Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Adapun pembangkit listrik yang umumnya digunakan di Indonesia yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR

Analisa Termodinamika Pengaruh Penurunan Tekanan Vakum pada Kondensor Terhadap Performa Siklus PLTU Menggunakan Software Gate Cycle

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI TURBINE GENERATOR QFSN B UNIT 10 dan 20 PT. PJB UBJOM PLTU REMBANG

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

STUDI PADA PENGARUH FEEDWATER HEATER 7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIMULASI PENGARUH RASIO TEKANAN HPH TERHADAP PERFORMA PLTU PAITON 9 MENGGUNAKAN SOFTWARE CYCLE TEMPO

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, Indonesia sudah banyak mengembangkan kegiatan pendirian unit -

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 61-68

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA TERMODINAMIKA PADA SISTEM PEMBANGKIT TENAGA UAP DENGAN VARIASI PEMBEBANAN DI UNIT PEMBANGKIT TENAGA UAP PT

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

ANALISIS EFISIENSI EFEKTIF HIGH PRESSURE HEATER (HPH) TIPE VERTIKAL U SHAPE DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP AMURANG UNIT 1

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan meningkatnya

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

REKONSTRUKSI SIKLUS KOGENERASI PT KKA MENJADI PLTU DENGAN SIMULASI. MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK GATE CYCLE Dosen Pembimbing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SIKLUS RANKINE (STEAM POWER PLANT SYSTEM) SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN TERMODINAMIKA TEKNIK

STUDI DESAIN KONSEPTUAL SISTEM BALANCE OF PLANT (BOP) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) SKALA KECIL

PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP SISTEM UAP EKSTRAKSI PADA DEAERATOR PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

ANALISIS PEFORMA PLTU VERSUS VARIASI BEBAN PADA TURBIN UAP MENGGUNAKAN SOFTWARE CYCLE TEMPO. Dosen Pembimbing Dr. Ir. Budi Utomo Kukuh Widodo, ME

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print)

Session 17 Steam Turbine Theory. PT. Dian Swastatika Sentosa

ANALISIS UNJUK KERJA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) PADA PLTGU MUARA TAWAR BLOK 5 ABSTRAK

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

BAB III PROSES PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

Pengaruh Feedwater Heater Terhadap Efisiensi Sistem Pembangkit 410 MW dengan Pemodelan Gate Cycle

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

ANALISA ENERGI DAN EKSERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BANTEN 3 LONTAR

ANALISA EFEKTIVITAS HIGH PRESSURE HEATER UNIT 2 DENGAN LAJU ALIRAN AIR 59,721 kg/s PADA PLTU PANGKALAN SUSU PT PLN SEKTOR PEMBANGKITAN MEDAN

ANALISA PENGARUH VARIASI PINCH POINT DAN APPROACH POINT TERHADAP PERFORMA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR TIPE DUAL PRESSURE

Analisa Efisiensi Isentropik dan Exergy Destruction Pada Turbin Uap Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

BAB III LOW PRESSURE DRAIN PUMP

Program Studi Teknik Mesin BAB I PENDAHULUAN. manusia berhubungan dengan energi listrik. Seiring dengan pertumbuhan

Exercise 1c Menghitung efisiensi

Dosen Pembimbing Prof. Dr. Eng. Ir. Prabowo, M.Eng

ANALISIS TERMODINAMIKA PENGARUH OPERASI FEEDWATER HEATER PADA PERFORMA PLTU 3 BANGKA BELITUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE CYCLE TEMPO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

Analisa Termoekonomi Pada Sistem Kombinasi Turbin Gas Uap PLTGU PT PJB Unit Pembangkitan Gresik

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

T U G A S S I D A N G A K H I R

ANALISA UNJUK KERJA THERMAL ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE PEMANAS TEKANAN RENDAH ( LOW PRESSURE HEATER 1) PADA PLTU UNIT 3 SEKTOR BELAWAN

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio

DosenPembimbing Prof. Dr. Eng. Ir. Prabowo, M.Eng

ANALISA PRESTASI KERJA TURBIN UAP PADA BEBAN YANG BERVARIASI

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH REKUPERATOR TERHADAP PERFORMA DARI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

EVALUASI PERFORMA TURBIN UAP UNIT 1 PLTU 3 JAWA TIMUR TANJUNG AWAR-AWAR TUBAN DENGAN METODE HEAT RATE AMRISYAH PAHLEVI SETYA GUSTI

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. listrik adalah salah stu kebutuhan pokok yang sangat penting

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISA PENGARUH HIGH PRESSURE HEATER 1 INSERVICE DAN OUTSERVICE TERHADAP EFISIENSI TERMAL PLTU 1 JAWA TIMUR PACITAN

OPTIMASI JUMLAH FWH PADA SIKLUS RANKINE REGENERATIF

Studi Variasi Flowrate Refrigerant Pada Sistem Organic Rankine Cycle Dengan Fluida Kerja R-123

STUDI PERANCANGAN PLTGU SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

BAB I PENDAHULUAN I.1

TEKANAN FLASHING OPTIMAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM DOUBLE-FLASH

BAB I PENDAHULUAN. mensirkulasikan air demin dari deaerator meunju ke steam drum. Pompa pada

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISA PERFORMA HIGH PRESSURE HEATER 1 PADA UNIT 1 PLTU 3 JAWA TIMUR TANJUNG AWAR-AWAR TUBAN TUGAS AKHIR

ANALISA EFISIENSI ISENTROPIK TURBIN UAP PADA PLTU 1 JAWA BARAT INDRAMAYU TUGAS AKHIR BAYU PAMUNGKAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERHITUNGAN

PENGARUH BYPASS RATIO OVERALL PRESSURE RATIO, DAN TURBINE INLET TEMPERATURE TERHADAP SFC PADA GAS-TURBINE ENGINE

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

ANALISA PERFORMANSI TURBIN UAP KAPASITAS 60 MW DI PLTU PEMBANGKITAN LISTRIK SEKTOR BELAWAN

MODUL 5A PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA KERJA YANG DIGUNAKAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR TM141585

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH REDESIGN MOTORIZED OPERATING VALVE (MOV) DEBRIS FILTER TERHADAP EFISIENSI PANAS CONDENSOR PLTU 1 JAWA BARAT INDRAMAYU

ANALISIS CATU KALOR DAN EFEKTIVITAS HIGH PRESSURE HEATER (HPH 7) DI UNIT 1 PLTU INDRAMAYU TUGAS AKHIR

Transkripsi:

B107 Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo Muhammad Ismail Bagus Setyawan dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail: prabowo@me.its.ac.id Abstrak Salah satu upaya peningkatan siklus Rankine adalah penggunaan closed feedwater heater. Fokus penelitian ini adalah LPH (low pressure heater) milik PLTU 1x660 MW. Pembangkit ini memiliki 4 buah LPH yang fluida pemanasnya diambil dari ekstraksi LP (low pressure) turbine. Penelitian menggunakan variasi tekanan fluida pemanas LPH. Nilai tekanan yang digunakan adalah rasio perbandingan tekanan fluida pemanas LPH terhadap tekanan fluida masuk LP turbine. Penelitian menganalisis ke empat LPH secara individual, yaitu ketika satu LPH diubah tekanan fluida pemanasnya, tekanan fluida pemanas LPH yang lain tidak berubah dari keadaan existing. Analisis yang dilaksanakan dibantu oleh perangkat lunak Cycle Tempo versi 5.1 yang dikembangkan oleh Asimptote, sebuah perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang industri pembangkit. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa pada setiap LPH terdapat rasio optimum tekanan fluida pemanas terhadap tekanan fluida masuk LP turbine. optimum tekanan fluida pemanas LPH #5 dan LPH #8 terhadap tekanan fluida masuk LP turbine berada pada keadaan existing, yaitu 0,41 dengan tekanan kerja fluida pemanas sebesar 3,88 bar, dan 0,027 dengan tekanan kerja fluida pemanas sebesar 0,259 bar secara berurutan. sedangkan rasio optimum tekanan fluida pemanas LPH #6 dan LPH #7 terhadap tekanan fluida masuk LP turbine secara berurutan berada pada rasio 0,2 dengan tekanan kerja fluida pemanas sebesar 1,89 bar, dan 0,07 dengan tekanan kerja fluida pemanas sebesar 0,7 bar. Penelitian juga menunjukkan bahwa tekanan fluida pemanas LPH #6 cenderung dominan dibanding LPH yang lain di dalam pengaruh perubahan performa pembangkit. Dalam analisis pada saat tekanan fluida pemanas LPH #6 berada pada tekanan kerja 1,89 bar dengan rasio sebesar 0,2 dan LPH yang berada pada kondisi existing, daya yang dihasilkan adalah 660,378 MW dan efisiensi pembangkit yang dihasilkan adalah 40,028%. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa data desain PLTU 1x660 MW sudah optimum dengan daya total 660,289 MW dan efisiensi pembangkit sebesar 40,022%. Kata Kunci Low Pressure Heater, Efisiensi Pembangkit, Daya Pembangkit, Cycle Tempo, Ekstraksi Feedwater Heater. P I. PENDAHULUAN ENINGKATAN performa siklus Rankine dapat dicapai dengan penambahan beberapa komponen, salah satunya adalah dengan menambah closed feedwater heater. Closed feedwater heater berguna sebagai komponen yang memanaskan fluida kerja sebelum masuk ke boiler. Karena bertambahnya suhu fluida kerja yang masuk ke boiler, maka kalor yang masuk ke dalam pembangkit menjadi lebih rendah. Penurunan kalor tersebut berdampak kepada meningkatnya efisiensi pembangkit, dan menurunnya bahan bakar yang digunakan di dalam pembangkit [1]. Closed feedwater heater sendiri dalam aplikasinya terbagi menjadi 2 jenis. Yang pertama adalah HPH (high pressure heater) yang sesuai namanya jenis ini beroperasi pada fluida pemanas bertekanan tinggi. Yang kedua adalah LPH yang merupakan jenis closed feedwater heater yang beroperasi pada fluida pemanas yang bertekanan rendah. Dalam closed feedwater heater, terdapat 2 parameter yang dilihat untuk mengecek performa dari komponen tersebut. Dua parameter tersebut ialah TTD (temperature terminal difference) dan DCA (drain cooling approach). TTD merupakan hasil pengurangan suhu saturasi fluida pemanas dengan suhu fluida kerja keluar, sedangkan DCA merupakan hasil pengurangan suhu fluida pemanas keluar dengan suhu fluida kerja masuk [2]. Perubahan tekanan fluida pemanas closed feedwater heater menghasilkan perubahan performa pembangkit. Pada setiap komponen tersebut akan memiliki tekanan optimum fluida pemanas yang menghasilkan performa pembangkit terbesar [3]. Selain dari perubahan tekanan fluida pemanas, laju alir massa fluida pemanas masuk closed feedwater heater juga memengaruhi performa pembangkit. Hal tersebut dapat terjadi lantaran fluida pemanas komponen tersebut pada umumnya berasal dari ekstraksi turbin. Efek dari perubahan laju alir massa fluida pemanas adalah semakin bertambah laju alir massa fluida ekstraksi, maka daya yang dihasilkan akan turun. Sebaliknya daya yang dihasilkan akan meningkat bila laju alir massa fluida ekstraksi berkurang [4]. Dalam penelitian ini dilakukan variasi tekanan untuk setiap fluida pemanas LPH pada PLTU 1x660 MW. Dalam hal ini, nilai tekanan yang digunakan berasal dari rasio tekanan fluida pemanas LPH dibanding dengan tekanan fluida masuk LP turbine. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui pengaruh tekanan fluida pemanas LPH terhadap daya dan efisiensi pembangkit. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasio optimum tekanan fluida pemanas LPH terhadap tekanan fluida masuk LP turbine yang menghasilkan daya dan efisiensi pembangkit terbesar. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui LPH mana yang memiliki dominasi terbesar terhadap perubahan daya dan efisiensi pembangkit. Yang terakhir, penelitian ini dilakukan untuk memverifikasi data desain PLTU 1x660 MW. II. METODOLOGI Variasi Tekanan Fluida Pemanas LPH Penelitian dilaksanakan dengan memvariasikan tekanan fluida ekstraksi

B108 LP turbine. Variasi tekanan didefinisikan ke dalam satuan rasio tekanan fluida ekstraksi dengan tekanan fluida masuk LP Tabel 1 dan 2 merupakan variasi-variasi yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat turbine. Gambar 2 menunjukkan point untuk setiap inlet dan outlet pada LP turbine. Titik 1 merupakan fluida masuk turbin, kemudian titik 2 merupakan fluida keluar turbin, dan yang terakhir titik 3 sampai 6 merupakan fluida ekstraksi. Gambar 2. LP turbine pada perangkat lunak Cycle Tempo Kondisi Tabel 1 Variasi tekanan fluida pemanas LPH Variasi Tekanan (rasio Pekstraksi/P1) existing LPH #5 (3) LPH #6 (4) LPH #7 (5) LPH #8 (6) VAR-1 0,41 - - - VAR-2 0,152 - - - VAR-3 0,077 - - - VAR-4 0,027 - - - 4 variasi rasio tekanan yang dilaksanakan. Variasi-varias i tersebut didefinisikan sebagai VAR-1, VAR-2, VAR-3, dan VAR-4. VAR-1 merupakan variasi yang hanya mengubah Tabel 2 untuk setiap variasi VAR-1 VAR-2 VAR-3 VAR-4 0,18 0,1 0,04 0,015 0,19 0,11 0,05 0,02 0,24 0,12 0,06 0,022 0,29 0,13 0,07 0,024 0,37 0,14 0,077 0,027 0,41 0,152 0,08 0,03 0,5 0,16 0,085 0,035 0,6 0,2 0,1 0,04 0,7 0,3 0,11 0,045 0,8 0,35 0,12 0,05 tekanan fluida ekstraksi LPH #5. VAR-2 merupakan variasi yang hanya mengubah tekanan fluida ekstraksi LPH #6. VAR- 3 merupakan variasi yang hanya mengubah tekanan fluida ekstraksi LPH #7. VAR-4 merupakan variasi yang hanya mengubah tekanan fluida ekstraksi LPH #8. Pemilihan batas atas dan bawah untuk variasi rasio yang dilaksanakan untuk setiap variasi bergantung dari posisi LPH

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B109 tersebut. Batas bawah pada VAR-1 merupakan tekanan fluida ekstraksi LPH #6, sedangkan batas atasnya merupakan tekanan fluida masuk LP turbine. Batas bawah pada VAR-2 merupakan tekanan fluida ekstraksi LPH #7, sedangkan batas atasnya merupakan tekanan fluida ekstraksi LPH #5. Batas bawah pada VAR-3 merupakan tekanan fluida ekstraksi LPH #8, sedangkan batas atasnya merupakan tekanan fluida ekstraksi LPH #6. Batas bawah pada VAR-4 merupakan tekanan fluida keluar LP turbine, sedangkan batas atasnya merupakan tekanan fluida ekstraksi LPH #7. Hasil utama yang dicatat dalam penelitian ini adalah daya turbin, dan efisiensi pembangkit. Selain itu, perubahan nilai properties per tingkat keadaan juga dicatat. Pemilihan rasio optimum didasari rasio tekanan yang memiliki daya turbin, dan efisiensi pembangkit terbesar dibanding yang lain. Setelah didapatkan rasio optimum untuk setiap variasi, kemudian rasio tersebut dibandingkan antar variasi untuk mengetahui pada variasi yang mana daya yang dihasilkan mendapatkan hasil terbaik. Selain membandingkan hasil dengan rasio optimum tiap variasi, juga dibandingkan dengan hasil bila simulasi menggunakan semua rasio optimum yang telah didapatkan untuk setiap LPH. 192.72 192.71 192.7 192.69 192.68 192.67 III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 192.66 Gambar 3 Pengaruh rasio LPH #5 terhadap daya IP turbine (tanda Gambar 3 menunjukkan perubahan daya IP (intermediate pressure) turbine pada saat tekanan fluida pemanas LPH #5 dirubah. Karena suhu fluida keluar deaerator dijaga konstan, maka ketika tekanan fluida pemanas LPH #5 meningkat, laju alir massa fluida ekstraksi deaerator menurun yang didapat dari ekstraksi IP turbine. Oleh karena itu, pada saat yang sama, laju alir massa fluida keluar IP turbine mengalami penurunan. Perubahan tersebut menyebabkan perubahan daya yang dihasilkan oleh IP turbine. Akan tetapi dari penelitian yang telah dilakukan, perubahan daya sekitar 41 KW antara rasio terendah yang dilakukan (0,18) dan rasio tertinggi yang dilakukan (0,8). 239.5 239 238.5 238 237.5 237 236.5 236 Gambar 4 Pengaruh rasio LPH #5 dan #6 terhadap daya LP turbine (tanda Gambar 4 menunjukkan perubahan daya LP turbine pada rasio LPH #5 dan #6. Dalam penelitian ini, terdapat puncak atau rasio optimum yang menghasilkan daya terbesar untuk setiap variasi. Pada VAR-1, hal tersebut disebabkan oleh perubahan laju alir massa dan entalpi fluida pemanas masuk LPH #5 dan laju alir massa fluida masuk LP turbine. Ketika tekanan fluida pemanas LPH #5 dinaikkan, laju alir massa fluida pemanas masuk LPH #5 meningkat. Perubahan laju alir massa fluida keluar IP turbine yang meningkat menyebabkan laju alir massa massa fluida masuk LP turbine juga meningkat. Didapatkan bahwa rasio atau tekanan existing fluida pemanas LPH #5 menghasilkan daya LP turbine terbesar, yaitu 0,41 pada tekanan kerja fluida pemanas LPH #5 sebesar 3,88 bar. Penurunan daya terjadi pada rasio 0,18 sebab walaupun laju alir massa dan entalpi fluida pemanas masuk LPH #5 menurun, tetapi laju alir massa fluida masuk LP turbine juga menurun. Penurunan daya terjadi pada rasio 0,8 sebab walaupun laju alir massa fluida masuk LP turbine meningkat, tetapi laju alir massa dan entalpi fluida pemanas masuk juga LPH #5 meningkat. Pada VAR-2, laju alir massa fluida pemanas LPH #6 mengalami peningkatan seiring bertambahnya tekanan fluida pemanas komponen tersebut. Laju alir massa fluida pemanas LPH #5 mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya tekanan fluida pemanas LPH #6. Perubahan laju alir massa dan entalpi fluida pemanas masuk LPH #6 dan laju alir massa fluida pemanas LPH #5 menyebabkan perubahan daya yang dihasilkan oleh LP turbine. Didapatkan bahwa rasio 0,2 pada tekanan kerja fluida pemanas 1,69 bar menghasilkan daya terbesar. Penurunan daya pada rasio 0,1 sebab walaupun laju alir massa fluida pemanas masuk LPH #5 menurun, tetapi laju alir massa dan fluida pemanas LPH #6 meningkat. Penurunan daya terjadi pada rasio 0,35 sebab walaupun laju alir massa dan entalpi fluida pemanas masuk LPH #6 menurun, tetapi laju alir massa fluida pemanas masuk LPH #5 meningkat.

Efisiensi (%) Efisiensi (%) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B110 239.5 239 238.5 238 237.5 237 40.05% 40.00% 39.95% 39.90% 39.85% Gambar 5 Pengaruh rasio LPH #7 dan #8 terhadap daya LP turbine (tanda Gambar 5 menunjukkan perubahan daya LP turbine pada perubahan rasio LPH #7 dan #8. Pada VAR-3 didapatkan bahwa rasio 0,07 pada tekanan kerja fluida pemanas 0,66 bar menghasilkan daya terbesar. Pada VAR-4 didapatkan bahwa rasio atau tekanan existing fluida pemanas LPH #8, yaitu 0,027 dengan tekanan kerja fluida pemanas LPH #8 sebesar 0,259 bar Gambar 6 dan 7 menunjukkan perubahan daya total yang total yang terjadi pada setiap variasi. Perubahan daya total didominasi oleh perubahan daya LP turbine sehingga rasio total didominasi oleh perubahan daya LP turbine sehingga rasio optimum tekanan fluida pemanas setiap LPH untuk daya total sama dengan rasio optimum tekanan fluida pemanas LPH untuk daya LP turbine. 660.5 660 659.5 659 658.5 658 657.5 Gambar 8 Pengaruh rasio LPH #5 dan #6 terhadap efisiensi pembangkit (tanda 40.02% 39.97% 39.92% Gambar 9 Pengaruh rasio LPH #7 dan #8 terhadap efisiensi pembangkit (tanda silang=existing) Gambar 8 dan 9 menunjukkan perubahan efisiensi yang terjadi pada setiap variasi. Karena suhu fluida keluar deaerator dikunci, maka tidak ada perubahan kalor masuk boiler sehingga perubahan efisiensi pembangkit hanya dipengaruhi oleh perubahan daya. Oleh karena itu hasil rasio optimum tekanan fluida pemanas setiap LPH untuk efisiensi pembangkit sama dengan rasio optimum tekanan fluida pemanas LPH untuk daya total. Gambar 6 Pengaruh rasio LPH #5 dan #6 terhadap daya total (tanda 660.4 660.2 660 659.8 659.6 659.4 659.2 659 Gambar 10 Perbandingan daya total antara existing dan variasi Gambar 7 Pengaruh rasio LPH #7 dan #8 terhadap daya total (tanda Gambar 11 Perbandingan efisiensi pembangkit antara existing dan variasi

B111 Gambar 10 dan 11 merupakan perbandingan daya total dan efisiensi pembangkit pada existing dan 3 jenis komparasi. Pada optimum 1, rasio LPH #6 sebesar 0,2 dan rasio LPH yang lain dalam keadaan existing. Pada optimum 2, rasio LPH #7 sebesar 0,07 dan rasio LPH yang lain dalam keadaan existing. Pada optimum 3, rasio LPH #6 sebesar 0,2, rasio LPH #7 sebesar 0,07, dan rasio LPH yang lain dalam keadaan existing. Dari hasil yang didapatkan, ketiga komparasi tersebut menghasilkan daya dan efisiensi pembangkit yang sedikit lebih besar dari keadaan existing. Jenis optimum yang menghasilkan daya dan efisiensi pembangkit terbesar adalah optimum 1 dengan daya total sebesar 660,378 MW dan efisiensi pembangkit sebesar 40,028%. IV. KESIMPULAN 1. Pada setiap LPH terdapat rasio optimum untuk tekanan fluida pemanasnya yang menghasilkan daya dan efisiensi pembangkit terbesar. 2. optimum tekanan fluida pemanas setiap LPH terhadap tekanan fluida masuk LP turbine (9,46 bar) adalah sebagai berikut: No. LPH Tekanan Kerja Fluida Pemanas 1 LPH #5 0,41 (existing) 3,88 bar 2 LPH #6 0,2 1,89 bar 3 LPH #7 0,07 0,66 bar 4 LPH #8 0,027 (existing) 0,259 bar 3. Daya total dan efisiensi pembangkit terbesar terjadi pada kondisi optimum 1, yaitu: No. LPH Tekanan Kerja Fluida Pemanas 1 LPH #5 0,41 (existing) 3,88 bar 2 LPH #6 0,2 1,89 bar 3 LPH #7 0,077 (existing) 0,7 bar 4 LPH #8 0,027 (existing) 0,259 bar Daya total yang dihasilkan adalah sebesar 660,378 MW dan efisiensi pembangkit sebesar 40,028%. Dapat disimpulkan bahwa perubahan tekanan fluida pemanas pada LPH #6 menghasilkan perubahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan LPH yang lain. 4. Daya total dan efisiensi pembangkit terbesar terjadi pada kondisi optimum 1, yaitu: No. LPH Tekanan Kerja Fluida Pemanas 1 LPH #5 0,41 3,88 bar 2 LPH #6 0,152 1,44 bar 3 LPH #7 0,077 0,7 bar 4 LPH #8 0,027 0,259 bar menghasilkan daya total dan efisiensi pembangkit yang sudah optimum, yaitu sebesar 660,289 MW dan 40,022%. DAFTAR PUSTAKA [1] H. Assad, Effect of Feedwater Temperature Rise in Heaters on Regenerative Rankine Cycle Performance, Int. J. Mech. Eng. Educ., vol. 25, no. 2, pp. 103 110, 1996. [2] P. Kiameh, Power Generation Handbook: Selection, Application, Operation, and Maintenance. New York: Mc Graw Hill, 2002. [3] M. Rashidi, Thermodynamic Analysis of a Steam Power Plant with Double Reheat and Feed Water Heaters, Hindawi Publ. Corp. Adv. Mech. Eng., no. 940818, pp. 1 11, 2014. [4] Y. Simamora, Analisis Termodinamika Pengaruh Aliran Massa Ekstraksi Turbin Uap Bagian High Pressure untuk Feedwater Heater Terhadap Performa Pembangkit Listrik Tenaga Uap 200 MW, Surabaya, 2015.