yaitu : 1) Untuk meningkatkan daya guna uang, 2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, 3) Untuk meningkatkan daya guna barang, 4) Untuk meningkatkan peredaran barang, 5) Sebagai stabilitas ekonomi, 6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha, 7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan nasional, 8) Untuk meningkatkan hubungan internasional. 3. Jenis-Jenis Kredit Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi. a. Dilihat dari tujuan penggunaan, terdiri dari : 1. Kredit investasi adalah kredit yang diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah atau pabrik. Kredit ini memerlukan proses penyelesaian jangka panjang, seperti yang dikemukakan Teguh (1996:105) kredit investasi akan memakan proses penyelesaian jangka panjang karena proses produksi juga dalam jangka panjang, sedangkan di sisi lain harga-harga barang modal saat pengadaan cukup mahal. Oleh karena itu pelunasan harus dilakukan bertahap sesuai kemampuan perusahaan nasabah untuk menyisihkan saldo uang kasnya. Kredit ini memerlukan biaya operasional dan administrasi serta unceertainty risk yang besar. 2. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya seperti membeli bahan baku atau membayar
gaji pegawai. Menurut Teguh (1996:105) kredit modal kerja diberikan dalam jangka waktu pendek sesuai dengan siklus usaha dari perusahaan tersebut. Dalam praktik, kredit ini dapat dilakukan perpanjangan; sepanjang nasabahnya mampu memenuhi kewajiban-kewajiban pada bank dengan baik. Kredit modal kerja terdiri dari beberapa kategori yang akan disebutkansebagai berikut ini. a) KMK Perdagangan Dalam Negeri. b) KMK Industri. c) KMK Perkebunan,Kehutanan dan Peternakan. d) KMK Prasarana / Jasa-Jasa. 3. Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga/perorangan (termasuk karyawan sendiri) untuk keperluan konsumsi berupa barang atau jasa dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara laim. b. Dilihat dari segi jangka waktu, terdiri dari : 1. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun; 2. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 tahun sampai 3 tahun;
3. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. c. Dilihat dari segi cara pemakaiannya, terdiri dari : 1. Kredit rekening koran, yaitu debitur menerima seluruh kreditnya yang dimasukkan kedalam rekening koran dan kepadanya diberikan blangko cek maupun giro, dengan penarikan cek/giro maka si debitur (nasabah) dapat menarik dana pinjamannya. Debitur bebas menarik ataupun menyetor melalui rekening koran yang bersangkutan selama kredit tersebut berjalan; 2. Revolving kredit, yaitu sistem penarikan kreditnya sama dengan cara rekening koran bebas dengan masa penggunaannya 1 tahun, namun sistemnya berbeda dengan syarat pada akhir triwulan pertama saldo pinjaman harus menunjukkan sisa nol pada awal triwulan kedua, nasabah dapat melakukan penarikan secara bebas selama triwulan kedua dan pada akhir triwulan kedua sisa hutang harus kembali nol; 3. Term loan, yaitu hampir sama dengan kredit rekening koran bebas, hanya dari sisi penggunaan pemakaian kredit sangat fleksibel, dimana nasabah bebas mempergunakan dana tersebut untuk keperluan apa saja. d. Dilihat dari segi jaminan, terdiri dari : 1. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan berupa barang berwujud, tidak berwujud atau jaminan orang;
2. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu, tetapi diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik calon nasabah selama berhubungan dengan bank atau pihak lain. e. Dilihat dari segi penarikannya, terdiri dari : 1. Kredit dengan penarikan sekaligus, yaitu kredit yang diperoleh/ditarik nasabah sesuai dengan permohonan kredit yang diajukan secara keseluruhan tanpa ada penundaan pencairan dana pinjaman; 2. Kredit dengan penarikan bertahap, yaitu kredit yang diperoleh/ditarik nasabah, dimana pencairan dananya dilakukan secara berkala oleh pihak bank. f. Dilihat dari segi sifat pelunasannya, terdiri dari : 1. Kredit yang pelunasannya dengan angsuran, yaitu kredit yang diperoleh debitur dapat dicicil dalam pelunasannya sesuai dengan ketentuan dan ikatan kerjasama yang telah disepakati oleh bank dengan debitur; 2. Kredit yang pelunasannya tanpa angsuran, yaitu pembayaran secara keseluruhan terhadap kredit yang diperoleh debitur tanpa adanya cicilan, dimana dalam pelunasan kredit tersebut harus terdapat bunga pinjaman sesuai dengan kesepakatan. g. Dilihat dari segi sektor usaha, terdiri dari : 1. Kredit pertanian,
2. Kredit peternakan, 3. Kredit industri, 4. Kredit pertambangan, 5. Kredit pendidikan, 6. Kredit profesi, 7. Kredit perumahan, 8. dan sektor-sektor lainnya. Dalam penyaluran kredit, pihak perbankan dan pihak debitur harus menjalin hubungan baik agar segala proses yang akan dilaksanakan dapat berjalan lancar. Dalam hal inilah peran account officer diperlukan sebagai point of contract antar bank dengan pihak customer yang memelihara hubungan dengan nasabah dan wajib memonitor seluruh kegiatan nasaabah secara terus menerus.perbankan harus teliti dalam memberikan fasilitas kepada nasabah. Pertimbangan pemberian fasilitas kepada nasabah harus dipandang secara menyeluruh atas kebutuhannya, baik keperluan cash loan maupun non-cash loan dalam suatu periode tahunan. 4. Aspek Penilaian Kredit Ada beberapa aspek yang diperlukan perbankan sebagai bahan pertimbangan dalam penyaluran kredit,yaitu : a. Aspek yuridis, b. Aspek pemasaran,
c. Aspek manajemen dan organisasi, d. Aspek teknis, e. Aspek keuangan. Penelitian ini lebih berfokus pada penilaian aspek keuangan dengan menggunakan beberapa variabel berupa rasio keuangan yang diperkirakan berpengaruh terhadap penyaluran kredit, yaitu: 1) QR (Quick Ratio) Rasio ini hampir sama dengan Current Ratio, namun perbedaannya terletak pada jumlah aktiva lancar yang digunakan. Menurut Salam dan Wahyudi (2003 : 4.4), Quick ratio hanya mempertimbangkan asset yang mudah atau cepat menjadi uang kas untuk melihat kemampuan perusahaan melunasi kewajibannya. Pendapat ini juga senada dengan pendapat Veithzal dan Andria (2007 : 350) bahwa Quick ratio menunjukan berapa rupiah dari aktiva lancar yang segera dapat dicairkan untuk membiayai setiap rupiah utang jangka pendek tanpa menunggu pencairan persediaan. Rumusnya sebagai berikut. Quick Ratio = Cash+ Marketable sec.+ Acc.Receiv. X100% Total of Current Liabilities 2) NPM (Net Profit Margin) Rasio ini menunjukan persentase laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba
bersih adalah laba operasi bersih (ditambah) dikurangi (pendapatan) beban di luar operasi dikurangi dengan pajak penghasilan badan untuk periode tersebut. Semakin besar rasio ini, semakin besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban di luar operasi dan pajak penghasilan, yang sekaligus juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih. Rumusnya sebagai berikut.(kasmir:2008). Net Profit Margin = Earning after interest and tax X 100% Net Sales 3) DER (Debt to Equity Ratio) Rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi perusahaan, semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva.(kasmir:2008). Debt to Equity Ratio = Total debt X 100% Total equity
4) ROA (Return On Assets) Rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Semakin rendah rasio ini maka semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya.(kasmir:2008). Return on assets = X 100% 5. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Ada beberapa aspek yang diperlukan perbankan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian kredit pada debiyur yaitu dengan 5 of C dan studi kelayakan. Dengan 5 of C, yaitu: a) Character; analisis ini untuk mengetahui sifat atau watak calon nasabah. Watak dapat dilihat dari masa lalu nasabah melalui pengamatan, pengalaman, riwayat hidup, maupun hasil wawancara. b) Capacity; analisis yang digunakan untuk melihat kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Untuk menilai kemampuan nasabah dapat dinilai dari dokumen yang dimiliki, hasil konfirmasi dengan pihak yang memiliki kewenangan mengeluarkan surat tertentu (misalnya penghasilan seseorang), hasil wawancara atau melalui perhitungan rasio keuangan. c) Capital; untuk menilai modal yang dimiliki oleh nasabah untuk membiayai kredit. Hal ini penting karena bank tidak akan membiayai kredit tersebut
100%. Artinya harus ada modal dari nasabah. Tujuannya adalah jika nasabah juga ikut memiliki modal yang ditanamkan pada kegiatan tersebut, nasabah juga akan merasa memiliki sehingga termotivasi untuk bekerja sungguh-sungguh agar usaha tersebut berhasil, dan mampu membayar kewajiban kreditnya. d) Condition; yaitu kondisi umum saat ini dan yang akan datang tentunya. Kondisi yang akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat ini, apakah layak untuk membiayai kredit untuk sektor tertentu. e) Collateral; merupakan jaminan yang diberikan nasabah kepada bank dalam rangka pembiayaan kredit yang diajukannya. Jaminan ini digunakan sebagai alternatif terakhir bagi bank untuk berjaga-jaga kalau terjadi kemacetan terhadap kredit yang dibiayai. 6. Ratio keuangan 6.1. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Hasil rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.
6.2.Jenis-jenis Rasio Keuangan Secara umum rasio-rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis kelompok rasio keuangan yaitu likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas. 1) Rasio likuiditas; merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban/utang jangka pendek. Kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban/utang pada saat ditagih. Jenis-jenis rasio likuiditas adalah current ratio, quick ratio, cash ratio, inventory to net working capital, dan rasio perputaran kas. (Kasmir:2008). Dalam penelitian ini dipakai current ratio sebagai perwakilan ratio likuiditas. 2) Rasio aktivitas; merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunkaan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan, misalnya di bidang penjualan, persediaan, penagihan piutang dan bidang lainnya. Jenis-jenis rasio ini adalah accounts receivable turn over, days of accounts receivable, inventory turn over, days of inventory, working capital turn over, fixed assets turn over, dan assets turn over. (Kasmir:2008). 3) Rasio solvabilitas; merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban
utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Jenisjenis rasio ini adalah debt to assets ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, tangiable assets debt coverage, current liabilities to net worth, times interest earned, fixed charge coverage. (Kasmir:2008). Dalam penelitian ini dipakai debt to equity ratio sebagai perwakilan ratio sovabilitas. 4) Rasio profitabilitas; merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Jenis-jenis rasio ini adalah ratio profit margin, net profit margin, return on assets, return on equity. (Kasmir:2008). Dalam penelitian ini diambil dua ratio sebagai perwakilan yaitu net profit margin dan return on assets.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu sebelumnya. Penelitian yang dilaksanakan ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Friska Yuanaria (2007) Pengaruh Analisis Laporan Keuangan Debitur Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja (KMK) Jangka Pendek Pada PT. Bank SUMUT Cabang Pematang Siantar. CR, ITO, DER, PMR, ROI, dan pemberian KMK. CR secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit, ITO secara parsial berpengaruh terhadap pemberian kredit, DER secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit, PMR secara parsial berpengaruh terhadap pemberian kredit, ROI secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit. Yuniar Salehaty Br Sebayang (2006) Peranan Analisis Laporan Keuangan Debitur Dalam Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja Jangka Pendek Pada PT Bank LIPPO, Tbk Cabang Pemuda Medan Variabel independen : current ratio, inventory turn over, debt to equity ratio, profit margin ratio, return on investment. Variabel dependen : pemberian kredit modal kerja. Variabel CR, ITO, DER, PMR, ROI berpengaruh secara simultan terhadap pemberian KMK. Anna Safitri (2010) Pengaruh Debt to Total Assets Ratio, Quick Ratio, Net Propfit Margin, Return On Investment Debitur Terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Pada PT. BNI ( Persero) Tbk. Variabel independent : debt to total assets ratio, quick ratio, net profit margin, return on investment. Debt to total Assets secara parsial berpengaruh terhadap KMK. DTAR, QR, NPM, ROI berpengaruh secara simultan terhadap KMK
Martina Tri Astuti (2010) Sumber : Diolah oleh peneliti Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pemberian Kredit Pada PT Bank SUMUT Cabang Utama Medan Variabel independen : Current ratio, debt to equity ratio, account receivable turn over, net profit margin, return on assets Current ratio dan debt to equity ratio berpengaruh secara parsial terhadap KMK. CR, DER, ARTO, NPM, ROA berpengaruh secara simultan terhadap KMK C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Kerangka konseptual merupakan sintesis atau eksplorasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian secara merumuskan hipotesis. 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan yaitu Quick Ratio, Debt to Total Equity, Net Profit Margin, dan Return On Assets dan variabel terikat yang digunakan kredit modal kerja.
Quick Ratio (X 1 ) H 1 Kredit Debt to Equity Ratio (X 2 ) H 2 Modal Net Profit Margin (X 3 ) Return On Assets (X 4 ) H 3 H 4 Kerja (Y) Variabel Independen H 5 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Variabel Dependen Quick Ratio menunjukan likuiditas perusahaan yang diukur menggunakan unsur-unsur aktiva lancar yang likuid. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Veithzal dan Andria (2007 : 350) bahwa Quick ratio menunjukan berapa rupiah dari aktiva lancar yang segera dapat dicairkan untuk membiayai setiap rupiah utang jangka pendek tanpa menunggu pencairan persediaan. Penilaian rasio ini akan menambah keyakinan bank kepada calon debitur untuk pembayaran kembali kreditnya sehingga dapat memengaruhi penyaluran kredit oleh kreditur.
Net Profit Margin merupakan rasio profitabilitas calon debitur. Rasio ini digunakan oleh bank untuk memperoleh keyakinan bahwa calon debitur telah memenuhi salah satu aspek penilaian 5C s yaitu capacity, seperti yang dikemukakan Veithzal dan Andrea (2007 : 291) bahwa capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini untuk mengukur sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya. Oleh karena itu, rasio ini juga turut memengaruhi penyaluran kredit. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi perusahaan, semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Melalui rasio ini, bank dapat menilai salah satu aspek penilaian 5 of C yaitu capital yang dimiliki oleh calon debitur. Penilaian atas besarnya modal sendiri merupakan hal yang penting mengingat kredit bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan. Return on assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Kegunaan dari penilaian ini untuk
mengukur sejauh mana calon nasabah mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya. Melalui rasio ini, bank dapat memperoleh keyakinan bahwa calon debitur telah memenuhi salah satu aspek penilaian 5 of C yaitu capacity. Oleh karena itu, rasio ini juga turut mempengaruhi pemberian kredit. 2. Hipotesis Hipotesis merupakan proporsi keilmuan yang disimpulkan dari kerangka konseptual dan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti yang dapat diuji berdasarkan fakta empiris. Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan seperti di bawah ini. H 0 : Quick Ratio (QR), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap permohonan kredit modal kerja secara parsial dan simultan. H 1 :Quick Ratio (QR), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap permohonan kredit modal kerja secara parsial dan simultan.