PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

MONITORING PERGERAKAN FLUIDA PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY PADA LAPANGAN PANAS BUMI KAMOJANG

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

ANALISIS REDUKSI TOPOGRAFI DATA GAYABERAT DENGAN PENDEKATAN METODE LA FEHR DAN WHITMAN PADA PENENTUAN ANOMALI BOUGUER

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB II METODE PENELITIAN

KOREKSI-KOREKSI KONVERSI HARGA BACAAN KOREKSI PASANG SURUT KOREKSI DRIFT

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

Unnes Physics Journal

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

ANALISIS PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU PERIODE 2013

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

STUDI POTENSI ENERGI GEOTHERMAL BLAWAN- IJEN, JAWA TIMUR BERDASARKAN METODE GRAVITY

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

Analisis Perubahan Densitas Bawah Permukaan Berdasarkan Data Gaya Berat Mikro Antar Waktu, Studi Kasus Di Semarang

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Dengan Menggunakan Metode Gravity Di Desa Sumbermanjingwetan dan Desa Druju Malang Selatan

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE Muh Sarkowi

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Quantitative Interpretation of Gravity Anomaly Data in Geothermal Field Seulawah Agam, Aceh Besar

Pendugaan Struktur Patahan Dengan Metode Gayaberat

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan 2½ Dimensi di Kawasan Gunungapi Kelud Berdasarkan Survei Gravitasi

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI MARITAING, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Unnes Physics Journal

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

Geodesi Fisis. Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat. Isna Uswatun Khasanah

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DI DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. 23 Juli 2012 Lutfia P.I.A

ABSTRACT. Name : Lilik Eko Kurniawan Program : Physics Title : Subsurface Structure Identification by Gravity Method in Pincara Area, South Sulawesi

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT (GRAVITY)

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

ANALISIS ANOMALI GRAVITASI SEBAGAI ACUAN DALAM PENENTUAN STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAN POTENSI GEOTHERMAL

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Identifikasi struktur sesar daerah manifestasi panas bumi X di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur berdasarkan analisis Horizontal Gradient

PREDIKSI DISTRBUSI INTRUSI AIR LAUT MENGGUNAKAN METODE GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU STUDI KASUS DI SEMARANG UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN BAWAH PERMUKAAN GUNUNG MERAPI DAN MERBABU BERDASARKAN ANALISIS DATA GRAVITASI

Transkripsi:

Jurnal Dinamika, April 2018, halaman 1-9 P-ISSN: 2087-7889 E-ISSN: 2503-4863 Vol. 09. No.1 PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN Fitri Jusmi Program Studi Fisika, Fakultas Sains, Universitas Cokroaminoto Palopo Email: itting_djunaid@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan Anomali Bouguer Lengkap (ABL) dan topografi serta untuk menentukasn densitas Bouguer batuan daerah panas bumi Pamancalan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Jawa Barat menggunakan data anomali gravitasi yang diperoleh dari PSDG Bandung. Pengolahan data diawali dengan melakukan konversi ke skala milligal, koreksi tinggi alat, koreksi pasang surut dan koreksi drift untuk memperoleh nilai gravitasi pengamatan. Selanjutnya dilakukan koreksi gravitasi normal, koreksi udara bebas, koreksi topografi dan koreksi Bouguer untuk memperoleh medan gravitasi teoritis pada posisi titik amat sehingga diperoleh anomali medan gravitasi Bouger lengkap. Dalam penentuan densitas Bouguer batuan digunakan metode Parasnis dan diperoleh nilai densitas batuan sebesar 2,613 gr/cm 3. Kata Kunci: anomali Bouguer lengkap, topografi, densitas. LATAR BELAKANG Posisi geologis Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Eurasia, Hindia Australia, dan Pasifik. Lempeng-lempeng ini berperan dalam pembentukan gunung api sehingga wilayah Indonesia terutama bagian selatan banyak dilalui pegunungan yang masih aktif dan menjadikan Indonesia memiliki potensi panas bumi di sekitar gunung api tersebut. Energi panas bumi sendiri merupakan energi panas yang terbentuk di bawah permukaan bumi secara alami, dimana energi panas alami yang berasal dari bumi terjebak cukup dekat dengan permukaan dan dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan secara ekonomis (Edwards dkk, 1992). Panas di dalam permukaan dapat mempengaruhi karakteristik dari batuan yang berada di tempat tersebut, berubahnya karakteristik batuan menyebabkan berubahnya nilai densitas bawah permukaan yang menjadikan nilai gravitasi observasi terukur di permukaan juga berbeda (Fujimitsu dkk, 2000). Prinsip dari metode gravitasi adalah pencarian perbedaan kecil 1

Fitri Jusmi (2018) medan gravitasi akibat adanya perbedaan nilai rapat massa material pada bawah permukaan (Sebangkit, 2008). DASAR TEORI Medan gravitasi bumi adalah medan yang disebabkan oleh gaya tarik massa bumi, efek gaya sentrifugal akibat rotasi bumi dan bentuk bumi yang elipsoid. Teori metode medan gravitasi mengacu pada hukum Newton tentang medan gravitasi universal. Hukum ini menyatakan bahwa dua titik massa dan yang terpisah dengan jarak dari pusat massanya akan memiliki gaya tarik menarik sebanding dengan perkalian kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya (gambar 1). Gambar 1. Dua buah titik massa sejauh yang saling tarik menarik Grant dan West (1965) dalam bukunya merumuskan gaya gravitasi sebagai berikut: dengan dan merupakan titik massa (kg), gaya pada (N), arah vektor satuan dari menuju (jika > ), jarak antara dan (m), G konstanta gravitasi universal sebesar 6,672 x 10-11 (N m 2 /kg 2 ). 1. Koreksi Pasang Surut (Tidal) Secara teoritis bumi mengalami pasang surut akibat gaya tarik menarik benda-benda astronomis. Gaya tarik ini mengakibatkan naik turunnya elevasi permukaan bumi relatif terhadap datum geoid. Naik turunnya elevasi permukaan bumi ini mengakibatkan perubahan jarak pusat bumi atau jari-jari bumi di tempat pengukuran. Oleh karena itu untuk menghilangkan pengaruh gaya tarik bumi di tempat pengukuran akibat massa bulan dan matahari, data gravitasi dikoreksi terhadap pasang surut bumi. 2. Koreksi Apungan (Drift) Koreksi drift dilakukan untuk memperoleh bacaan yang teliti dengan menghilangkan pengaruh apungan dari alat gravitymeter akibat efek elastisitas pegas pada sensor unit, sehingga menyebabkan adanya selisih baca pada titik yang sama pada sistem 2

Pemetaan Anomali Bouguer Lengkap dan Topografi serta Penentuan Densitas Bouguer Batuan Daerah Panas Bumi Pamancalan pulang pergi (sistem looping). Koreksi apungan untuk satu loop adalah dengan, =Koreksi Drift pada titik pengamatan (station) A, =Waktu Pembacaan pada titik pengamatan (station) A =Waktu Pengukuran awal di Base Station =Waktu Pengukuran akhir di Base Station = Harga pembacaan (counter reading) pengukuran awal di Base Station = Harga pembacaan (counter reading) pengukuran akhir di Base Station a. Koreksi Gravitasi Normal Nilai medan gravitasi normal terletak pada bidang referensi sferoida (z=0) sebagai titik referensi geodesi. Rumusan medan gravitasi normal telah ditetapkan oleh The International Association of Geodesy (IAG) yang diberi nama Geodetic Reference System 1980 (GRS80) dan World Geodetic System 1984 (WGS 1984) sebagai fungsi lintang dengan menggunakan rumus g n ( x, y,0) 1984 dengan 2 1 0,00193185265241sin 978032,53359 mgal 2 1 0,00669437999014sin adalah sudut lintang. b. Koreksi Udara Bebas Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian sebesar h dengan mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik amat dengan speroid referensi. Koreksi udara bebas dinyatakan secara matematis dengan rumus Keterangan : h adalah beda ketinggian antara titik amat gravitasi dari sferoida referensi (dalam meter). c. Koreksi Bouguer Koreksi Bouguer merupakan koreksi yang dilakukan untuk menghilangkan perbedaan ketinggian (h) dengan tidak mengabaikan massa ( ) di bawahnya. Perbedaan ketinggian tersebut akan mengakibatkan adanya pengaruh massa di bawah permukaan yang mempengaruhi besarnya percepatan gravitasi di titik amat. Koreksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 3

Fitri Jusmi (2018) dimana, G adalah konstanta : 6.67 x 10-9 cgs unit adalah densitas batuan : 2.67 gr/cm 3 h adalah ketinggian antara titik amat gravitasi dengan suatu datum level tertentu. d. Koreksi Medan Koreksi medan digunakan untuk menghilangkan pengaruh efek massa dari topografi di sekitar titik observasi. Adanya ketidakteraturan topografi disekitar titik amat seperti bukit dan lembah akan mempengaruhi nilai dari pengukuran gravitasi di suatu titik pengamatan. Dengan memasukkan koreksi medan dan koreksi-koreksi lainnya yang sudah disebutkan sebelumnya, dihasilkan anomali Bouguer Lengkap, yang dapat dinyatakan dengan persamaan dengan merupakan koreksi Bouguer dan merupakan koreksi medan (terrain correction). METODE PENELITIAN Prosedur Pengolahan Data Prosedur pengolahan data pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Skala bacaan pada gravitimeter yang belum mempunyai satuan dikonversi ke nilai dalam satuan milligal (1 mgal = 10-5 m/s 2 ). 2. Nilai hasil konversi tersebut digunakan untuk mencari koreksi tinggi alat dalam satuan milligal dengan memasukkan nilai tinggi alat (m) dari data lapangan. 3. Koreksi pasang surut menggunakan program PASUT dan nilainya didapatkan pada waktu pengambilan data di lapangan dan koordinat daerah penelitian. 4. Koreksi Drift dilakukan untuk mengoreksi penyimpanan alat yang disebabkan oleh kelelahan alat dan faktor luar. Ketiga koreksi yang dilakukan pada pengolahan data awal tersebut menghasilkan nilai g obs mutlak di titik amat. 5. Pengolahan data lanjutan dilakukan untuk menyamakan posisi antara g obs dan g teoritis agar keduanya sama-sama berada di topografi (x,y,z), sehingga didapatkan nilai Anomali Bouguer Lengkap (ABL) di topografi. 4

Pemetaan Anomali Bouguer Lengkap dan Topografi serta Penentuan Densitas Bouguer Batuan Daerah Panas Bumi Pamancalan HASIL PENELITIAN 1. Topografi Panas Bumi Pamancalan Berdasarkan peta topografi (gambar (a) dan (b) nampak bahwa elevasi tinggi >400 mdpl berada di bagian utara hingga ke timur daerah penelitian sedangkan daerah dengan elevasi rendah <400 mdpl berada di bagian barat hingga ke selatan daerah penelitian. Gambar 2. Peta Topografi 2D (a) dan 3D (b) Daerah Panasbumi Pamancalan 2. Densitas Bouger Daerah Pamancalan Penentuan densitas batuan dapat diperoleh dengan analisis batuan dan metode Parasnis. Perolehan data densitas rata-rata batuan dilakukan dengan analisis 10 sampel batuan yang diperoleh di lapangan pada batuan segar yang mewakili litologi batuan daerah penelitian di laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG). Litologi daerah ini terdiri dari batuan vulkanik. Rata-rata densitas batuan vulkanik ini adalah 2,63 g/cm 3. Estimasi densitas dilakukan dengan menggunakan data gaya berat dengan metode Parasnis yang memperlihatkan sebaran data dari kurva ( ) vs untuk densitas 1 gr/cm 3. Regresi linear terhadap sebaran data (Gambar 3) memperlihatkan kemiringan garis regresi 2,613, dengan demikian nilai densitas batuan daerah panas bumi Pamancalan berdasarkan asumsi metode parasnis adalah sebesar 2,613 gr/cm 3. 5

Fitri Jusmi (2018) Dengan mempertimbangkan data densitas contoh batuan hasil pengukuran di laboratorium dan hasil estimasi parasnis, maka perhitungan anomali gravitasi dilakukan dengan menggunakan nilai densitas 2,63 gr/cm 3, hal ini dilakukan dengan asumsi batuan andesit tua merupakan batuan dasar di daerah penelitian. Gambar 3 Grafik Densitas Parasnis daerah Pamancalan 3. Anomali Bouguer Lengkap dan Anomali Udara Bebas Panasbumi Pamancalan Peta anomali Bouguer lengkap dan anomali udara bebas untuk panasbumi Pamancalan ditunjukkan pada gambar 4. Peta anomali udara bebas (gambar 4a) menunjukkan bahwa anomali negatif dengan nilai terdapat pada bagian utara, bagian timur laut dan bagian timur daerah penelitian. Sedangkan anomali positif berada pada bagian barat daya daerah penyelidikan. Peta anomali Bouger Lengkap (gambar 4b) menunjukkan trend kontur berarah baratlaut-tenggara dan adanya anomali rendah dan anomali tinggi yang terlihat dari adanya perbedaan nilai ABL dan warna kontur anomali. Nilai ABL terendah yaitu 122 mgal (ungu) dan tertinggi 168 mgal (merah). Nilai anomali rendah berada di bagian timurlaut, nilai kontur anomali cenderung semakin tinggi ke arah baratdaya. Terdapat juga klosur-klosur anomali di bagian tengah, bagian barat dan bagian utara. 6

Pemetaan Anomali Bouguer Lengkap dan Topografi serta Penentuan Densitas Bouguer Batuan Daerah Panas Bumi Pamancalan Anomali rendah terdapat di bagian timur laut dengan nilai kontur <152 mgal ditunjukkan dengan warna ungu, biru hingga hijau pada peta. Sedangkan anomali tinggi dengan nilai kontur >152 mgal ditunjukkan dengan warna kuning hingga merah pada peta. Gambar 4. Peta Anomali Udara Bebas (a) dan Anomali Bouguer Lengkap (b) Daerah Panasbumi Pamancalan PEMBAHASAN Berdasarkan peta geologi Lembar Leuwidamar dan geohidrologi daerah Pamancalan, daerah dengan elevasi tinggi yang ada pada peta di atas diduga merupakan zona resapan air/imbuhan (recharge) dengan sistem akuifer yang terbentuk melalui rekahan lava atau batuan vulkanik (produk G. Gede, G. Batu dan Pasir Reunggit) dan pada rekahan-rekahan lava seperti yang ditunjukkan pada bagian tubuh lava tua Bayah. Daerah dengan elevasi tinggi ini diperkirakan adalah daerah Pasir Walang, Pasir Suren, G.Cinutug, G.Hanjawar, G.Sopal, Cirotan, Warung Banten dan Cikotok. Daerah dengan elevasi rendah diduga merupakan zona keluaran/lepasan air (discharge). Daerah ini tersebar di bagian tengah sekitar daerah Seredang hingga ke selatan ke arah Bayah. Di bagian tengah terdapat mata air panas Pamancalan. Daerah ini juga merupakan DAS Ciliman dan Cimadur yang memanjang dari arah barat ke selatan. Ketinggian topografi akan mempengaruhi hasil pembacaan skala nilai gravitasi yang didapatkan. Secara umum, jika topografi semakin tinggi, maka dimungkinkan nilai bacaan g akan memiliki nilai yang rendah, 7

Fitri Jusmi (2018) begitu pula sebaliknya. Namun, terkadang bisa terjadi hal sebaliknya. Hal ini dimungkinkan karena percepatan gravitasi juga memiliki hubungan dengan massa (densitas dan volume). Setelah dilakukan pengolahan data gravitasi yaitu dengan melakukan koreksi-koreksi, maka diperoleh hasil akhir berupa anomali Bouger Lengkap (ABL) dengan satuan mgal. 1 mgal setara dengan 10-5 m/s 2, kesetaraan satuan tersebut menunjukkan bahwa ABL merupakan percepatan gravitasi bumi yang merefleksikan adanya perbedaan variasi densitas (ρ) di bawah permukaan bumi (kerak bumi) yang dipengaruhi oleh suatu massa. Variasi densitas tersebut disebabkan oleh material-material penyusun bumi yang heterogen dan keberadannya menyebar tidak merata, sehingga nilai ABL akan berada di setiap tempat. ABL akan bernilai positif jika massa di bawah permukaan mempunyai nilai densitas tinggi. Nilai densitas yang tinggi disebabkan oleh massa di bawah permukaan bumi yang lebih kompak dari lingkungannya, begitu pula sebaliknya. Tinggi rendahnya nilai ABL atau respon gravitasi yang dihasilkan, dipengaruhi oleh densitas, posisi dan volume dari massa penyebab anomali tersebut. Nilai ABL pada gambar 4a masih merupakan nilai gabungan antara anomali regional dan anomali lokal. Keberadaan anomali tinggi di permukaan, diduga menunjukkan adanya suatu massa atau batuan penyusun dengan densitas tinggi yang berada di sekitar batuan yang berdensitas rendah. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Daerah dengan elevasi tinggi sebagai zona resapan air/imbuhan (recharge) dengan sistem akuifer yang terbentuk melalui rekahan lava atau batuan vulkanik ini diperkirakan adalah daerah Pasir Walang, Pasir Suren, G.Cinutug, G.Hanjawar, G.Sopal, Cirotan, Warung Banten dan Cikotok. Daerah dengan elevasi rendah diduga merupakan zona keluaran/lepasan air (discharge). 2. Nilai densitas batuan daerah panas bumi Pamancalan berdasarkan asumsi metode parasnis adalah sebesar 2,613 gr/cm 3. 3. Nilai ABL terendah yaitu 122 mgal (ungu) dan tertinggi 168 mgal (merah). Nilai anomali rendah 8

Pemetaan Anomali Bouguer Lengkap dan Topografi serta Penentuan Densitas Bouguer Batuan Daerah Panas Bumi Pamancalan berada di bagian timurlaut, nilai kontur anomali cenderung semakin tinggi ke arah baratdaya. Terdapat juga klosur-klosur anomali di bagian tengah, bagian barat dan bagian utara. Anomali rendah terdapat di bagian timur laut dengan nilai kontur <152 mgal. SARAN Respon anomali Bouger lengkap pada penelitian ini tidak unik atau tidak spesifik, sehingga tidak mudah untuk diinterpretasi secara pasti. Untuk dapat diinterpretasi maka digunakan pemodelan untuk menterjemahkan data menjadi besaran yang menggambarkan distribusi sifat fisis bawah permukaan bumi yang didukung oleh informasi geologi. Sifat fisis yang dikaji dalam penelitian ini berupa densitas batuan. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membuat pemodelan baik 3D ataupun 2D. DAFTAR PUSTAKA Edwards, L.M., G.V. Chilingar, H.H. Rieke III and W.H. Fertl., 1992, Handbook of Geothermal Energy. Gulf Publishing Company. Fujimitsu, Y., J. Nishijima, N. Shimosako, S. Ehara and K. Ikeda. 2000. Reservoir Monitoring by Repeat Gravity Measurements at The Takigami Geothermal Field, Central Kyushu, Japan. Journal of Procceding World Geothermal Congress, Kyushu-Tohoku, Japan. Grant, F.S. and West, G.F., 1965, Interpretation Theory in Applied Geophysics, McGraw-Hill, Inc. Parasnis, D.S., 1979, Principles of Applied Geophysics, Chapman and Hall, p.59-96. Sebangkit, Tugas Tribagus. 2008. Aplikasi Gaya Berat Mikro 4d Untuk Pemantauan Aliran Fluida Pada Lapangan Panas Bumi Kamojang, Skripsi Jurusan Teknik Geofisika. ITB. Bandung. Sudjatmiko dan Santosa, 1992, Peta Geologi Regional Lembar Leuwidamar, Pulau Jawa, Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E. dan Keys.D.A., 1990, Applied Geophysics, Cambridge University Press.New York. Van Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of Indonesia. Vol 1A. The Hague. Netherlands. 9