1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari laman Kompas.com yang berjudul Tarik Ulur Revisi UU KPK, dari Era SBY hingga Jokowi diuraikan bahwa usulan Revisi UU KPK pertama kali diwacanakan oleh salah satu anggota Komisi III DPR, politisi Demokrat, Benny K. Harman pada bulan Oktober tahun 2010. Selanjutnya, dengan adanya berbagai alasan pembahasan draf revisi UU KPK pada bulan Oktober tahun 2012 tidak dilanjutkan. Pada tanggal 23 Juni 2015, Revisi UU KPK mulai dibahas kembali dan masuk ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2011. Berbagai tanggapan mulai bermunculan terkait rencana revisi UU KPK sehingga pada 13 Oktober 2015, pemerintah dan DPR sepakat menunda pembahasan tersebut. Namun, pada tanggal 27 November 2015, rencana revisi UU KPK berlanjut meskipun pada akhirnya harus tertunda kembali. Selanjutnya, pada tanggal 26 Januari 2016 rencana revisi UU KPK telah disetujui masuk dalam Prolegnas 2016. Pada awal Februari revisi UU KPK mulai dibahas. Pembahasan tersebut merencanakan empat poin perubahan pada undang-undang. Karena masih menuai banyak pro dan kontra maka pada 22 Februari 2016 rencana pembahasan revisi UU KPK kembali ditunda. 1
2 Sehari menjelang paripurna yang dijadwalkan untuk ketiga kalinya pada Selasa (23/2/2016), pimpinan DPR kembali melakukan rapat konsultasi dengan Presiden. Pertemuan tersebut sepakat untuk kembali menunda revisi UU KPK. Kali ini, tak ada substansi revisi yang diubah. (Kompas.com, 23 Februari 2016) Terkait rencana revisi UU KPK, banyak media massa baik cetak maupun elektronik memberitakan kabar tersebut. Pemberitaan tersebut melahirkan wacana-wacana yang berbeda. Melalui wacana tersebut beragam jenis berita mulai bermunculan sebagai respon terhadap kembali dibahasnya rencana revisi UU KPK. Menurut Mappau (2010:47), Berita merupakan rekonstruksi tertulis dari sebuah fakta. Rekonstruksi yang ditulis penulis berita dengan menggunakan media bahasa. Dalam sebuah media, khususnya media cetak seperti surat kabar, pihak redaksi memberikan ruang berpendapat kepada masyarakat maupun kepada redaktur media itu sendiri. Melalui ruang tersebut berbagai kalangan berhak mengutarakan gagasan yang sedang hangat diperbincangkan. Gagasan tersebut biasanya dituangkan ke dalam satu halaman khusus yang berisi opini dari redaksi media itu sendiri. Satu halaman khusus tersebut biasanya disebut sebagai ruang tajuk rencana atau editorial pada beberapa media cetak. Penulis tajuk rencana haruslah orang yang mengerti, menjiwai visi dan misi surat kabar yang bersangkutan. Penulis tajuk rencana adalah wartawan senior yang sudah berpengalaman mengikuti perjuangan menghadapi tantangan dalam menumbuhkembangkan surat kabar tersebut. Djuroto dalam Manajemen Penerbitan Pers menyebutkan bahwa tajuk rencana atau editorial hadir sebagai
3 buah pemikiran dari penerbit terkait isu atau peristiwa yang sedang hangat diperbincangkan (2002:77). Cara penyampaian tajuk rencana adalah dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Bahasa yang digunakan dalam tajuk rencana tentu mengandung maksud tersembunyi. Bahasa yang digunakan setiap media memiliki perbedaan terkait dengan cara penyampaian gagasannya. Begitu juga yang dilakukan surat kabar Kompas dan Suara Merdeka terkait pembahasan rencana revisi UU KPK. Kedua media tersebut sama-sama memberikan gagasan melalui ruang tajuk rencana sebagai bentuk wacana yang hendak disampaikan, tetapi cara penyampaian mereka berbeda. Ada banyak hal yang melatari terbentuknya sebuah wacana. Eriyanto menerangkan bahwa sebuah wacana juga merupakan bentuk ekspresi ideologi. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu (2012:13). Selanjutnya Eriyanto menjelaskan: Aspek ideologi dapat diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai. Ideologi dalam taraf umum menunjukkan bagaimana satu kelompok berusaha memenangkan dukungan publik, dan bagaimana kelompok lain berusaha memarginalkan lewat pemakaian bahasa dan struktur gramatika tertentu. Dan bahasa adalah suatu sistem kategorisasi di mana kosakata tertentu dapat dipilih yang akan menyebabkan makna tertentu. (2012:15). Bahasa yang digunakan dalam tajuk rencana termasuk dalam sebuah usaha media untuk menunjukkan ideologi ke publik. Darma (2014:100) juga menyebut Bahasa dapat juga digunakan untuk menganalisis teks. Selain pada teks juga pada konteks bahasa sebagai alat yang dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu termasuk praktik ideologi. Berdasarkan pernyataan Darma mengenai bahasa
4 yang dapat digunakan untuk menganalisis teks, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa berkaitan dan termasuk ke dalam wacana. Wacana tersebut dapat dilihat lebih mendalam dengan menggunakan wacana kritis untuk mengetahui ideologi dari setiap media massa. Pada analisis wacana kritis, sebuah teks (wacana) tidak dipahami sematamata sebagai kajian bahasa. Bahasa dipergunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk dalam praktik kekuasaan. Diungkapkan oleh Norman Fairclough (1995:7) [...] discourse is use of language seen as a form of social practice, and discourse analysis is analysis of how texts work within sociocultural practice. penggunaan bahasa dalam wacana dipandang sebagai bentuk praktik sosial, dan analisis wacana adalah analisis tentang bagaimana teks bekerja dalam praktik sosial budaya. Lebih lanjut Eriyanto menjelaskan pendapat Fairclough sebagai berikut: Fairclough berusaha membangun suatu model analisis wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya, sehingga ia mengkombinasikan tradisi analisis tekstual yang selalu melihat bahasa dalam ruang tertutup dengan konteks masyarakat yang lebih luas. Titik perhatian besar dari Fairclough adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Untuk melihat bagaimana pemakai bahasa membawa nilai ideologis tertentu dibutuhkan analisis yang menyeluruh (Eriyanto, 2012:285). Selanjutnya, untuk melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan, analisis wacana menurut Fairclough dibagi menjadi tiga dimensi: text, discourse practice, dan sociocultural practice. Dalam penelitian ini, analisis akan dilakukan pada dimensi teks. Hal tersebut dikarenakan teks dianalisis secara linguistik dengan melihat kosakata, tata kalimat, dan semantik. Selain itu, koherensi dan kohesivitas termasuk ke dalam pembahasan. Hal itu berarti bagaimana antarkata atau antarkalimat digabung sehingga membentuk pengertian. (Eriyanto, 2012:286)
5 Elemen yang dianalisis tersebut digunakan untuk melihat tiga masalah yang diungkapkan oleh Fairclough, salah satunya mengenai ideasional yang merujuk pada representasi tertentu yang ingin ditampilkan dalam teks. Pada dasarnya analisis tersebut ingin melihat bagaimana sesuatu ditampilkan dalam teks yang bisa membawa muatan ideologis tertentu. Hal tersebut berkaitan dengan tujuan dilakukannya penelitian ini. Melalui bahasa yang digunakan akan diketahui representasi wacana rencana revisi UU KPK pada rubrik tajuk rencana dalam surat kabar Kompas dan Suara Merdeka. Representasi tersebut berkaitan dengan penggunaan bahasa yang berkaitan dengan unsur ideologi yang ada dalam wacana, sehingga dapat dilihat indikasi yang menunjukkan ada atau tidaknya dominasi dalam teks wacana tajuk rencana tersebut. Selanjutnya, melalui hasil analisis akan dilakukan perbandingan melalui rangkaian antarkalimat, karena melalui representasi dalam rangkaian antarkalimat, dapat dilihat apa yang sebenarnya diinginkan oleh penulis teks. Bagian mana dalam kalimat yang lebih menonjol dibandingkan dengan bagian yang lain (Eriyanto, 2012:296). Melalui perbandingan dapat juga dilihat keberpihakan masing-masing media terhadap wacana tersebut. Menurut Endro Sutrisno (2012:3) Media massa tidak lepas dari pengaruh ideologi dan kekuasaan yang menaunginya. Betapa pun terbuka dan independen sebuah media, ia memerlihatkan keberpihakannya. Begitu pun yang terjadi pada media cetak seperti surat kabar Kompas maupun Suara Merdeka. Pemilihan kedua surat kabar tersebut sebagai sumber data dalam penelitian dengan mempertimbangkan beberapa hal. Keduanya merupakan surat kabar berbahasa Indonesia yang mudah ditemukan di beberapa
6 daerah di Indonesia. Kedua surat kabar mempunyai jangkauan wilayah yang berbeda. Kompas merupakan surat kabar nasional yang memiliki oplah mencapai 600.000 eksemplar per hari (Sularto, 2007:74). Adapun Suara Merdeka merupakan surat kabar regional terbesar di Jawa Tengah. Dari sumber data tersebut diharapkan dapat diperoleh data yang lebih variatif untuk kemudian dilakukan perbandingan mengenai keberpihakan masing-masing surat kabar dalam menanggapi sebuah permasalahan. Kedua surat kabar tersebut tentu memiliki maksud dan tujuan masing-masing. Hal tersebut dapat diamati dalam penggunaan bahasa yang dipakai pada tajuk rencana yang sama-sama memberi komentar terkait rencana revisi UU KPK. Misalnya, dalam pemilihan kosakata kritis pada dua kalimat berikut, Kelomok kritis masyarakat perlu dilibatkan agar publik tahu secara persis apa yang mau diubah dan bagaimana pasal setelah perubahan (Kompas, 24 Februari 2016) dan Di sinilah titik kritis yang sedang dihadapi presiden kita saat ini (Suara Merdeka, 10 Februari 2016). Meski sama-sama menggunakan kosakata kritis dalam teks tersebut, diduga keduanya merepresentasikan bagaimana seseorang atau tindakan tetap dengan cara yang berbeda. Hal tersebut sesuai dengan representasi yang diungkapkan oleh Eriyanto bahwa representasi pada dasarnya ingin melihat bagaimana seseorang, kelompok, tindakan, kegiatan ditampilkan dalam teks (2012:288). Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, penelitian serupa yang mengkaji mengenai analisis wacana kritis sudah beberapa kali dilakukan. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Andaria Rhoma Rosita Sari (2015) dalam skripsi yang berjudul Telaah Teks pada Wacana Politik Kasus KPK vs
7 Polri dalam Rubrik Opini Majalah Tempo (Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough). Pada penelitian tersebut peneliti mendeskripsikan representasi kasus KPK vs Polri dalam wacana politik kasus KPK vs Polri melalui diksi, metafora, dan ketransitifan pada rubrik opini dalam majalah Tempo. Selanjutnya peneliti juga mendeskripsikan ideologi majalah Tempo yang terkandung dalam rubrik opini kasus KPK vs Polri. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Joko Priyanto (2014) dalam skripsinya yang berjudul Telaah Teks Berita Pelengseran Presiden Muchammad Mursi dalam Al-Ihram dan Al-Jazirah: Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough. Pada penelitian tersebut, analisis wacana kritis Norman Fairclough digunakan dengan objek berita media berbahasa Arab. Adapun penelitian tersebut mengkaji representasi dan membandingan wacana peristiwa pelengseran Presiden Mesir Muchammad Mursi dalam teks media berita online berbahasa Arab yaitu Al-Ahram dan Al-Jazirah. Berbeda dengan kedua penelitian yang telah dilakukan di atas, dalam penelitian ini dilakukan dengan tinjauan analisis wacana kritis Norman Fairclough dengan membandingkan tajuk rencana pada dua surat kabar, yaitu Kompas dan Suara Merdeka. Penelitian ini menggunakan sumber data berupa wacana tajuk rencana berbahasa Indonesia, sehingga hasil analisis yang diharapkan akan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti terdahulu. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan kajian analisis wacana kritis. Penelitian ini berjudul Telaah Teks pada Wacana Rencana Revisi UU KPK dalam Rubrik Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas dan Suara Merdeka: Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough.
8 B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah sangat penting dilakukan dalam sebuah penelitian. Hal tersebut dilakukan dengan maksud agar penelitian lebih terfokus. Tidak hanya itu pembatasan masalah dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam menentukan dan mengklasifikasi data sesuai dengan apa yang diperlukan agar diperoleh hasil penelitian yang maksimal. Maka dari itu, pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah terbatas pada rubrik tajuk rencana yang membahas rencana revisi UU KPK dengan tinjauan analisis wacana kritis Norman Fairclough. Adapun rubrik tajuk rencana dibatasi pada surat kabar Kompas dan Suara Merdeka edisi Februari 2016 pasca mulai dibahasnya rencana revisi UU KPK dalam Prolegnas 2016. Mengingat keterbatasan waktu dan pengetahuan yang mendalam terkait teori yang digunakan, maka perbandingan dilakukan hanya dengan melihat representasi pada rangkaian antarkalimat. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah representasi teks dalam wacana tajuk rencana pada surat kabar Kompas dan Suara Merdeka terkait rencana revisi UU KPK? 2. Bagaimanakah perbandingan representasi yang ditampilkan pada surat kabar Kompas dan Suara Merdeka terkait rencana revisi UU KPK? D. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan representasi teks dalam wacana tajuk rencana pada surat kabar Kompas dan Suara Merdeka terkait rencana revisi UU KPK.
9 2. Mendeskripsikan perbandingan representasi yang ditampilkan pada surat kabar Kompas dan Suara Merdeka terkait rencana revisi UU KPK. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis yang diharapkan adalah dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu kebahasaan, khususnya bidang wacana kritis. Tidak hanya itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk memperkaya kajian mengenai analisis wacana kritis Norman Fairclough. Manfaat praktis yang diharapkan peneliti melalui penelitian ini adalah dapat mengetahui deskripsi representasi teks dalam wacana tajuk rencana pada surat kabar Kompas dan Suara Merdeka terkait rencana revisi UU KPK, serta mengetahui perbandingan representasi pada surat kabar Kompas dan Suara Merdeka. Manfaat praktis yang diharapkan bagi pembaca adalah agar pembaca dapat mengetahui cara media menanggapi dan menyampaikan gagasan terkait permasalahan yang sedang diperbincangkan melalui analisis representasi dalam penelitian ini. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan diperlukan dalam menguraikan penelitian karena akan membantu mempermudah peneliti. Penulisan yang runtut dan sistematis juga akan membantu pembaca dalam memahami tulisan. Penelitian menjadi terarah dengan sistematika penulisan yang tepat. Berikut sistematika penulisan dalam penelitian ini:
10 Bab I dalam penelitian ini adalah Pendahuluan. Bab pendahulan berisi (a) latar belakang masalah, (b) pembatasan masalah, (c) rumusan masalah, (d) tujuan penelitian, (e) manfaat penelitian dan (f) sistematika penulisan. Bab II berisi Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir. Pada bab ini dijelaskan perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Selain itu, bab ini juga berisi landasan teori yang digunakan untuk menganalisis data penelitian. Bab III Metode Penelitian berisi uraian metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari (a) jenis penelitian, (b) sumber data dan data, (c) metode pengumpulan data, (d) klasifikasi data, (e) metode analisis data, dan (f) metode penyajian hasil analisis. Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan. Bab ini berisi analisis penelitian. Peneliti menjabarkan analisis data dengan menggunakan teori yang telah ditentukan untuk mendapatkan hasil analisis. Bab V Penutup merupakan bab terakhir dalam penelitian ini. Bab ini berisi simpulan yang didapat dari hasil penelitian. Di samping itu, pada bab ini peneliti juga memberikan saran untuk penelitian selanjutnya.