Perfect Romance
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Perfect Romance Indah Hanaco Penerbit PT Elex Media Komputindo
Perfect Romance Copyright 2017 Indah Hanaco Editor: Afrianty P. Pardede Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Diterbitkan pertama kali tahun 2017 oleh PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 717031218 ISBN: 978-602-04-3391-2 Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan
Prolog Tauraaaa... Suara melengking yang cuma bisa dimiliki oleh Salindri Ishmael menembus telinga Taura dengan ganas. Pria itu menarik bantal dan menutup telinganya, bersiap melanjutkan tidur. Namun suara gedoran di pintu yang luar biasa kencang mengurungkan niatnya. Taura menggeram saat memaksa matanya membuka dan melihat jam dinding baru menunjukkan angka 05.25 WIB. Tadi malam dia baru pulang menjelang pukul setengah dua. Taura, bangun! Bahkan kini sang ayah yang biasanya tidak suka mencampuri urusan putra-putranya pun turun tangan. Taura kini tahu bahwa dia benar-benar sudah kehilangan kesempatan untuk tidur nyenyak. Menyingkirkan selimut dengan asal-asalan, Taura me maksa kan diri duduk di ranjang. Matanya terasa sangat lengket namun dia tahu keributan ini tidak akan reda sebelum dia membuka pintu. Pria yang nyaris memasuki usia tiga puluh itu akhirnya menyeret langkah menuju pintu. Dia hanya menge nakan celana pendek dan kaus longgar.
Ada apa, Ma? katanya dengan nada kesal yang samar. Taura, apa sih yang ada di benakmu sampai tega melaku kan ini? suara ibunya meninggi. Taura menyipitkan mata melihat wajah Salindri yang memerah karena marah. Ayahnya pun tampak menahan geram meski sedang berusaha mene nang kan istrinya yang belakangan malah menangis. Pa, ada apa, sih? Taura kebingungan. Dia benar-benar tidak merasa melakukan sesuatu yang bisa membuat seisi rumah menjadi begini emosi. Suasana yang gaduh membuat Vincent keluar dari kamarnya, tepat di seberang kamar Taura. Pandangan penuh tanya milik Vincent hanya dibalas dengan gelengan lemah dari sang adik. Kamu... jari Salindri menuding ke arah Taura dengan gemetar.... kamu selalu tahu bagaimana caranya... menyakiti orangtua. Air mata kian deras membanjiri pipinya. Julian berusaha keras menopang tubuh istrinya agar tetap stabil. Vincent pun bergerak cepat membantu sang ibu. Pa... Taura tidak berdaya. Dia tidak punya bayangan sama sekali apa yang membuat ibunya begitu murka. Kita kedatangan tamu istimewa pagi ini. Sepertinya kali ini kamu sudah tidak bisa mengelak dari tanggung jawab lagi, kata Julian tajam. Taura merasa kepalanya kian berdenyut. Teriakan dan tangisan ibunya saja sudah membuatnya sesak napas, lalu ditambah kalimat sang ayah barusan. Seumur hidup, Taura belum pernah berhadapan dengan drama seheboh ini untuk mengawali pagi. Tanggung jawab apa? Vincent tidak bisa menahan diri untuk bertanya. Pria itu memberi isyarat dengan tangan, menghalau beberapa asisten rumah tangga yang sejak tadi menatap sang nyonya rumah dengan cemas. 2
Julian menatap tajam pada Taura sambil berkata, Seseorang mengantarkan bayi di pos satpam. Meninggalkan... bayi itu begitu saja dengan sepucuk surat yang isinya... Taura menahan napas dengan wajah berubah pias. Jangan bilang kalau ada perempuan yang mengaku baru melahirkan anakku! bantahnya kasar. Itu pasti ulah perempuan gila yang terinsipirasi dari sinetron yang ditontonnya. Lihat kan, Pa! Mama sudah bilang kalau dia tidak akan mau mengaku! Salindri kembali histeris. Vincent menatap adiknya dengan penuh rasa ingin tahu sekaligus penasaran. Taura...! Taura malah melotot ke arah kakaknya. Jangan bilang kalau Kakak juga percaya lelucon bodoh ini! Aku mungkin sudah berganti pacar entah berapa kali, tapi aku bukan orang bodoh yang tidak berpikir sebelum bertindak! Kalaupun memang ada perempuan yang hamil karena ulahku, aku pasti akan bertanggung jawab, tandasnya marah. Tapi kamu memang sudah berkali-kali melakukan hal bodoh! Mama tidak heran kalau kamu... Ma... Taura menelan ludah dengan susah payah. Aku tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu. Aku juga masih tahu batas dan rambu-rambu meski aku bukan manusia saleh. Salindri memegang kepalanya dengan suara tangis yang kian kencang. Julian dan Vincent membawa perempuan itu ke sofa terdekat dan membaringkannya di sana. Terlihat jelas kalau Salindri sangat terpukul. Taura sendiri merasa sangat marah untuk banyak alasan. Pertama, dia dibangunkan dengan cara yang menurutnya sangat brutal. Kedua, disuguhi kemarahan dan air mata begitu 3
membuka pintu kamar. Ketiga, dituding melakukan sesuatu yang begitu nista. Menghamili seorang perempuan dan meninggal kan begitu saja hingga perempuan itu melahirkan bayinya? Dalam fiksi paling gila sekalipun Taura tidak akan melakukan hal itu. Siapa perempuan itu, Pa? tanya Taura gemas. Dia sangat ingin tahu siapa perempuan yang sudah nekat membuat tuduhan palsu dan membawa entah bayi siapa ke rumahnya. Mem buat seisi rumah dilanda gempa mahadahsyat yang tidak akan terlupa seumur hidup. Apa kamu tidak mendengarkan dengan baik? Bayi itu ditinggalkan di pos satpam. Artinya, tidak ada perempuan yang bisa ditanyai saat ini. Ibunya langsung pergi meninggalkan satpam yang kebingungan dengan bayi di gendongannya, tukas Julian masih dengan nada tajamnya. Taura mendadak merasakan tubuhnya lemas. Jadi, ada perempuan gila yang meninggalkan seorang bayi di sini? Bayi yang katanya darah dagingku? Taura nyaris berteriak kini. Pria yang sehari-harinya santai dan selalu bersikap tenang itu, tidak bisa menahan kegeraman yang meninju kepalanya seketika. Julian mengangsurkan selembar kertas yang terlipat. Vincent bergeser ke arah Taura, penuh ingin tahu. Berdua mereka membaca kalimat yang tertulis di kertas putih itu. Taura Sayang, Ini bayimu, umurnya baru satu bulan, aku bahkan belum sempat mengimunisasinya. Namanya Malena. Aku tahu kamu tidak mau melihatnya hadir di dunia ini. Tapi aku tidak mampu membunuh darah dagingku sendiri. Untuk 4
sementara, aku minta bantuanmu mengasuh Malena. Karena ada banyak hal yang harus kulakukan demi masa depanku. Jika keadaanku sudah memungkinkan, aku akan menjemputnya. Tolong sayangi Malena, ya. 5 Agnez Alamsyah Vincent mengangkat wajah dan menatap Taura penuh selidik. Bukankah kamu dulu pernah memperkenalkanku dengan perempuan bernama Agnez? Rahang Taura bergerak-gerak. Terlihat jelas kalau dia sedang berusaha keras meredakan emosi yang membuat ke palanya panas. Tangan kanannya meremas kertas itu hingga kusut. Aku memang pernah pacaran dengan Agnez. Matanya mengerjap. Tapi coba Kakak hitung lagi! Aku memperkenalkan kalian sekitar... hmmm... dua tahun lalu. Dan satu atau dua bulan kemudian kami putus. Jadi, bagaimana bisa dia mengaku kalau aku ayah bayinya yang umurnya baru satu bulan? Taura mati-matian mencegah dirinya tidak meninju dinding atau melempar sesuatu untuk mengurangi rasa marah yang menyesakkan dadanya. Salindri terlihat sudah agak pulih. Air matanya sudah tidak mengucur lagi, sikapnya pun sudah lebih tenang. Julian mem bantu istrinya untuk duduk di sofa. Sementara Vincent buru-buru mengambil tempat kosong di sebelah Salindri. Tangannya mengelus lengan sang bunda dengan lembut. Semen tara Taura berdiri di depan ketiganya dengan wajah merah. Bagaimana dia bisa menuduhmu kalau bayi itu memang bukan anakmu? tanya Julian tidak mengerti. Suaranya sudah normal lagi. Ketenangannya pun mulai pulih seperti biasa.