BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis RSUP Dr. Kariadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP. Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik. Diikuti prospektif. Perawatan terbuka (Kontrol)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua di dunia yang sampai saat

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada saat yang bersamaan dalam satu waktu (Notoatmojo, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di. RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN. yang telah dirancang (Sugiyono, 2009). Sedangkan rancangan penelitian ini

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014.

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu

METODE PENELITIAN. cross sectional, dimana variabel bebas yaitu perilaku makan pagi (sarapan)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional analitik komparatif kategorik

III. METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang. Moeloek Provinsi Lampung periode Agustus 2012 Juli 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan

Transkripsi:

16 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori Patogenesis Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi c. central softening d. collar stud abses e. sinus tract formation Etiologi Mycobacterium tuberculosis Limfadenitis TB Diagnosis Inhalasi MTB makrofag replikasi giant cell tuberkel kalsifikasi pecah migrasi KGB Tatalaksana 2RHZE/4RH Pem. sitologi Tes Tuberkulin Xpert MTB/RIF Pem. mikrobiologi Sistem skoring Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian. 7,12,13,27

17 3.2. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dibahas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : V. independen V. dependen Tes Tuberkulin Limfadenitis TB Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian. 3.3. Hipotesis Ada hubungan antara tes Tuberkulin dengan pasien limfadenitis TB anak di RSUP HAM Medan periode 2012-2015.

18 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional karena pengukuran hanya dilakukan satu kali dan tanpa disertai follow up. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 6 bulan yang dimulai sejak bulan April 2016 hingga November 2016.Waktu pengambilan data direncanakan berlangsung dari bulan Agustus sampai Oktober 2016. 4.2.2. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP HAM Medan. 4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pembesaran KGB anak di RSUP HAM Medan dari tanggal 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2015. 4.3.2. Sampel Metode sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode total sampling yaitu seluruh pasien pembesaran KGB anak di RSUP HAM Medan dalam kurun waktu 1 Januari 2012 31 Desember 2015. Selain itu, sampel yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak masuk dalam kriteria eksklusi selama berlangsungnya penelitian. Kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel ini adalah: 1. Kriteria inklusi a. Berusia antara 0-19 tahun.

19 b. Melakukan tes Tuberkulin. c. Melakukan pemeriksaan sitologi. d. Semua pasien anak yang menderita pembesaran KGB. 2. Kriteria eksklusi a. Data rekam medis yang tidak lengkap. 4.4. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis di RSUP HAM Medan dalam kurun waktu 1 Januari 2012 31 Desember 2015. 4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut: 1. Editing, untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. 2. Coding, memberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer. 3. Entry, memasukkan data ke dalam program komputer. 4. Cleaning data, memeriksa data yang telah dimasukkan ke dalam komputer agar dapat menghindari terjadinya kesalahan pemasukan data. 5. Saving, penyimpanan data. 6. Analisis data. 4.5.2. Analisis data Data kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistik dan disajikan dalam bentuk tabel 2x2 dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara tes Tuberkulin dengan Limfadenitis TB pada pasien anak dan menghitung nilai diagnostik tes Tuberkulin. Analisis data yang dimaksud adalah analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Pada analisis bivariat digunakan Fisher s Exact test karena jumlah sampel sedikit dan terdapat nilai expected kurang dari 5. 29 Bivariat yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut:

20 a. Variabel dependen berupa kejadian Limfadenitis TB (nominal) b. Variabel independen berupa hasil tes Tuberkulin (nominal) 4.6. Definisi Operasional a. Tes Tuberkulin 1. Definisi : Tes yang digunakan untuk melihat reaksi hipersensitivitas terhadap MTB dan kemudian diukur besarnya indurasi. 2. Cara ukur : Observasi 3. Alat ukur : Rekam medis 4. Hasil ukur : -Tes Tuberkulin positif apabila kriterianya sesuai dengan Tabel 2.1. -Tes Tuberkulin negatif apabila kriterianya tidak sesuai dengan Tabel 2.1. 5. Skala ukur : Nominal b. Limfadenitis Tuberkulosis 1. Definisi : Inflamasi KGB yang disebabkan oleh bakteri MTB. 2. Cara ukur : Observasi 3. Alat ukur : Rekam medis 4. Hasil ukur : -Limfadenitis Tuberkulosis positif apabila pada pemeriksaan sitologi ditemukan adanya nekrosis kaseosa, sel epiteloid, dan atau sel giant tipe Langhan. -Limfadenitis Tuberkulosis negatif apabila pada pemeriksaan sitologi tidak ditemukan adanya nekrosis kaseosa dan sel epiteloid. 5. Skala ukur : Nominal

21 Tabel 4.1. Definisi operasional No Variabel Definisi Operasional Tes yang Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Tes Tuberkulin digunakan untuk melihat reaksi hipersensitivitas Observasi Rekam medis Positif Negatif Nominal terhadap MTB. 2. Limfadenitis Tuberkulosis Inflamasi KGB yang disebabkan oleh bakteri MTB Observasi Rekam medis Positif Negatif Nominal 4.7. Alur Penelitian Menentukan sampel Pengambilan data rekam medis Identifkasi karakteristik Usia Jenis Kelamin Hasil tes Tuberkulin Tahun Kunjungan Uji statistik Gambar 4.1. Alur Penelitian

22 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP HAM Medan di bagian Instalasi Rekam Medis. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah yang masuk dalam kategori rumah sakit kelas A. RSUP HAM Medan juga merupakan jenis rumah sakit pendidikan sehingga peneliti dapat melakukan penelitian di rumah sakit ini. 5.1.2. Deskripsi Data Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengambil data sekunder, yaitu data yang dikategorikan dalam kasus pembesaran KGB anak-anak (0-19 tahun) dari 2012 sampai 2015. Jumlah kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 27 kasus dan kasus yang termasuk limfadenitis TB berjumlah 22 kasus. Data yang diambil berupa usia, jenis kelamin, tahun kunjungan, dan hasil tes Tuberkulin. 5.1.3. Distribusi kejadian limfadenitis TB berdasarkan rentang usia rentang usia. Berikut adalah persentase frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan Tabel 5.1. Frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan rentang usia Limfadenitis TB Usia Positif Negatif N % N % 0-4 tahun 7 31,8 1 20 5-9 tahun 4 18,2 4 80 10-14 tahun 10 45,5 0 0 15-19 tahun 1 4,5 0 0 Total 22 100 5 100

23 Berdasarkan tabel 5.1., dari 22 pasien yang didiagnosis dengan limfadenitis TB, frekuensi terbanyak berada pada rentang usia 10-14 tahun yaitu 10 orang (45,5%), diikuti dengan rentang usia 0-4 tahun yaitu 7 orang (31,8%), rentang usia 5-9 tahun yaitu 4 orang (18,2%), dan rentang usia 15-19 tahun yaitu 1 orang (4,5%). Dari 5 pasien yang didiagnosis dengan pembesaran KGB lainnya, didapatkan frekuensi terbanyak pada rentang usia 5-9 tahun yaitu 4 orang (80%), diikuti dengan rentang usia 0-4 tahun yaitu 1 orang (20%). Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya pasien pada rentang usia 10-14 tahun dan 15-19 tahun. 5.1.4. Distribusi kejadian limfadenitis TB berdasarkan jenis kelamin jenis kelamin. Berikut adalah persentase frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan Tabel 5.2. Frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan jenis kelamin Limfadenitis TB Jenis Kelamin Positif Negatif N % N % Laki-laki 11 50 4 80 Perempuan 11 50 1 20 Total 22 100 5 100 Berdasarkan tabel 5.2., dari 22 pasien yang didiagnosis dengan limfadenitis TB, perbandingan jumlah pasien laki-laki dan perempuan adalah sama. Pasien laki-laki dan perempuan masing-masing berjumlah 11 orang. Dari 5 pasien yang didiagnosis dengan pembesaran KGB lainnya, 4 orang (80%) adalah laki-laki dan 1 orang (20%) adalah perempuan. 5.1.5. Distribusi kejadian limfadenitis TB berdasarkan tahun kunjungan Berikut adalah persentase frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan tahun kunjungan.

24 Tabel 5.3. Frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan tahun kunjungan Limfadenitis TB Tahun Positif Negatif Kunjungan N % N % 2012 2 9,1 0 0 2013 8 36,3 2 40 2014 11 50 2 40 2015 1 4,6 1 20 Total 22 100 5 100 Berdasarkan Tabel 5.3., dari 22 pasien yang didiagnosis dengan limfadenitis TB, kasus terbanyak terjadi pada tahun 2014 yaitu 11 orang (50%), diikuti dengan tahun 2013 yaitu 8 orang (36,3%), tahun 2012 yaitu 2 orang (9,1%) dan selanjutnya tahun 2015 yaitu 1 orang (4,6%). Dari 5 pasien yang didiagnosis dengan pembesaran KGB lainnya, kasus terbanyak terjadi pada tahun 2013 dan 2014 yaitu 2 orang (40%), tahun 2015 berjumlah 1 orang (20%) dan tidak ditemukan sampel pada tahun 2012. 5.1.6. Distribusi kejadian limfadenitis TB berdasarkan hasil tes Tuberkulin Berikut adalah persentase frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan hasil tes Tuberkulin. Tabel 5.4.Frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan hasil tes Tuberkulin Limfadenitis TB Tes Positif Negatif Tuberkulin N % N % Positif 9 40,9 0 0 Negatif 13 59,1 5 100 Total 22 100 5 100

25 Berdasarkan Tabel 5.4., dari 22 pasien yang didiagnosis limfadenitis TB dengan pemeriksaan sitologi, 9 orang menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang positif (40,9%) dan 13 orang menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang negatif (59,1%). Dari 5 pasien yang didiagnosis dengan pembesaran KGB lainnya, semua pasien menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang negatif (100%). 5.1.7. Hasil analisis data Berikut adalah hasil analisis hubungan tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB. Tabel 5.5. Hubungan tes Tuberkulin dengan kejadian limfadenitis TB Limfadenitis TB Tes Tuberkulin Total p-value Positif Negatif Positif 9(a) 0(b) 9(a+b) Negatif 13(c) 5(d) 18(c+d) Total 22(a+c) 5(b+d) 27(a+b+c+d) 0,136 Tabel 5.5. menunjukkan bahwa hasil perhitungan antara hubungan tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB yang diperoleh dari Fisher s exact test menghasilkan p-value 0,136 (p>0,05). Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB anak. Perhitungan sensitivitas, spesifisitas, Positive Predicted Value (PPV), Negative Predicted Value (NPV), Positive Likelihood Ratio (LR+), Negative Likelihood Ratio (LR-), dan prevalens adalah sebagai berikut. Sensitivitas = Spesifisitas = LR+ = LR- = A = 9 = 40,9% PPV = A = 9 = 100% A+C 9+13 A+B 9+0 D = 5 D = 100% NPV = = 5 = 27,8% B+D 0+5 C+D 13+5 A : B = 9 : 0 A+C B+D 9+13 0+5 C : D = 13 : 5 = 0,591 A+C B+D 9+13 0+5 = Prevalens = A+C Total = 22 27 = 81,5%

26 5.2. Pembahasan Berdasarkan frekuensi kejadian limfadenitis TB terhadap usia, frekuensi terbanyak penderita limfadenitis TB adalah kelompok usia 10-14 tahun dengan jumlah pasien 11 orang (45,5%) dan diikuti dengan kelompok usia 0-4 tahun yaitu 7 orang (31,8%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Coetzee di Afrika Selatan dimana pasien limfadenitis TB paling banyak dijumpai pada usia 0-4 tahun yaitu 54 orang (75%) 11. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena penduduk Afrika Selatan mempunyai angka kejadian Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang tergolong tinggi, sehingga bayi yang baru lahir memiliki tingkat imunitas yang lebih rendah. Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam penyakit limfadenitis TB. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Vijayasekaran di India dengan jumlah sampel 62 orang penderita limfadenitis TB. Hasil penelitiannya mengungkapkan jumlah pasien laki-laki adalah 33 orang (53,2%) dan jumlah pasien perempuan adalah 29 orang (46,8%). 30 Penelitian ini juga tidak sejalan dengan laporan WHO dimana perbandingan antara penderita laki-laki dan perempuan pada kasus TB yang ditemukan adalah 7:5. 1 Dari pembahasan yang telah dijabarkan, diketahui bahwa hubungan antara perbedaan jenis kelamin ini masih belum jelas dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan tabel 5.4., dari 22 pasien yang didiagnosis limfadenitis TB, 13 orang (59,1%) menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang negatif dan 9 orang (40,9%) menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang positif. Hasil ini sesuai dengan penelitian Henny Mulyani di Universitas Andalas, Padang dimana dari 26 orang yang didiagnosis limfadenitis TB dengan pemeriksaan sitologi, tes Tuberkulin menunjukkan hasil positif pada 8 orang (30,8%) sedangkan 18 pasien (69,2%) menunjukkan hasil negatif. Hasil tes negatif tersebut bukan berarti tidak terjadi infeksi MTB karena terdapat beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi hasil tes Tuberkulin, contohnya pada pasien imunosupresif, status gizi atau adanya kesalahan dalam melakukan tes Tuberkulin. 31

27 Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak ada hubungan antara tes Tuberkulin dengan kejadian limfadenitis TB anak di RSUP HAM Medan dengan p-value = 0,136 (p>0,05). Nilai sensitivitas dan spesifisitas tes Tuberkulin dalam mendiagnosis limfadenitis TB adalah 40,9% dan 100%. Tidak ada penelitian sebelumnya yang dapat mendukung hasil ini. Pada saat melakukan penelitian ini, peneliti mendapati beberapa kendala. Salah satunya adalah isi rekam medis RSUP HAM Medan yang kurang lengkap. Ada juga beberapa pasien yang tidak kembali untuk membaca tes Tuberkulinnya. Jumlah sampel yang didapatkan masih belum cukup untuk membuktikan adanya hubungan tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB anak.

28 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB anak di RSUP HAM Medan Tahun 2012-2015 (p=0,136). 2. Kejadian limfadenitis TB pada anak di RSUP HAM Medan paling banyak ditemukan pada rentang usia 10-14 tahun. 3. Kejadian limfadenitis TB pada anak di RSUP HAM Medan mempunyai frekuensi distribusi yang sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. 4. Kejadian limfadenitis TB pada anak di RSUP HAM Medan paling sering ditemukan pada tahun 2014. 5. Kejadian limfadenitis TB pada anak di RSUP HAM Medan lebih banyak menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang negatif. 6. Nilai sensitivitas dan spesifisitas tes Tuberkulin dalam mendiagnosis limfadenitis TB adalah 40,9% dan 100%. 7. Nilai LR+ dan LR- tes Tuberkulin dalam mendiagnosis limfadenitis TB adalah dan 0,591. 8. Nilai PPV dan NPV tes Tuberkulin dalam mendiagnosis limfadenitis TB adalah 100% dan 27,8%. 9. Nilai prevalens penyakit limfadenitis TB di RSUP HAM Medan adalah 81,5%. 6.2. Saran Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini, yaitu :

29 1. Bagi tenaga kesehatan, agar mempertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes Tuberkulin, misalnya cara pemberian tes Tuberkulin yang benar, riwayat vaksinasi BCG, status gizi dan riwayat pemaparan terhadap bakteri MTB. 2. Penelitian serupa perlu dilakukan dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak untuk mendapatkan hubungan antara tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB anak. 3. Bagi RSUP HAM Medan, khusunya instalasi rekam medis untuk lebih memperhatikan kelengkapan data rekam medis.