PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA Febertina Zai SMP Negeri Satu Atap Gunungsitoli Selatan, kota Gunungsitoli Abstract: The purpose of this research is to find out whether by applying the contextual approach through cooperative learning model of Team Assisted Individualization (TAI) type can improve the concept comprehension on integer material and to describe the process of applying scientific approach through cooperative learning model of TAI. The subjects in this study are the students of grade VII of SMP Negeri Satu Atap South Gunungsitoli with 32 people. From the learning process that researchers do on the cycle I average learning outcomes reached 72. In cycle II average learning outcomes reached 85. Suggestions that can be given by researchers based on research findings is this research is expected to provide input for teachers especially Mathematics subjects in Grade VII of SMP Negeri Satu Atap South Gunungsitoli by applying contextual approach through cooperative type learning model of TAI appropriate to the learning activities in school. So it can motivate and assist students in learning activities of Mathematics especially on the matter of integers Keyword: Team Assisted Individualization, integers Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan penerapan pendekatan konstektual melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi bilangan bulat dan untuk mendeskripsikan proses penerapan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif TAI. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap Gunungsitoli Selatan dengan jumlah 32 orang. Dari proses pembelajaran yang peneliti lakukan pada siklus I rata-rata hasil belajar mencapai 72. Pada siklus II rata-rata hasil belajar mencapai 85. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan temuan penelitian adalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru mata pelajaran Matematika khususnya di Kelas VII SMP Negeri Satu Atap Gunungsitoli Selatan dengan menerapkan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang tepat pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Sehingga dapat memotivasi dan membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran Matematika khususnya pada materi bilangan bulat Kata kunci: Team Assisted Individualization, bilangan bulat 375
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan bertujuan untuk membantu manusia menghadapi setiap perubahan yang terjadi, sehingga permasalahan pendidikan tidak hanya terletak pada siswa dan guru tetapi masyarakat dan pemerintah juga turut adil dalam masalah pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah adalah mata pelajaran matematika. Matematika diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai keperguruan tinggi. Hal ini dikarenakan matematika memiliki fungsi dan peranan penting dalam perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan menelaah bentuk-bentuk atau strukturstruktur yang abstrak dan hubunganhubungan diantara hal-hal itu. Matematika sebagai ilmu pengetahuan tentang benda-benda abstrak dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan, mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia sehari-hari sehingga jelas bahwa hal inilah yang kemudian menuntut setiap manusia mempelajari matematika karena permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya adalah masalah-masalah yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat matematika bersifat abstrak artinya matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis, maka mestinya pada pembelajaran matematika dimulai dari hal-hal yang konkret sehingga konsep matematika itu cepat tertanam dalam benak siswa. Kenyataannya, pembelajaran matematika di sekolah seringkali mengalami kesulitan dan banyak dari siswa tidak menyukai pelajaran matematika. Siswa menganggap matematika itu merupakan sesuatu yang sangat sukar untuk dipahami. Selajutnya, pemahaman konsep matematika siswa pada materi yang diajarkan masih belum tertanam dengan benar karena mereka tidak terlibat langsung dalam pembelajaran, gurulah yang menjadi satu-satunya sumber informasi belajar sehingga siswa pasif dan hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat terlihat ketika ada soal yang sedikit berbeda dari contoh yang diberikan oleh guru maka siswa akan merasa sangat sulit untuk menyelesaikannya karena pemahaman konsep materi yang belum benarbenar dipahami sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri Satu Atap Gunungsitoli Selatan selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan Terpadu (PPLT) tahun akademik 2015/2016 sebagai studi pendahuluan bagi penulis, ternyata kesulitan siswa pada materi bilangan bulat adalah menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dua atau lebih bilangan bulat jika bilangan tersebut merupakan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif atau keduanya merupakan bilangan bulat negatif serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran di kelas didapatkan bahwa pembelajaran masih 376
didominasi oleh guru sedangkan siswa hanya sebagai pendengar saja. Hal ini tentunya mengakibatkan siswa pasif dan merasa bosan dengan pembelajaran matematika. Permasalahan-permasalahan belajar, tidak boleh dibiarkan begitu saja, perlu adanya perhatian khusus untuk menyelesaikan perma-salahanpermasalahan belajar tersebut. Salah satu solusi untuk memperbaiki pembelajaran matematika dan meningkatkan pemahaman konsep siswa khususnya pada materi bilangan bulat yaitu pembelajaran melalui penerapan pendekatan kontekstual dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI). Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI akan mengubah pandangan pembelajaran selama ini dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Selain itu juga, konsep matematika akan tertanam langsung dalam benak siswa karena pengajarannya tidak hanya diprioritaskan pada pemberian materinya saja tetapi menghubungkan setiap konsep matematika tersebut dengan situasi kehidupan nyata siswa. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Satu Atap Gunungsitoli Selatan yang terletak di desa Hilisataro kecamatan Toma kabupaten Nias Selatan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap Gunungsitoli Selatan dengan jumlah 32 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pembelajaran 2016/2017. Pelaksanakan tindakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran matematika di sekolah lokasi penelitian. Kriteria ketercapaian minimal (KKM) yang berlaku di SMP Negeri Satu Atap Gunungsitoli Selatan adalah 65. Dengan demikian, dalam penelitian siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika siswa memperoleh skor > 65 khusus pada materi bilangan bulat. Keberhasilan kelas dapat dilihat dari presentase banyaknya siswa yang tercapai dalam belajar > 85% dari jumlah siswa di kelas tersebut. Jadi penelitian ini dikatakan berhasil jika siswa yang tercapai belajar 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran lingkaran melalui penerapan pendekatan kontekstual pada model kooperif tipe TAI. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Pada tahap perencanaan untuk siklus I ini, peneliti menyusun dan mempersiapkan segala perangkat pembelajaran dan alat, bahan belajar yang akan digunakan saat penelitian nantinya, antara lain: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Bahan PR (Pekerjaan Rumah), Lembar Observasi guru dan siswa, kisi-kisi tes siklus I dan Tes siklus I. Segala instrumen penelitian yang digunakan telah divalidasi kepada para ahli yang sudah 377
berpengalaman dalam pendidikan matematika. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini penelitian dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dan 1 kali pelaksanaan tes siklus I. Tiap kali pertemuan memiliki tujuan pembelajaran yang berbeda di mana pada pertemuan I yaitu siswa mampu: menjelaskan pengertian bilangan bulat, membandingkan dua bilangan bulat, menentukan urutan bilangan bulat, menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan membandingkan dua bilangan bulat, menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menentukan ururtan beberapa bilangan bulat. Pertemuan II yaitu siswa mampu: menjelaskan sifat-sifat operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat, menentukan hasil operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat, menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Pertemuan III yaitu siswa mampu: menjelaskan sifat-sifat operasi hitung perkalian dan pembagian pada bilangan bulat, menentukan hasil operasi hitung perkalian dan pembagian pada bilangan bulat, menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung perkalian dan pembagian pada bilangan bulat. Observasi Berdasarkan pengamatan dari dua orang pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran menyatakan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik sesuai yang termuat pada RPP hanya sebagian kecil yang belum diterapkan peneliti. Hasil pengamatan dari dua orang pengamat menunjukkan bahwa proses pembelajaran sudah berlangsung dengan baik, setiap siswa sudah mulai aktif dan cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam kegiatan berdiskusi, mereka saling berinteraksi satu sama lain, selain itu mereka sudah cukup mampu mengungkapkan ide-idenya pada teman-teman satu kelompok. Berdasarkan data pengamatan dari kedua pengamat diperoleh ratarata persentase hasil observasi guru dari pengamat I pada pertemuan pertama adalah 75% berada pada kategori baik, pertemuan kedua adalah 85,71% berada pada kategori sangat baik, dan pertemuan ketiga 92,85% berada pada kategori sangat baik. Persentase rata-rata observasi guru yang diperoleh dari pengamat II pada pertemuan pertama adalah 75% yang berada pada kategori baik, pertemuan kedua adalah 85,71% yang berada pada kategori sangat baik, dan pertemuan ketiga adalah 94,64% yang berada pada kategori sangat baik. Persentase rata-rata pengamatan yang dilakukan oleh pengamat I pada pertemuan pertama adalah 76,78% berada pada kategori baik, pertemuan kedua adalah 89,28% berada pada kategori sangat baik, dan pertemuan ketiga adalah 94,64% berada pada kategori sangat baik. Persentase rata-rata observasi siswaa yang diperoleh dari pengamat II pada pertemuan pertama adalah 89,28% berada pada kategori sangat baik, pada pertemuan kedua adalah 92,85% berada pada kategori sangat baik, dan pertemuan ketiga adalah 98,21% berada pada kategori sangat baik. 378
Berdasarkan data siklus I diperoleh bahwa keberhasilan belajar dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran pada siklus I yang berjumlah 32 orang hanya mencapai 75% yaitu 24 orang siswa yang tuntas dan 8 orang yang tidak tuntas dengan rata-rata nilai akhir siklus 72. Refleksi Keberhasilan proses ini berkaitan dengan proses pembelajaran selama pelaksanaan tindakan mulai dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Pada pertemuan pertama, siswa merasa kebingungan ketika peneliti menanyakan materi prasyarat bilangan bulat, padahal materi bilangan bulat itu sendiri sudah sedikit mereka pahami dan mengerti karena telah mempelajarinya di Sekolah Dasar (SD). Selanjutnya, ketika peneliti tidak menjelaskan langsung materi bilangan bulat, akan tetapi meminta mereka untuk membaca dan memahami materi bilangan bulat secara individu, sebagian besar dari siswa kurang setuju dengan pembelajaran seperti ini karena tidak seperti biasanya dimana guru menjelaskan materi secara rinci baru memberikan latihan atau tugas. Selain itu, peneliti mengalami kesulitan ketika membentuk siswa dalam kelompok belajar karena sebagian besar dari siswa keberatan dengan anggota kelompoknya yang telah ditentukan langsung oleh guru. Selanjutnya, pembelajaran kontekstual melalui model pembelajaran TAI menyebabkan siswa sedikit kurang nyaman dan belum dapat mengikuti proses pembelajarannya dengan baik dikarenakan pembelajaran kontekstual dan TAI ini merupakan hal yang baru bagi mereka. Pada pertemuan kedua dan ketiga, siswa sudah mulai beradaptasi dan dapat mengikuti pembelajaran yang menerapakan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran TAI ini dengan baik. Hal ini, telihat pada kegiatan siswa saat belajar individu, mereka sudah mengerti dan memahami tugasnya tanpa dijelaskan lebih rinci oleh guru. Selanjutnya dalam kegiatan diskusi, sebagaian siswa sudah mampu mengungkapkan ide-idenya dan membagi pengetahuan pemahamannya tentang materi pembelajaran kepada teman anggota kelompoknya. Selain itu, ketika persentasi hasil kerja kelompok, siswa sudah dapat memberikan pertanyaan dan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok temannya yang telah disajikan. Pada materi bilangan bulat, kesulitan yang dialami siswa selama pembelajaran siklus I yaitu tentang operasi hitung bilangan bulat dan aplikasinya dalam pemecahan masalah. Hal ini, terlihat berdasarkan hasil kerja siswa baik pada LKS, Pekerjaan Rumah (PR) maupun saat tes Siklus I. Siswa kebanyakan tidak dapat menyelasaikan soal-soal yang berhubungan dengan operasi hitung bilangan bulat yang digabungkan dalam satu soal misalnya soal 5 + 3 x (-2) 4 : 2 dan aplikasinya dalam pemecahan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan bilangan bulat. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa khusus indikator yang belum tercapai adalah menentukan hasil operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat, menentukan operasi hitung perkalian dan pembagian pada bilangan bulat, menyelesaikan masalah sehari-hari 379
yang berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan bulat. Berdasarkan nilai tes siklus I yang diperoleh, persentase pencapaian untuk item soal nomor 3, 4 dan 6 masih berada di bawah 85%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tes pemahaman konsep siswa terhadap materi bilangan bulat masih belum tercapai khususnya pada indikator pemahaman konsep tentang menyajikan konsep dalam berbagai bentuk; menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah. Selain itu, dari perhitungan nilai akhir siklus I, kriteria keberhasilan dari segi pemahaman konsep dikatakan berhasil jika 85% persentase siswa yang mendapat nilai skor 65 (tuntas). Persentase keberhasilan dari segi pemahaman konsep pada siklus I siswa yang mendapat nilai 65 hanya mencapai 75% dan termasuk dalam kriteria cukup baik. Artinya belum mencapai target keberhasilan karena kurang dari 85%, sehingga kesimpulannya peneliti berkeinginan untuk melanjutkan pada siklus II dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan pada siklus I. Siklus II Perencanaan Proses pembelajaran siklus II diharapkan terlaksana lebih baik dari siklus I yang telah terlaksana cukup baik. Untuk itu, rencana siklus II disusun berdasarkan proses pembelajaran pada siklus I yang telah dilaksanakan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) perbaikan. Selain itu, peneliti menyiapkan soal tes akhir, lembar observasi guru dan siswa, dan format wawancara sebagai alat untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Setelah itu, peneliti melakukan koordinasi dengan para pengamat termasuk guru bidang studi matematika. Pelaksanaan Materi pembelajaran pada pertemuan siklus II adalah menentukan hasil operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat, menentukan operasi hitung perkalian dan pembagian pada bilangan bulat, menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan bulat. Selain itu, Peneliti sebagai pengajar dan guru mata pelajaran bertindak sebagai pengamat. Observasi Hasil observasi dari dua orang pengamat pada pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran telah berlangsung dengan baik seperti tahapan-tahapan yang direncanakan dalam RPP. Berdasarkan pengamatan peneliti dan 2 orang pengamat selama pembelajaran berlangsung terlihat bahwa siswa dapat merespon pembelajaran dan mengkomunikasikan hasil kerjanya dengan baik. Mereka bersemangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini tampak dari sebagian besar siswa yang mampu melakukan operasi hitung bilangan bulat serta pemecahan masalahnya. 380
Berdasarkan data pengamatan dari kedua orang pengamat diperoleh jumlah skor yang diperoleh dari pengamat I adalah 53 dari skor maksimal 56, persentase nilai rataratanya adalah 94,64% berada pada kategori sangat baik. Jumlah skor yang diperoleh dari pengamat II adalah 53 dari skor maksimal 56, persentase nilai rata-ratanya adalah 94,64% yang berada pada kategori sangat baik. Jadi rata-rata hasil pengamatan dari kedua orang pengamat adalah 94,64% berada pada kategori sangat baik. Pengamatan aktivitas siswa pada siklus kedua yang dilakukan oleh 2 orang pengamat diperoleh jumlah skor masing-masing dari pengamat I adalah 55 dari skor maksimal 56, persentase nilai rata-ratanya adalah 98,21% berada pada kategori sangat baik. Jumlah skor yang diperoleh dari pengamat II adalah 55 dari skor maksimal 56, persentase nilai rataratanya adalah 98,21% berada pada kategori sangat baik. Jadi rata-rata hasil pengamatan dari kedua orang pengamat adalah 98,21% berada pada kategori sangat baik. Berdasarkan data siklus II diperoleh bahwa keberhasilan belajar dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran pada siklus II yang berjumlah 32 orang telah berhasil 90,62% yaitu 29 orang siswa yang tuntas dan 3 orang yang tidak tuntas dengan rata-rata nilai 85. Refleksi Refleksi dilakukan untuk menentukan apakah tindakan pada siklus II telah berhasil atau tidak. Kriteria keberhasilan pada tindakan siklus II ini sama seperti pada siklus I dimana meliputi dua komponen yaitu keberhasilan proses dan keberhasilan hasil belajar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa pembelajaran pada siklus I dari segi tindakan/proses dapat dikatakan berhasil, karena dari hasil pengamatan para pengamat terhadap aktivitas guru dan siswa secara keseluruhan menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengamatan sudah mencapai kriteria sangat baik yaitu untuk persentase observasi guru mencapai 94,64% dan observasi siswa mencapai 98,21%. Selain itu, dari hasil wawancara peneliti terhadap siswa menunjukkan bahwa siswa senang belajar secara kooperatif dan berkolaborasi dalam kelompok saat kegiatan pembelajaran bilangan bulat. Berdasarkan perhitungan nilai akhir siklus II, kriteria keberhasilan dari segi hasil belajar dikatakan berhasil jika 85% persentase siswa yang mendapat nilai skor 65 (tuntas). Persentase keberhasilan dari segi hasil belajar pada siklus II siswa yang mendapat nilai 65 mencapai 90,62%. Artinya target keberhasilan dari segi pemahaman konsep sudah tercapai. Oleh karena itu, peneliti akan meneruskan dengan penyusunan laporan hasil penelitian. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti tentang penerapan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran Matematika semester 1 kelas VII SMP Negeri Satu Atap Gunungsitoli Selatan Tahun 381
Pembelajaran 2016/2017 dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti pada penelitian ini, pada siklus I keberhasilan belajar siswa hanya mencapai 75% dan pada siklus II mengalami peningkatan mencapai 90,62%. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I masih terdapat indikator-indikator pemahaman konsep yang belum tercapai, sedangkan pada siklus II semua indikator-indikator pemahaman konsep tersebut telah tercapai DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, Jakarta. Djamarah, S.B., & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Jihad, A. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika, Tinjauan Teoritis dan Historis. Yogyakarta: Multi Pressindo. Mulyasa, E. 2007. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Trianto, 2011, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresi, Kencana, Jakarta. Uno, B.H. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Usman, U. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya 382