KARAKTERISASI SIFAT MORFOLOGI DAN UNSUR KIMIA BATAKO DARI LIMBAH ABU BATUBARA DAN LIMBAH INDUSTRI KARET (RUBBER SLUDGE)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

Masyita Dewi Koraia ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan kertas sebagai bahan campuran lebih praktis dan efektif,

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN A PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN DENSITAS

BAB III LANDASAN TEORI

Scanned by CamScanner

BAB.I 1. PENDAHULUAN. Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri.

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT.

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

PENGARUH PENGGUNAAN BOTTOM ASH SEBAGAI PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BATAKO TERHADAP KUAT TEKAN BATAKO

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

LAMPIRAN A PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN DENSITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PERBANDINGAN PERSENTASE PENAMBAHAN FLYASH TERHADAP KUAT TEKAN BATA RINGAN JENIS CLC

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

PENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

BAB IV DATA DAN ANALISIS

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

halus butir, berat volume, dan logam berat yang terkandung, di laboratorium BKT

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN (ADMIXTURE) SEMEN TERHADAP KUATTEKAN MORTAR

I. PENDAHULUAN. agregat pada perbandingan tertentu. Mortar dapat dicetak ke dalam bentuk. yang bervariasi, diantaranya adalah paving block.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Pertumbuhan penduduk, dan kemajuan IPTEK memberikan tantangan

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BATA BETON GEOPOLIMER DARI BAHAN FLY ASH LIMBAH PLTU TANJUNG JATI MEMILIKI BANYAK KEUNGGULAN

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH DAN BOTTOM ASH TERHADAP MUTU PAVING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Potensi Lumpur Lapindo Sebagai Bahan Baku Tambahan Pembuatan Batu Bata

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

PEMANFAATAN BOTTOM ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

Transkripsi:

Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Volume I, Nomor 1, Tahun 2017, Hal 30-36 e-issn 2615-3378 KARAKTERISASI SIFAT MORFOLOGI DAN UNSUR KIMIA BATAKO DARI LIMBAH ABU BATUBARA DAN LIMBAH INDUSTRI KARET (RUBBER SLUDGE) Hendri Faisal Institut Kesehatan Helvetia Medan hendri_faisal2002@yahoo.co.id Abstrak : Material abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) yang berasal dari sisa pembakaran batu bara dan rubber sludge dari industri karet merupakan limbah industri. Fly ash mengandung unsur kimia seperti silika, alumina, besi oksida, kalsium oksida, serta unsur logam lainnya yang memiliki sifat sebagai pengikat jika dicampur dengan air. Bottom ash dan rubber sludge juga berfungsi sebagai agregat untuk dapat mengurangi pemakaian pasir. Penambahan abu batubara dan rubber sludge adalah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap densitas, dan daya serap batako. Persentase penambahan fly ash adalah 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dari berat awal semen. Persentase penambahan bottom ash dan rubber sludge sebagai agregat adalah 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% dari berat awal pasir dengan waktu pengerasan selama 28 hari. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel abu batu bara mengandung logam berat Pb 0,75 ppm; Cr 0,16 ppm; Cu 0,21 ppm; dan sampel rubber sludge mengandung logam Zn sebesar 454,69 ppm. Untuk batako dengan variasi komposisi terbaik adalah 20% fly ash dan 5% agregat bottom ash dan sludge. Pada komposisi tersebut batako yang dihasilkan memiliki densitas 1,60 gr/cm 3, dan penyerapan air = 18,9 8%. Kata Kunci : Abu Batu Bara, Rubber Sludge, Logam Berat, Batako, Mikroskopik. 1. PENDAHULUAN Material fly ash yang berasal dari sisa pembakaran batu bara dan merupakan limbah industri, sampai saat ini masih belum ditemukan penggunaan yang tepat, sedangkan produksi limbah batu bara ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Fly ash memiliki potensi untuk dibuat bahan bangunan dengan mutu yang baik dan biaya produksinya relatif murah. Abu terbang batubara (fly ash) memiliki sifat sebagai pengikat jika dicampur dengan air. Disamping itu juga merupakan pengikat pasir. Pasir silika mempunyai sifat hidrophilic, yaitu sifat yang dimiliki sebuah material untuk menarik dan mengikat air pada permukaannya. Sehingga jika abu terbang batubara (fly ash) dicampur dengan air dan pasir, maka terjadi ikatan di antara abu terbang batubara dan pasir yang mengakibatkan berkurangnya celah atau pori-pori di antara butiran pasir, selain itu juga dapat ditambahkan abu dasar (bottom ash) dari limbah batubara tersebut sebagai agregat yang dapat mengurangi pemakaian pasir pada pembuatan batako tersebut. Bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran pada pembangkit listrik tenaga uap yang secara kimia memiliki kesamaan dengan fly ash dan juga dapat berfungsi sebagai pengganti semen seperti halnya pada fly ash. Selain limbah batubara limbah yang digunakan adalah limbah padat (sludge) industri pengolahan karet. Limbah ini berbentuk padatan yang diperoleh dari hasil pengolahan limbah cair melalui proses aerasi dan koagulasi, dimana limbah padat ini masih belum dimanfaatkan (terbuang begitu saja). Universitas Sari Mutiara Indonesia Page 30

Lianasari (2013) telah memanfaatkan fly ash dan bubur kertas pada pembuatan batako dengan variasi penambahan bubur kertas sebanyak 10% - 50% dan penambahan fly ash sebanyak 10% menghasilkan batako dengan kemampuan menyerap air sebesar 22% lebih tinggi dari batako normal (masih memenuhi standar yang ditetapkan oleh PUBI 1982) dan menurut Zul Alfian (2017) bahwa fly ash yang merupakan limbah batubara dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan dalam pembuatan batako yang menghasilkan batako dengan kemampuan menyerap air sebesar 11,982%. 2. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat H 2 SO 4 (pekat), HNO 3 (pekat), limbah abu terbang batubara (fly ash), limbah abu dasar batubara (bottom ash), limbah padat industri karet (sludge), semen portland, pasir, aquades, neraca, ayakan, cetakan benda uji,alat mikroskop elektron,dan seperangkat alat gelas. Prosedur Analisis Logam B3 dengan ICP-AES Sampel padat abu batubara (fly ash dan bottom ash) dan limbah padat (sludge) industri karet dihaluskan dan ditimbang sebanyak 0,5 gram, lalu ditambahkan 3 ml H 2 SO 4 pekat, dipanaskan hingga mendekati kering, dan setelah dingin ditambahkan 10 ml HNO 3 pekat, kemudian setelah semua sampel larut, diencerkan dengan akuades dalam labu takar 50 ml hingga tanda batas. Sampel diuji dengan menggunakan Spektrometer ICP AES (Inductively Coupled Plasma Atomic Emission Spectrometer). Pembuatan Batako Untuk menentukan komposisi bahan baku mengacu pada proporsi campuran agregat dalam beton yaitu sekitar 70% - 80% atau perbandingan semen terhadap agregat 1 : 4, sehingga sampel batako pada penelitian ini mengacu pada batako standar dengan komposisi semen : pasir : air = 1 : 4 : 0,6. Sampel dibuat dalam 2 kategori yaitu sampel A adalah untuk mengetahui peranan fly ash sebagai pengikat dan sampel B adalah untuk mengetahui peranan bottom ash dan sludge rubber dalam kekuatan sampel. Pada penelitian ini digunakan variasi penambahan abu terbang batubara (fly ash) sebagai campuran semen (pengikat) dengan persentase penambahan fly ash adalah 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dari berat awal semen. Persentase penambahan bottom ash dan sludge sebagai campuran pasir (agregat) adalah 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% dari berat awal pasir dengan waktu pengerasan selama 28 hari. Semen, fly ash dan pasir dicampur sesuai dengan proporsi rancangan diatas kemudian diaduk sampai campuran merata. Setelah itu tambahkan air kemudian diaduk sampai merata (untuk sampel A). Semen, fly ash, pasir,bottom ash dan rubber sludge dicampur sesuai dengan proporsi rancangan diatas kemudian diaduk campuran sampai merata. Setelah itu tambahkan air ke dalam adukan kemudian diaduk sampai merata (untuk sampel B). Pencetakan batako dilakukan setelah pencampuran dan pengadukan material. Adonan batako basah dimasukkan di dalam cetakan balok (12x3x3) cm dan cetakan kubus (5x5x5 cm), kemudian dipadatkan dengan alat press hidraulik, dikeluarkan dari cetakan dan dikeringkan selama 28 hari. Uji Densitas Sampel batako kering berbentuk kubus ditimbang diudara dan massanya dicatat sebagai masa kering (Wk) kemudian direndam dengan air selama 24 jam, dikeringkan dengan kertas koran dan ditimbang diudara, massanya dicatat sebagai masa basah (Wb), kemudian sampel uji ditimbang dalam air dan massanya dicatat sebagai massa dalam air (Wg) kemudian dihitung densitas sampel batako dengan rumus : densitas = Wk Wb Wg x ρ air Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page 31

Uji Serapan Air Sampel batako kering berbentuk kubus ditimbang diudara dan massanya dicatat sebagai masa kering (Wk) kemudian direndam dengan air selama 24 jam lalu dikeringkan dengan kertas koran dan ditimbang diudara, massanya dicatat sebagai masa basah (Wb). Kemudian dihitung nilai serapan airnya dengan rumus persamaan : Penyerapan air Wb Wk Wk x100% Uji Morfologi Dengan SEM Sampel dilapisi dengan emas bercampur palladium dalam suatu ruangan bertekanan (vacum evaporator) 1492 x 102 atm, Kemudian disinari dengan pancaran elektron bertenaga + 10 kv pada ruangan khusus sehingga mengeluarkan elektron skunder dan elektron terpental yang dapat di deteksi oleh detektor Scientor yang diperkuat dengan suatu rangkaian listrik yang menyebabkan timbulnya Cathode Ray Tube (CTD). Hasil pemotretan dilakukan setelah memilih bagian tertentu dari objek (sampel) dan dan dilakukan perbesaran mencapai 100 kali, 500 kali, 1000 kali, dan 5000 kali sehingga diperoleh foto yang baik dan jelas. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Logam B3 dengan ICP- AES Hasil analisis pengujian logam berat pada sampel abu batubara (fly ash dan bottom ash) dan sludge limbah industri karet dilakukan dengan Spektrometer Emission ICP. Berdasarkan hasil uji logam tersebut terlihat bahwa limbah padat industri karet (sludge) mempunyai kandungan logam yang tinggi yaitu mengandung logam Zn sebesar 454,695 ppm (mg/l) sedangkan untuk abu batu bara kandungan logam beratnya masih kecil yaitu logam Pb, Cr dan Cu. Adapun hasil analisa logam dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengukuran Logam Berat Pada Sampel Sludge dan Abu Batu Bara No Parameter Abu Sludge Batubara (mg/l) (mg/l) 1 Zn 454,695-2 Pb - 0,7359 3 Cd - - 4 Cr - 0,1636 5 Cu - 0,2077 Hasil Pengujian Densitas Pengujian densitas menggunakan prinsip Archimedes dan mengacu pada standar ASTM C-00-2005 dimana bertujuan untuk menentukan besarnya densitas sampel. Selanjutnya, dapat dilihat bahwa dari hasil pengukuran densitas, pengujian dilakukan setelah sampel berumur 28 hari dari mulai masa pencetakan. Densitas (g/cm 3 1,75 1,7 1,65 1,6 1,55 1,5 1,45 Gambar 1. Hubungan densitas 0 0,5 1 1,5 Fraksi Semen (bagian) Fraksi Semen Dan Densitas Dengan Penambahan Fly Ash 0%, 10%,20%,30%,40% dan 50% Dari grafik hasil pengukuran densitas pada uji sampel batako untuk komposisi fly ash 0% - 50% terhadap berat awal semen berkisar antara 1,49 g/cm 3 1.70 g/cm 3. Sedangkan nilai densitas batako dengan komposisi fly ash ditambah bottom ash dan limbah padat industri karet (sludge) diperoleh nilai antara 1,40 g/cm 3 1,60 g/cm 3. Penyebab turunnya nilai densitas ini adalah pada sampel batako dengan adanya penambahan fly ash sebagai campuran/aditif pada semen maka nilai densitas juga mengalami penurunan karena nilai densitas fly ash 0,66 g/cm 3 lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai densitas semen 1,04 g/cm 3. Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page 32

Densitas (g/cm3) Densitas (g/cm 3 ) Hendri Faisal 1,62 1,6 1,58 1,56 1,54 1,52 1,5 1,48 1,46 1,44 1,42 Gambar 2. Hubungan Pesentase Bottom Ash dan Slugde Dengan Densitas Pada Komposisi Semen 80% dan Fly Ash 20% 1,58 1,56 1,54 1,52 1,5 1,48 1,46 1,44 1,42 1,4 1,38 densitas Linear (densitas) 0 0,5 1 1,5 Agregat Bottom Ash dan Sludge (%) densitas Linear (densitas) 0 0,5 1 1,5 Agregat Pasir dan Sludge (%) Gambar 3. Hubungan Pesentase Bottom Ash Dan Slugde Dengan Densitas Pada Komposisi Semen 70% dan Fly Ash 30% Dari grafik hasil pengukuran densitas pada uji sampel batako untuk komposisi fly ash 0% - 50% terhadap berat awal semen berkisar antara 1,49 g/cm 3 1.70 g/cm 3. Sedangkan nilai densitas batako dengan komposisi fly ash ditambah bottom ash dan limbah padat industri karet (sludge) diperoleh nilai antara 1,40 g/cm 3 1,60 g/cm 3. Penyebab turunnya nilai densitas ini adalah pada sampel batako dengan adanya penambahan fly ash sebagai campuran/aditif pada semen maka nilai densitas juga mengalami penurunan karena nilai densitas fly ash 0,66 g/cm 3 lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai densitas semen 1,04 g/cm 3. Hal ini juga disebakan karena terjadinya reaksi eksothermal antara CaO dan SiO 2 pada semen yang akan menimbulkan panas serta gelembung-gelembung gas yang terbentuk selama pencetakan, dan pada saat pengeringan gelembunggelembung gas ini akan terurai. Dan juga disebabkan karena adanya fly ash pori-pori pada sampel akan semakin besar yang mengakibatkan kerapatan semakin berkurang, hal ini dapat diakibatkan karena fly ash mengandung CaO yang bersifat higroskofis. Sedangkan pada sampel batako dengan penambahan fly ash, bottom ash dan rubber sludge densitasnya juga cenderung mengalami penurunan seiring dengan penambaan agregat bottom ash dan limbah padat industri karet (sludge) sebagai campuran pasir, hal ini karena nilai densitas bottom ash dan limbah padat industri karet (sludge) lebih kecil jika dibandingkan dengan dengan nilai densitas pasir dan juga dengan adanya fly ash sebagai campuran semen juga menambah penurunan nilai densitas batako. Berdasarkan densitasnya, beton dapat diklasifikasikan antara lain : beton ringan dengan densitas <1,75 g/cm3, medium dengan densitas 1,75 2,016 g/cm3, dan beton normal dengan densitas > 2,016 g/cm3(carolyn Schierhorn, 2008). Dari hasil pengukuran seluruh sampel batako pada batako sampel A dengan waktu pengerasan 28 hari terlihat bahwa nilai densitasnya berkisar antara 1,49 g/cm 3 1,70 g/cm 3, dan pada sampel batako sampel B nilai densitasnya antara 1,40 g/cm 3 1,60 g/cm 3. Dengan membandingkan klasifikasi beton berdasarkan densitasnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel batako tersebut termasuk pada kategori batako ringan. Hasil Pengujian Serapan Air Pengujian penyerapan air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005 dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air yang terserap oleh sampel. Dimana diketahui bahwa serapan air sangat dipengaruhi oleh rongga-rongga udara yang terdapat dalam sampel Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page 33

batako, sedangkan rongga-rongga udara tergantung pada kwalitas pemadatan. Semakin banyak rongga berarti semakin banyak mengandung udara yang berarti semakin besar resapan air yang dialami sampel batako dan akhirnya sangat mempengaruhi kuat tekan dari batako. Nilai serapan air untuk penggunaan fly ash sebagai campuran/aditif pada semen adalah antara 10,66% - 23,16% yang dapat dilihat dari grafik pada gambar 4 bahwa nilai serapan airnya semakin bertambah dengan bertambahnya persentase fly ash yang ditambahkan sedangkan nilai serapan air untuk blanko yaitu sampel batako tanpa penambahan fly ash adalah 11,73%, peningkatan yang signifikan terjadi pada penambahan fly ash sebanyak 40%-50%. Gambar 4. Hubungan Fraksi Semen Dan Serapan Air Dengan Penambahan Fly Ash 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50% Dari Berat Semen Gambar 5.Hubungan Persentase Bottom Ash Dan Slugde Dengan Serapan Air Pada Komposisi Semen 80% dan Fly Ash 20% Gambar 6. Hubungan Persentase Bottom Ash dan Slugde Dengan Serapan Air Pada Komposisi Semen 70% dan Fly Ash 30% Pada penambahan fly ash 10% - 30% nilai serapan airnya masih kecil karena pada komposisi ini semua fly ash yang ditambahkan pada campuran batako bereaksi dengan kalsium hidroksida yang terdapat dalam semen sehingga nilai serapan airnya rendah. Sedangkan pada penambahan fly ash sebesar 40% - 50% terdapat sisa fly ash yang tidak bereaksi dengan kalsium hidroksida dari semen yang membentuk kalsium silika hidrat sehingga hal ini akan menyebabkan kenaikan nilai penyerapan air pada batako tersebut. Pada batako sampel B yaitu batako yang dibuat dari campuran semen 80%, fly ash 20% dan penambahan agregat bottom ash dan limbah padat industri karet (sludge) sebanyak 5% sampai 25% nilai penyerapan airnya adalah 18,98% - 32,37% dimana nilai penyerapan airnya mengalami kenaikan dibandingkan nilai serapan air sampel blanko 11,73%. Hal yang sama juga terjadi pada batako yang dibuat dari campuran semen 70%, fly ash 30% dan penambahan agregat bottom ash dan limbah padat industri karet (sludge) sebanyak 5% sampai 25% nilai penyerapan airnya adalah 22,11% - 36,01 %. Tingginya nilai penyerapan air pada sampel batako tersebut dikarenakan bahan sludge dari limbah industri karet yang yang tidak semuanya berikatan dengan semen pada saat pencampuran dan cenderung mengikat air lebih banyak. Pada komposisi semen 80%, fly Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page 34

ash 20%, agregat bottom ash dan sludge 5% serta komposisi semen 70%, fly ash 30% agregat bottom ash dan sludge 5% menunjukkan persentase penyerapan air yang paling kecil yaitu sebesar 18,98 % dan 22,11%. Ini menunjukkan bahwa pada komposisi tersebut adalah yang terbaik pada uji penyerapan air dibandingkan komposisi campuran batako yang lain. Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) Departemen pekerjaan umum, 1982 bahwa penyerapan air rata-rata maksimum 25% untuk batako mutu B2 dan 35% untuk batako mutu B1 dan hal ini menunjukkan bahwa semua sampel yang telah diujikan, untuk nilai penyerapan airnya telah memenuhi nilai maksimum. Hasil Pengujian Morfologi (Struktur Permukaan) Sampel dengan SEM Foto SEM yang dilakukan pada sampel batako bertujuan untuk mengamati ada atau tidak ikatan yang terjadi antar material yang digunakan. Hasil foto mikroskopik dari batako ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8. Gambar 7. Foto SEM Batako Dengan Campuran Fly Ash 20% Semen 80%, Bottom Ash dan Sludge 5% Dari Gambar 7 dan Gambar 8 tersebut terlihat morfologi dari campuran fly ash dengan agregat bottom ash dan sludge dimana distribusi penyebarannya masih belum cukup merata yang ditandai adanya pori-pori yang yang tersebar dan juga adanya perbedaan ukuran partikel yang terlihat. Gambar 8. Foto Sem Batako Dengan Campuran Fly Ash 30% Semen 70%, Bottom Ash dan Sludge 5% Yothin Ungkoon (2007) menyatakan bahwa batako ringan yang dikeringkan secara alami mempunyai permukaan yang lebih kasar, ukuran pori lebih besar dengan jumlah yang sedikit dan pori terdistribusi tidak merata. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil riset diketahui bahwa sampel limbah abu batubara dari industri oleokimia mengandung logam berat Pb 0,75 ppm; Cr 0,16 ppm; dan Cu 0,21 ppm; sedangkan pada sampel limbah padat industri karet (sludge) adalah Zn sebesar 454,69 ppm. Limbah abu terbang batubara (fly ash), abu dasar batubara (bottom ash) dan limbah padat industri karet (rubber sludge) dapat dipakai sebagai campuran pada pembuatan batako dengan komposisi optimum abu terbang batubara (fly ash) adalah 20% dari berat awal semen, abu dasar batubara serta limbah padat industri karet (sludge) adalah 5% dari berat awal pasir yang menghasilkan nilai penyerapan air 18,98%, dan telah memenuhi Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) Departemen Pekerjaan Umum 1982 yang menyatakan bahwa penyerapan air rata-rata maksimum adalah 25%-35%. Nilai densitas pada komposisi batako optimum adalah 1,60 kg/cm 3 dan dikategorikan sebagai batako ringan. Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page 35

DAFTAR PUSTAKA Alfian, Zul.,dkk. 2017. Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali Limbah Batubara sebagai Material Bangunan. Jurnal Sain Teknologi Farmasi dan Kesehatan. STIKes Nurliana. Medan. Carolyn, Schierhorn. 2008. Producing Structural Light Weight Concerete Block. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Cipta Karya. 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia. Yayasan Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan, Bandung. Lianasari., A. E., Paiding, S. D. 2013. Penggunaan Limbah Bubur Kertas dan Fly Ash Pada Batako (202M). Konferensi Nasional Teknik Sipil 7. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Mulyono,T. 2005. Teknologi Beton, Penerbit Andi. Yogyakarta. Standar Nasional Indonesia. 2000. Metode Pengujian Kerapatan Penyerapan Dan Rongga Dalam Beton Yang Telah Mengeras. SNI 03-6433-2000. ICS 91.100.30. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. Yothin Ungkoon, et all.. 2007. Analysis of Microstructure and Properties of Autoclaved Aerated Concrete Wall Construction Materials. J. Ind. Eng. Chem. Vol. 13, No. 7. Zacoeb, A., Dewi, S.M., Jamaran, I. 2013. Pemanfaatan Limbah Bottom Ash Sebagai Pengganti Semen Pada Genteng Beton Ditinjau Dari Segi Kuat Lentur dan Perembesan Air. Jurnal Rekayasa Sipil, Universitas Brawijaya, Malang. Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page 36