AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA DI KELURAHAN TANAH PATAH KOTA BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

ASUPAN ENERGI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN UJUNG PANDANG BARU KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. perkara makan dan minum seperti yang tersebut dalam surat Al A Raf ayat

GAMBARAN OBESITAS SENTRAL PADA MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

PREVALENSI SINDROM METABOLIK SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENYAKIT DEGENERATIF DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA GURU SMA NEGERI PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terlokalisasi pada bagian-bagian tubuh tertentu (Sudoyo, 2009).

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

Masalah Kelebihan Berat Badan pada Orang Dewasa di Indonesia. Sihadi. Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah faktor risiko untuk stroke dan. myocard infarct(mi) (Logmore, 2010).Hipertensi

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

Promotif, Vol.6 No.2, Juli Desember 2016 Hal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

Transkripsi:

AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA DI KELURAHAN TANAH PATAH KOTA BENGKULU Nurul Khairani, Santoso Ujang Effendi, Lara Wirda Utamy Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu Email : nrlkhairani@yahoo.com ABSTRAK Obesitas sentral (obesitas abdominal) adalah kumpulan lemak abdominal berlebih yang terdapat di daerah abdomen. Obesitas sentral dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti Diabetes Mellitus tipe 2, Dislipidemia, penyakit Kardiovaskular, Hipertensi, Kanker, Sleep apnea, dan Metabolik Sindrom. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25-54 tahun di Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu. Jenis penelitian ini adalah Survey Analitik dengan menggunakan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia 25-54 tahun yang berdomisili di RT 02 Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu pada bulan April 2017 yang diketahui berjumlah 34 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Total Sampling dan diperoleh sampel sebanyak 34 orang wanita. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran lingkar pinggang dan wawancara langsung dengan responden. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistic Chi-Square (χ 2 ) melalui program SPSS. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 34 orang wanita usia 25-54 tahun, terdapat 13 orang wanita (38,2%) yang melakukan aktivitas fisik ringan, 19 orang wanita (55,9%) yang mengalami obesitas sentral, dan ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral (p=0,039). Diharapkan bagi masyarakat terutama wanita untuk lebih meningkatkan aktivitas fisik agar terhindar dari obesitas sentral dan bagi pihak Puskesmas dapat lebih sering mengadakan program yang bersifat promotif dan preventif tentang pentingnya aktivitas fisik dan bahaya obesitas sentral. Kata Kunci: aktivitas fisik, obesitas sentral, wanita 11

ABSTRACT Central obesity (abdominal obesity) is a collection of abdominal fat excess in the abdominal area. Central obesity can cause health problems, such as Diabetes Mellitus type 2, Dyslipidemia, Cardiovascular disease, Hypertension, Cancer, Sleep Apnea, and Metabolic Syndrome. This study was aimed to know the relationship between physical activities with central obesity in women (25-54 years) in Tanah Patah Village of Bengkulu. The type of study was Analytical Survey and used Cross Sectional design. The population in this study was all women aged 25-54 years who lived in RT 02 Tanah Patah Village of Bengkulu in April 2017 which amounted to 34 women. Sampling technique in this study was Total Sampling. The total of sample was 34 women. The data collection in the study used primary data and secondary data. Primary data obtained from measurement of waist circumference and interview. Data analysis techniques were univariate and bivariate analysis with Chi-Square (χ 2 ) through SPSS program. The results obtained that from of 34 women aged 25-54 years, there were 13 women (38.2%) who performed light physical activity, there were 19 women (55.9%) who had central obesity, and there was a significant relationship between physical activity with central obesity. It was expected for the peoples especially women to increase physical activity to avoid the danger of central obesity and for Public Health Center to conduct promotive and preventive programs about the importance of physical activity and the danger of central obesity more frequently. Keywords : central obesity, physical activity, women PENDAHULUAN Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, berkembang, dan negara maju. Di bidang kesehatan, bangsa Indonesia masih harus berjuang memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kekurangan gizi, namun perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks karena selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius [1]. Salah satu masalah gizi yang terjadi di Indonesia adalah obesitas. Dalam satu dekade terakhir, prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah gizi ini menjadi salah satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius [2]. Obesitas merupakan akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang digunakan [3]. Obesitas sentral merupakan penimbunan lemak pada bagian intraabdomen. Obesitas sentral atau obesitas tipe apel lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan terutama yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Hal ini terjadi karena lokasi perut lebih dekat dengan jantung daripada pinggul [2]. Timbunan lemak pada jaringan viseral (intraabdomen) yang tergambar sebagai penambahan ukuran lingkar pinggang, akan mendorong perkembangan Hipertensi, peningkatan 12

kadar insulin plasma, sindrom resistensi insulin, Hipertrigliseridemia, dan Hiperlipidemia. Peningkatan ukuran-ukuran ini mencerminkan perubahan resiko penyakit degeneratif, terutama penyakit kardiovaskuler [4]. Prevalensi obesitas sentral di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 sebesar 24,3%, sedikit lebih rendah dari angka nasional yaitu 26,6%. Prevalensi ini mengalami peningkatan dari prevalensi pada tahun 2007 yang hanya sebesar 16,9%. Prevalensi obesitas sentral tertinggi di Kota Bengkulu sebesar 37,4%. Berdasarkan karakteristik kelompok umur, prevalensi obesitas sentral pada penduduk umur 15 tahun ke atas tertinggi pada umur 45-54 tahun sebesar 33,2%. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, prevalensi obesitas sentral tertinggi terjadi pada perempuan sebesar 41,1% dibandingkan laki-laki yang hanya sebesar 7,2% [5]. Obesitas sentral terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, seperti tingginya konsumsi minuman beralkohol, kebiasaan merokok, tingginya konsumsi makanan berlemak, tingginya konsumsi fastfood (makanan siap saji), dan rendahnya aktifitas fisik [6]. Faktor utama penyebab obesitas sentral yaitu adanya peningkatan asupan makanan dan penurunan pengeluaran energi [7]. Aktivitas fisik juga berhubungan dengan terjadinya obesitas sentral. Aktivitas fisik yang rutin diketahui dapat mendorong penurunan yang cukup besar pada jaringan lemak dalam tubuh seseorang. Hal ini disebabkan aktivitas fisik dapat meningkatkan massa jaringan bebas lemak dan menurunkan massa jaringan lemak [8]. Hasil penelitian Trisna & Hamid menunjukkan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko obesitas sentral pada wanita dewasa di Kecamatan Lubuk Sikaping dengan nilai OR 5,65. Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang bisa dilakukan untuk menyumbangkan total energy expenditure [9]. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25-54 tahun di Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25-54 tahun di Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di RT 02 Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu dan dilaksanakan pada bulan Agustus- September 2017. Jenis penelitian ini adalah Survey Analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia 25-54 tahun yang berdomisili di RT 02 Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu pada bulan April 2017 yang berjumlah 34 orang dengan teknik pengambilan sampel secara Total Sampling. Jumlah sampel sebanyak 34 orang wanita. Variabel dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik sebagai variabel bebas (independent) dan obesitas sentral sebagai variabel terikat (dependent). Tingkat aktivitas fisik ditentukan berdasarkan Physical Activity Level (PAL) yang merupakan besarnya energi yang dikeluarkan per kilogram berat badan selama 24 jam. PAL dikategorikan menjadi tiga, yaitu ringan (1,40-1,69), sedang (1,70 1,99) dan berat (2,00 2,40). Penilaian obesitas sentral dilakukan dengan pengukuran lingkar pinggang, jika 13

lingkar pinggang 80 cm, maka tidak mengalami obesitas sentral dan jika lingkar pinggang > 80 cm, maka Data diperoleh melalui kuesioner dan observasi kemudian dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square (χ 2 ). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi aktivitas fisik (variabel bebas) dan obesitas sentral (variabel terikat) pada wanita usia 25-54 tahun di Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik No Aktivitas Persentase Frekuensi Fisik (%) 1 Ringan 13 38,2 2 Sedang 12 35,3 3 Berat 9 26,5 Jumlah 34 100,0 Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa dari 34 orang wanita terdapat 13 wanita (38,2%) yang melakukan aktivitas fisik yang ringan, 12 wanita (35,3%) yang melakukan aktivitas fisik yang sedang, dan 9 wanita (26,5%) yang melakukan aktivitas fisik yang berat. Ada 13 responden (38,2%) yang melakukan aktivitas fisik yang tergolong ringan. Macam-macam aktivitas fisik yang sering dilakukan responden tersebut yang meliputi aktivitas rutin yang dilakukan ketika berada di rumah seperti tidur, memasak, makan, membereskan rumah, beribadah, menonton televisi, duduk, mengobrol dan lain-lain. Ada 12 responden (35,3%) yang melakukan aktivitas fisik yang tergolong sedang. Macam-macam aktivitas fisik yang sering dilakukan responden tersebut, seperti berjalan cepat, senam, menggendong anak, mencuci dan bekerja. Ada 9 responden (26,5%) yang melakukan aktivitas fisik yang tergolong berat. Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 responden yang memiliki aktivitas fisik berat, jenis aktivitas fisik yang dilakukannya berbeda-beda. Aktivitas fisik ialah setiap pergerakan tubuh yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal dan mengakibatkan pengeluaran energi [10]. Aktivitas fisik yang kurang cenderung dapat mengakibatkan orang mudah menyimpan banyak kalori, sehingga menimbulkan timbunan energi dan menyebabkan kenaikan berat badan. Dengan demikian, kurangnya pemanfaatan tenaga akan menyebabkan simpanan tenaga tidak akan banyak digunakan dan lambatlaun akan semakin bertumpuk sehingga menyebabkan obesitas. Jadi, memperbanyak aktivitas fisik sangat dianjurkan [11]. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Obesitas Sentral No Obesitas Frekuensi Persentase (%) 1 Obesitas Sentral 19 55,9 2 Tidak Obesitas 15 44,1 Sentral Jumlah 34 100,0 Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa dari 34 orang wanita terdapat 19 wanita (55,9%) yang mengalami obesitas sentral dan 15 wanita (44,1%) yang tidak mengalami obesitas sentral. Ada 19 responden (55,9%) yang mengalami obesitas sentral. Hal ini terlihat pada saat 14

Aktivitas Fisik pengukuran lingkar pinggang responden dengan mengunakan pita meter sebagai alat ukur menunjukkan lebih dari 80 cm. Ada 15 responden (47,1%) yang tidak mengalami obesitas sentral. Hal ini juga terlihat pada saat pengukuran lingkar pinggang responden dengan mengunakan pita meter sebagai alat ukur menunjukkan kurang dari atau sama dengan 80 cm, yang artinya ukuran lingkar pinggang responden tidak melebihi ukuran normalnya. Obesitas sentral merupakan penimbunan lemak pada bagian intraabdomen. Obesitas sentral atau obesitas tipe apel lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan terutama yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Hal ini terjadi karena lokasi perut lebih dekat dengan jantung daripada pinggul [2]. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik (variabel bebas) dengan obesitas sentral (variabel terikat) pada wanita usia 25-54 tahun di Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu. Hasil dari analisis bivariat dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 3 Tabulasi Silang Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Sentral Obesitas Obesitas Tidak Total Sentral Obesitas Sentral F % F % F % Ringan 10 76,9 3 23,1 13 100,0 Sedang 7 58,3 5 41,7 12 100,0 Berat 2 22,2 7 77,8 9 100,0 Total 19 55,9 15 44,1 34 100,0 p value 0,039 Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat tabulasi silang antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25-54 tahun di RT 02 Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu. Dari 13 wanita dengan aktivitas fisik ringan, terdapat 10 wanita (52,6%) yang mengalami obesitas sentral dan 3 wanita (20,0%) yang tidak Dari 12 wanita dengan aktivitas fisik sedang, terdapat 7 wanita (36,9%) yang mengalami obesitas sentral dan 5 (33,3%) wanita yang tidak mengalami obesitas sentral. Dari 9 wanita dengan aktivitas fisik berat, terdapat 2 wanita (10,5%) yang mengalami obesitas sentral dan 7 wanita (46,7%) yang tidak Dari Hasil uji Chi-Square (Pearson Chi-Square) diperoleh nilai χ 2 = 6,500 dengan nilai asymp.sig (p) = 0,039. Karena nilai p < 0,05 maka menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25-54 tahun di RT 02 Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral, dapat diketahui bahwa dari 13 responden yang memiliki aktivitas fisik ringan, terdapat 3 responden yang tidak Berdasarkan hasil wawancara, responden tersebut mengatakan bahwa ia memiliki pola makan yang baik dan jarang mengkonsumsi junkfood, fastfood, makanan berlemak dan mengandung gula yang tinggi. Selain itu, faktor genetik atau keturunan juga menjadi penyebab responden tidak Hasil penelitian selanjutnya dari 12 responden yang memiliki aktivitas fisik sedang, terdapat 7 responden yang Berdasarkan hasil wawancara, sebagian responden tersebut mengatakan bahwa 15

ia memiliki pola makan yang buruk, sering memakan makanan mengandung karbohidrat tinggi dalam porsi besar dan kurang mengkonsumsi sayuran dan buah, mengalami stress, serta memiliki riwayat obesitas dalam keluarga dan faktor umur. Hasil penelitian selanjutnya dari 9 responden yang memiliki aktivitas fisik berat, terdapat 2 responden yang Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa penggunaan alat kontrasepsi hormonal bisa menjadi penyebab ia mengalami obesitas sentral. Faktor umur responden yang tidak lagi muda juga menjadi penyebab karena semakin bertambah usia maka metabolisme yang terjadi di dalam tubuh akan mengalami penurunan sehingga terjadi perubahan secara biologis yaitu menurunnya fungsi otot dan meningkatnya kadar lemak dalam tubuh. Hasil uji statistik Chi-Square (Pearson Chi-Square) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25-54 tahun di Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik seseorang menentukan kejadian obesitas sentral. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tchernof & Despres bahwa aktivitas fisik juga berhubungan dengan terjadinya obesitas sentral. Aktivitas fisik yang rutin diketahui dapat mendorong penurunan yang cukup besar pada jaringan lemak dalam tubuh seseorang. Hal ini disebabkan aktivitas fisik dapat meningkatkan massa jaringan bebas lemak dan menurunkan massa jaringan lemak [8]. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pujiati, dimana terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral pada orang dewasa. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa orang yang memiliki aktivitas fisik kurang berisiko mengalami obesitas sentral sebesar 1.2 kali (OR=1.202) [12]. Selain itu, pada penelitian Sugianti et al. juga menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara aktivitas fisik berat dengan obesitas sentral, dimana orang yang tidak memiliki aktivitas fisik berat, mengalami obesitas sentral sebesar 26,4% dan orang yang melakukan aktivitas fisik berat, mengalami obesitas sentral sebesar 18% [6 ]. Hasil penelitian Auliyah menyatakan adanya hubungan signifikan secara statistik antara aktivitas fisik dan lingkar pinggang. Hubungan aktivitas fisik dengan ukuran lingkar pinggang berkaitan dengan keseimbangan energi dalam tubuh. Aktivitas fisik yang meningkat dan konsisten dari waktu ke waktu akan menyebabkan pemakaian energi yang juga meningkat, pada akhirnya dapat menyebabkan ukuran lingkar pinggang menjadi lebih kecil [13]. KESIMPULAN 1. Dari 34 orang wanita usia 25-54 tahun, terdapat 13 orang wanita (38,2%) yang melakukan aktivitas fisik ringan. 2. Dari 34 orang wanita usia 25-54 tahun, terdapat terdapat 19 orang wanita (55,9%) yang mengalami obesitas sentral. 3. Ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25-54 tahun di Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu. 16

DAFTAR PUSTAKA 1. Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta. 2. Sudargo, T., Freitag, H., Rosiyani, et al. (2014). Pola Makan dan Obesitas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 3. Suiraoka, IP. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika. 4. Arisman. (2014). Obesitas, Diabetes Mellitus, & Dislipidemia: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC. 5. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta. Kemenkes RI. 6. Sugianti. (2009). Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Orang Dewasa di Sulawesi Utara, Gorontalo, dan DKI Jakarta. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 11. Misnadiarly. (2007). Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Popular. 12. Pujiati, S. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Penduduk Dewasa Kota dan Kabupaten Indonesia Tahun 2007. Depok: Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 13. Auliyah, A. (2012). Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Aktivitas Fisik, dan Faktor Lainnya dengan Obesitas Sentral pada Pegawai Satlantas dan Sumda di Polresta Tahun 2012. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. 7. Mustamin. (2010). Asupan Energi dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Sentral Pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Ujung Pandang Baru Kecamatan Tallo Kota Makassar. Media Gizi Pangan. 8. Tchernof, A., & Despres, JP. (2013). Pathophysiology of Human Visceral Obesity. Physiol Rev. 9. Trisna, I., & Hamid, S. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Wanita Dewasa (30-50 Tahun) di Kecamatan Lubuk Sikapang Tahun 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret-September 2009;03(2). 10. Gibney, M. J., Margetts, B. M., Kearney, J. M., et al. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC 17