PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 135 STUDI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HRS-BASE (STUDI KASUS PAKET KEGIATAN PENINGKATAN JALAN HAMPALIT PETAK BAHANDANG STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) Oleh: Prima Reynaldo 1), Murniati 2), dan Salonten 3) Prasarana jalan merupakan suatu prasarana transportasi darat yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan wilayah. Sebagai sarana utama, jalan raya harus memenuhi syaratsyarat teknis khususnya mutu dan kualitas. Faktor-faktor mulai dari pemeriksaan laboratorium, peralatan yang sesuai dan terkalibrasi serta pelaksanaan pengendalian kualitas (Quality Control) disetiap pelaksanaan merupakan aspek penting dalam menghasilkan perkerasan jalan yang kuat, awet dan tahan lama. Oleh karena itu perlu dilakukan Studi Pengendalian Mutu (Quality Control) terhadap berbagai aspek, salah satunya adalah Campuran Aspal Panas Jenis HRS-Base. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah uji laboratorium. Pada pengujian di laboratorium diperlukan benda uji (Core Sample) yang didapatkan dari hasil Core Drill pada Jalan Hampalit Petak Bahandang STA. 26+500 s.d. STA. 29+500, kemudian dilakukan pengujian meliputi pengujian sifat campuran aspal dan agregat pada Core Sample dengan alat Marshall serta pengujian kadar aspal yang dilakukan dengan metode ekstraksi dengan alat Centrifuge Ekstraktor. Dari hasil pengujian diperoleh data mengenai mutu perkerasan jalan yang digambarkan melalui nilai karakteristik Marshall dan uji ekstraksi. Data yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk dasar analisis sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dari mutu perkerasan lapis permukaan di lokasi. Pengujian di laboratorium memberikan hasil sebagai berikut: (1) Nilai stabilitas rata-rata sebesar 1441,656 kg, mengalami penurunan 2,23% dari nilai stabilitas pada Job Mix Formula sebesar 1474,6 kg. (2) nilai flow rata-rata sebesar 3,367 mm, mengalami penurunan 0.97% dari nilai flow pada Job Mix Formula sebesar 3,40 mm. (3) nilai Marshall Quotient rata-rata sebesar 426,189 kg/mm, mengalami penurunan 1,89% dari nilai Marshall Quotient pada Job Mix Formula sebesar 434,4 kg/mm. (4) nilai VIM (Void In Mixture) rata-rata dan nilai VFB (Void Filled Bitument) rata-rata didapatkan masing-masing sebesar 4,99% dan 74,563%. (5) Nilai kadar aspal rata-rata pada core sample didapatkan sebesar 6,54%, terjadi peningkatan 12,84% dari nilai kadar aspal pada Job Mix Formula sebesar 5,7%. Secara umum nilai-nilai parameter Marshall dan uji ekstraksi dari core sample lapis permukaan jenis HRS-Base Jalan Hampalit Petak Bahandang STA. 26+500 s.d. STA. 29+500 masih memenuhi syarat dari spesifikasi teknis Bina Marga. Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi PENDAHULUAN Prasarana jalan merupakan suatu prasarana transportasi darat yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan wilayah. Sebagai salah satu sarana untuk membuka akses bagi arus barang, jasa dan orang, jalan merupakan salah satu penyokong urat nadi perekonomian pada suatu daerah. Dengan tingginya mobilitas penduduk, jalan yang tidak didukung dengan kualitas yang memadai akan menghambat arus perekonomian, terutama di daerah-daerah terpencil dengan akses terbatas. Sebagai sarana utama jalan raya harus memenuhi syarat-syarat teknis menurut fungsi, volume serta sifat lalu lintas dengan mempertimbangkan beberapa aspek pendukung seperti aspek kekuatan, pemeliharaan, penggunaan material maupun mutu perkerasan, terutama didaerah dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Prasarana jalan merupakan suatu prasarana transportasi darat yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan wilayah. Sebagai salah satu sarana untuk membuka akses bagi arus barang, jasa dan orang, jalan merupakan salah satu penyokong urat nadi perekonomian pada suatu daerah. Dengan tingginya mobilitas penduduk, jalan yang tidak didukung dengan kualitas yang memadai akan menghambat arus perekonomian, 1) Prima Reynaldo adalah mahasiswa dari Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya 2) Murniati, S.T., M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangkaraya 3) Salonten, S.T., M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangkaraya
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 136 terutama di daerah-daerah terpencil dengan akses terbatas. Sebagai sarana utama jalan raya harus memenuhi syarat-syarat teknis menurut fungsi, volume serta sifat lalu lintas dengan mempertimbangkan beberapa aspek pendukung seperti aspek kekuatan, pemeliharaan, penggunaan material maupun mutu perkerasan, terutama didaerah dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Beberapa jenis campuran beraspal panas yang dapat ditemui di Indonesia antara lain: 1. Lapis tipis aspal pasir (Latasir) atau Sand Sheet Kelas A dan B. 2. Lapis tipis aspal beton (Lataston) atau Hot Rolled Sheet (HRS) yang terdiri dari HRS- Base dan HRS-Wearing Course. 3. Lapis aspal beton (Laston) atau Asphalt Concrete (AC) yang terdiri dari AC-Base dan AC-WC. Dalam menentukan kualitas campuran perkerasan, komposisi yang tepat dan teruji dari material penyusun merupakan faktor terpenting yang harus juga didukung dengan sumber daya manusia yang mengerti betul penanganan pelaksanaan pekerjaan serta pengujian material di lapangan. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengendalian mutu lapis perkerasan yang berjudul Studi Pengendalian Mutu (Quality Control) Campuran Aspal Panas Jenis HRS-Base (Studi Kasus Paket Kegiatan Peningkatan Jalan Hampalit Petak Bahandang STA. 26+500 s.d. STA. 29+500). Tujuan Studi Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui bagaimana kualitas lapis permukaan jenis HRS-Base jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) berdasarkan nilai karakteristik Marshall jika dibandingkan dengan nilai karateristik Marshall pada Job Mix Formula (JMF), sesuai atau tidak dengan spesifikasi teknis bina marga. 2. Mengetahui nilai persentase kadar aspal lapis permukaan jenis HRS-Base jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) jika dibandingkan dengan nilai persentase kadar aspal pada Job Mix Formula (JMF), sesuai atau tidak dengan spesifikasi teknis Bina Marga. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode uji laboratorium. Benda uji (Core Sample) yang didapatkan dari hasil Core Drill di lokasi tinjauan diperiksa di laboratorium untuk memperoleh data mengenai mutu perkerasan jalan yang digambarkan melalui nilai karakteristik Marshall dan uji ekstraksi. Data yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk dasar analisis sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dari mutu perkerasan lapis permukaan di lokasi. 1. Pelaksanaan Pengujian Core Sample dengan Metode Marshall Pengujian sifat-sifat campuran aspal panas pada penelitian ini adalah pengujian pada Core Sample dengan alat Marshall Test untuk mendapatkan sifat campuran aspal dan agregat. Dasar teori yang digunakan mengacu pada buku penuntun praktikum bahan perkerasan jalan, Laboratorium Jalan Raya, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya (2007). Adapun prosedur pengujian nya adalah sebagai berikut: a) Benda uji (Core Sample) ditimbang dalam suhu ruang dan beratnya ditetapkan. b) Selanjutnya direndam dalam air selama 24 jam pada suhu ruang dan ditimbang dalam air lalu beratnya ditetapkan. c) Setelah itu benda uji diangkat dan dikeringkan sampai mencapai kering permukaan jenuh (SSD) lalu ditimbang dan ditetapkan beratnya. d) Benda uji kemudian direndam dalam bak (Water Bath) berisi air panas dengan suhu ± 60 C selama 30 40 menit dengan tujuan untuk menyesuaikan suhu benda uji dengan suhu terpanas di lapangan. e) Setelah rendaman benda uji mencapai suhu ± 60 C, kemudian dilakukan test Marshall. Data yang didapat dari hasil pengujian tersebut selanjutnya digunakan untuk pengisian tabel Marshall. Data yang diperlukan antara lain:
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 137 a) Kadar aspal benda uji (Core Sample) (%) b) Berat isi (gr/cm³) c) Kepadatan (gr/cm³) d) Stabilitas (kg) e) Kelelehan/Flow (mm) f) Rongga Terisi Aspal (VFB) (%) g) Rongga dalam Campuran (VIM) (%) h) Hasil Bagi Marshall (Marshall Qoutient) Sedangkan tata cara pengisisan tabel hasil uji Marshall untuk benda uji Core Sample adalah sebagai berikut: a) Kadar Aspal terhadap berat campuran b) Isi Core Sample c) Kepadatan (Density) d) Berat Isi Core Sample e) Rongga Terisi Aspal (VFB) di mana VMA adalah Persentase Rongga diantara butir-butir agregat dalam campuran. f) Rongga Terhadap Campuran (VIM) ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Laboratorium Pengujian atas mutu Core Sample pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, yang dilakukan selama lebih kurang 7 hari. Penelitian yang dilakukan meliputi pengujian sifat campuran aspal dan agregat pada Core Sample dengan alat Marshall serta pengujian kadar aspal yang dilakukan dengan metode ekstraksi dengan alat Centrifuge Ekstraktor. Pengujian Marshall Sebelum pengujian dengan alat Marshall dilakukan, benda uji direndam terlebih dahulu dengan bak berisi air panas (Water Bath) dengan temperatur 60 C selama 30 sampai 40 menit. Hasil pengujian Marshall untuk setiap Core Sample yang berasal dari jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) dengan berbagai variasi kadar aspal yang diperoleh berdasarkan uji ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Variasi Kadar Aspal yang Diperoleh Berdasarkan Uji Ekstraksi g) Stabilitas h) Kelelehan/Flow Pembacaan Flowmeter pada alat Marshall Test. i) Hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient) 2. Metode Ekstraksi (Extract Test) Perhitungan kadar aspal dengan metode ekstraksi sebagaimana berikut: di mana Berat Awal (A) adalah Berat sampel sebelum pengujian, Berat Akhir (B) adalah Berat sampel + Berat Mineral pada Kertas Saring setelah pengujian. Perhitungan Pengisian Tabel Data yang didapat dari pengujian sebelumnya selanjutnya digunakan untuk pengisian Tabel Marshall. Adapun Tabel Marshall yang
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 138 digunakan adalah jenis Tabel yang ada dalam buku Manual Pemeriksaan Bahan Jalan PC-0201-76 dari Bina Marga. Datadata yang diperlukan dalam pengisian Tabel Marshall berdasarkan PC-0201-76 antara lain: a. Data kadar aspal terhadap campuran. b. Data kadar aspal terhadap total agregat. c. Data berat jenis agregat dan aspal. d. Data berat dan tinggi benda uji. e. Pembacaan angka stabilitas dan flow dari hasil pengujian Marshall. Analisis Hasil Pengujian Pada Core Sample Karakteristik utama campuran aspal panas yang diukur dari pengujian Marshall adalah: stabilitas, flow, rongga udara dalam campuran, rongga terisi aspal, dan nilai Marshall Quotient. Dari hasil pengujian Marshall menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kelima karakteristik campuran aspal panas dengan variasi kadar aspal pada Core Sample. Untuk menganalisis hubungan kelima karakteristik campuran tersebut dengan variasi kadar aspal digunakan bantuan grafik. Teknik dan Metode Pengambilan Sampel Sampel berupa Core Sample yang diambil dari hasil Core Drill pada saat pemeriksaan lapangan 100% pihak kontraktor, konsultan, dan panitia PHO pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500). Sampel yang digunakan sebanyak 15 (lima belas) buah pada sisi jalan dengan jarak per 200 m (berdasarkan data dari pihak kontraktor). Tebal Lapisan dan Toleransi Tebal lapisan campuran aspal pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) dapat dilihat dengan mengukur tinggi Core Sample dengan ketelitian 0,1 mm. Hasil pengukuran tebal lapisan pada Core Sample didapat hasil seperti pada Tabel 2 berikut ini dengan tebal nominal dan toleransi berdasarkan spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh Bina Marga: Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Tebal Lapisan Aspal Pada Core Sample Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk semua Core Sample pada tiap STA. telah memenuhi syarat tebal nominal minimum tetapi tidak memenuhi toleransi yang ditetapkan oleh Bina Marga pada spesifikasi teknis. Uji Ekstraksi Sampel Sampel berupa Core Sample lapis permukaan jenis HRS-Base yang diambil pada saat pemeriksaan lapangan 100% pihak kontraktor, konsultan, dan panitia PHO pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) diuji untuk mengetahui kadar aspal pada lapisan perkerasan di Laboratorium Rekayasa Jalan Raya dengan metode ekstraksi. Dari hasil pengujian ekstraksi didapat hasil seperti Tabel 3 berikut: Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kadar Aspal dengan Ekstraksi
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 139 Hubungan Stabilitas dengan Variasi Kadar Aspal Stabilitas, lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk, gelombang, alur atau Bleeding. Kestabilan yang tinggi menyebabkan lapisan perkerasan menjadi kaku dan mudah retak. Untuk aspal panas jenis HRS-Base, stabilitas yang disyaratkan oleh Bina Marga adalah minimal 800 kg. Pada Gambar 1 berikut dapat dilihat pengaruh variasi kadar aspal terhadap nilai stabilitas, gambar ini adalah hasil dari perhitungan Marshall Core Sample I sampai dengan Core Sample XV dengan kadar aspal sesuai dengan hasil yang didapatkan di lapangan. Dari hasil pengujian pada lapis permukaan dapat diambil rata-rata nilai stabilitas yaitu sebesar 1441,656 kg sedangkan untuk nilai stabilitas pada Job Mix Formula diketahui sebesar 1474,6 kg. Terjadi penurunan 2,23% setelah 6 bulan penghamparan dan pemadatan. Nilai stabilitas perkerasan pada Core Sample dari jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) dapat dikatakan memenuhi syarat spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Bina Marga untuk aspal campuran panas jenis HRS-Base yaitu minimal 800 kg. Hubungan Kelelehan (Flow) dengan Variasi Kadar Aspal Kelelehan (flow) adalah kemampuan lapisan beban berulang tanpa terjadi kelelehan yang berupa alur (rutting) dan retak. Nilai kelelehan (flow) yang disyaratkan oleh Bina Marga untuk campuran jenis HRS-Base adalah minimal 3,0 mm. Hasil pengujian kelelehan (flow) diperoleh dari pengujian pada Core Sample. Pengaruh nilai kelelehan (flow) dengan variasi kadar aspal hasil Core Sample dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. Gambar 1. Grafik Hubungan Stabilitas Dengan Variasi Kadar Aspal Pada Core Sample Dari grafik di atas nilai stabilitas tertinggi didapatkan pada nilai kadar aspal tertinggi yaitu 7,21% pada Core Sample dari STA. 27+100 dengan nilai stabilitas 2074,767 kg, sedangkan untuk nilai stabilitas terendah didapatkan pada STA. 27+700 dengan kadar aspal 6,06% dengan nilai stabilitas sebesar 1034,896 kg. Stabilitas campuran beraspal yang tinggi disebabkan karena pada kadar aspal yang tinggi terjadi peningkatan terhadap daya ikat campuran dan efek lumas aspal terhadap agregat sehingga lapisan perkerasan mudah menjadi padat, sedangkan pada kadar aspal yang rendah, stabilitas menurun yang disebabkan oleh berkurangnya daya ikat campuran antara aspal dan agregat sehingga mudah lepas mengakibatkan perkerasan rentan terhadap beban lalu lintas. Hal ini mengingat fungsinya sebagai lapisan aus yang paling awal menerima beban lalu lintas. Gambar 2. Grafik Hubungan Flow Dengan Variasi Kadar Aspal Pada Core Sample Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai tertinggi flow terjadi pada kadar aspal 7,21% yaitu sebesar 3,80 mm. Sedangkan nilai terendah pada kadar aspal 6,06% yaitu nilai yang dicapai sebesar 3,00 mm. Secara umum pada grafik menunjukkan bahwa nilai kelelehan (flow) cenderung naik mengikuti peningkatan kadar aspal dalam campuran sampai pada batas tertentu. Dari hasil pengujian pada lapis permukaan dapat diambil rata-rata nilai flow yaitu sebesar 3,367 mm sedangkan untuk nilai flow pada Job Mix Formula diketahui sebesar 3,40 mm. Terjadi penurunan 0.97% dari nilai flow pada Job Mix
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 140 Formula setelah 6 bulan penghamparan dan pemadatan. Nilai kelelehan (flow) pada Core Sample dari jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) telah memenuhi syarat spesifikasi yang ditetapkan oleh Bina Marga untuk aspal campuran panas jenis HRS-Base yaitu minimal 3,00 mm. Bila kelelehan (flow) kurang dari 3,00 mm, maka perkerasan akan bersifat kaku sehingga perkerasan akan mudah mengalami retak. Hubungan Hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient) dengan Variasi Kadar Aspal Hasil bagi Marshall adalah hasil bagi antara stabilitas dengan kelelehan. Nilai hasil bagi Marshall merupakan indikator kelenturan yang potensial terhadap keretakan. Persyaratan yang ditetapkan oleh Bina Marga untuk campuran HRS-Base adalah minimal 250 kg/mm. Hasil perhitungan nilai hasil bagi Marshall dapat dilihat pada lampiran tabel Marshall. Untuk mengetahui lebih jelasnya hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 berikut: sebesar 1,89% setelah 6 bulan penghamparan dan pemadatan. Hubungan Rongga Udara Dalam Campuran (VIM) dengan variasi Kadar Aspal Rongga udara dalam campuran (Void In Mixture) merupakan indikator terhadap ketahanan campuran (durabilitas). Rongga udara yang cukup akan memberikan kesempatan untuk pemadatan tambahan akibat pemadatan berulang yang diakibatkan oleh beban lalu lintas. Nilai rongga udara dalam campuran, yang disyaratkan oleh Bina Marga adalah 4 6%. Hasil perhitungan nilai rongga udara dalam campuran dapat dilihat pada Tabel 1 yang merupakan nilai dari Core Sample. Pada Gambar 4 berikut akan dilihat pengaruh variasi aspal terhadap rongga udara dalam campuran. Gambar 4. Grafik Hubungan Rongga Udara Dalam Campuran (VIM) Dengan Variasi Kadar Aspal pada Core Sample Gambar 3. Grafik Hubungan Hasil Bagi Marshall Dengan Variasi Kadar Aspal pada Core Sample Nilai tertinggi hasil bagi Marshall terjadi pada kadar aspal 7,21% yaitu sebesar 545,991 kg/mm dan nilai terendah pada kadar aspal 6,06% yaitu sebesar 344,965 kg/mm. Pada grafik menunjukkan nilai hasil bagi Marshall untuk Core Sample pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Bina Marga untuk campuran HRS-Base yaitu minimal 250 kg/mm. Dari hasil pengujian pada lapis permukaan dapat diambil rata-rata nilai hasil bagi Marshall yaitu sebesar 426,189 kg/mm sedangkan untuk nilai hasil bagi Marshall pada Job Mix Formula diketahui sebesar 434.4 kg/mm terjadi penurunan Rongga terisi aspal adalah persentase dari rongga antar butir agregat yang terisi aspal. Nilai rongga yang terisi aspal yang terlalu kecil menyebabkan daya lekat antar agregat menjadi berkurang, sehingga mudah lepas dan sangat mempengaruhi Durabilitas campuran, tetapi rongga terisi aspal terlalu besar memungkinkan terjadinya Bleeding. Nilai rongga terisi aspal yang disyaratkan oleh Bina Marga untuk campuran HRS-Base adalah minimal 68%. Hasil perhitungan nilai rongga terisi aspal (Void Filled Bitument) dapat dilihat pada Tabel 1 pada halaman sebelumnya, nilai tersebut adalah merupakan nilai Core Sample dari jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500). Pada Gambar 5 berikut dapat dilihat hubungan rongga terisi aspal dengan kadar aspal.
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 141 Gambar 5. Grafik Hubungan Rongga Terisi Aspal (VFB) Dengan Variasi Kadar Aspal pada Core Sample Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai rongga terisi aspal cenderung meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah aspal. Hal tersebut disebabkan peningkatan jumlah aspal yang mengisi rongga-rongga udara diantara butiran agregat. Dari hasil pengujian pada lapis permukaan dapat diambil rata-rata nilai Void Filled Bitument yaitu sebesar 74,563% sedangkan untuk nilai Void Filled Bitument pada Job Mix Formula diketahui sebesar 71.19%. Terjadi peningkatan 4,524% setelah 6 bulan penghamparan dan pemadatan. Nilai rongga terisi aspal pada Core Sample jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Bina Marga pada spesifikasi teknis yaitu minimal 68%. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pengujian di Laboratorium Rekayasa Jalan Raya yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur pengujian Marshall dan pengujian ekstraksi pada core sample yang diambil pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500), dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu 1. Nilai stabilitas rata-rata didapatkan sebesar 1441,656 kg, mengalami penurunan 2,23% dari nilai stabilitas pada Job Mix Formula sebesar 1474,6 kg, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 800 kg. Nilai flow rata-rata didapatkan sebesar 3,367 mm, mengalami penurunan 0.97% dari nilai flow pada Job Mix Formula sebesar 3,40 mm, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 3,00 mm. Nilai Marshall Quotient rata-rata didapatkan nilai sebesar 426,189 kg/mm, mengalami penurunan 1,89% dari nilai Marshall Quotient pada Job Mix Formula sebesar 434,4 kg/mm, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 250 kg/mm. Nilai VIM (Void In Mixture) didapatkan nilai rata-rata sebesar 4,99%, mengalami penurunan 1,96% dari nilai VIM pada Job Mix Formula sebesar 5,09%, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 4 6%. Nilai VFB (Void Filled Bitument) rata-rata didapatkan sebesar 74,563%, mengalami peningkatan 4,524% dari nilai VFB pada Job Mix Formula sebesar 71,19%, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 68%. Jadi secara umum nilai-nilai parameter Marshall dari core sample lapis permukaan jenis HRS- Base pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA. 26+500 s.d. STA. 29+500) ada yang mengalami penurunan dan peningkatan yang bervariasi jika dibandingkan dengan nilai parameter Marshall pada Job Mix Formula, tetapi masih memenuhi syarat dari spesifikasi teknis Bina Marga. 2. Hasil pengujian dengan metode ekstraksi pada masing-masing core sample menunjukkan beberapa variasi kadar aspal. Nilai kadar aspal rata-rata pada core sample didapatkan sebesar 6,54%, terjadi peningkatan 12,84% jika dibandingkan dengan kadar aspal optimum pada Job Mix Formula sebesar 5,7%, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 5,5%. Saran Berdasarkan penelitian di laboratorium dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Perlunya ketelitian pada saat melakukan eksperimen di laboratorium seperti dalam hal menimbang, ketelitian dalam pengujian serta hal lain yang harus diawasi secara benar sehingga didapatkan hasil yang lebih teliti dan dilakukan dengan alat yang memadai. 2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk membahas lebih dalam lagi mengenai faktor-faktor penyebab
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 142 penurunan kualitas perkerasan jalan, serta penelitian lebih lanjut untuk menentukan faktor toleransi dan penurunan mutu perkerasan jalan selama umur pelayanan jalan. 3. Diharapkan untuk instansi terkait yang menangani pelaksanaan konstruksi jalan dapat melakukan suatu pengawasan yang ketat pada kegiatan pembangunan konstruksi jalan dan awal pelaksanaan konstruksi sampai pada masa pemeliharaan jalan tersebut, agar hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan mutu yang disyaratkan dalam Job Mix Formula atau memenuhi ketentuan sesuai yang tercantum dalam spesifikasi teknis. Untuk pengawasan sebaiknya yang ditekankan adalah temperatur aspal yaitu untuk proses produksi berada diantara 145 165 C, penghamparan pada suhu 15 C, dan pemadatan pada suhu 110 C, sedangkan untuk proses pengangkutan campuran diperhatikan kelayakan truk pengangkut dan selama pengangkutan aspal bak truk harus tertutup, untuk pengawasan keseragaman campuran beraspal juga harus dijaga dan diawasi secara teliti oleh teknisi khusus yang berpengalaman. 4. Adanya suatu pengawasan dari pihakpihak terkait bekerja sama dengan masyarakat dalam pemeliharaan fasilitas jalan. DAFTAR PUSTAKA Desriantomy. 2002. Penuntun Praktikum Bahan Perkerasan Jalan Raya. Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya. Indriany, S. 2009. Modul 12 Perencanaan Geometrik Jalan. Universitas Mercu Buana Jakarta. Priyandi, A. 2009. Studi Pengendalian Mutu (Quality Control) Campuran Aspal Panas Jenis HRS-WC Pada Pekerjaan Lapis Permukaan (Studi Kasus Paket Kegiatan Pemeliharaan Berkala Jalan sp. Sei Asam Takaras STA. 34+000 s.d. STA. 35+000. Tugas Akhir, Universitas Palangka Raya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan. 2009. Prospek Agregat Lokal Kalimantan Tengah untuk Bahan Perkerasan Jalan. Bandung: Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum Revisi SNI 03-1737-1989 Tentang Pelaksanaan Lapis Campuran Beraspal Panas. Sukirman, S. 1995. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Penerbit Nova. Sukirman, S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Penerbit Granit. Tenriajeng, A. 2002. Laston Sebagai Bahan Alternatif Pada Pekerjaan Pelapisan Jalan. Jakarta: Universitas Gunadarma.