BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Februari 2015 mencapai 786,7 ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman Februari 2014, yang tercatat sebanyak 702,7 ribu kunjungan. Demikian pula jika dibandingkan dengan Januari 2015, jumlah kunjungan wisman Februari 2015 naik sebesar 8,80% 1. Di dunia internasional, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki berbagai macam potensi, destinasi, objek wisata dan daya tarik wisata. Mulai dari ras, suku, etnis yang berbeda-beda, alamnya yang indah, budaya yang khas, masyarakat yang ramah tamah dan peninggalan benda-benda bersejarah yang hingga saat ini masih terjaga. Banyaknya atraksi dan destinasi yang dimiliki tentunya sangat menguntungkan Indonesia dalam bidang kepariwisataan. Atraksi dan destinasi yang beragam menarik banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Hal ini tentu akan memberikan keuntungan tersendiri sebagai salah satu sumber pendapatan negara. 1 Sumber: http://www.bps.go.id/index.php/brs/1129. Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional Februari 2015. Diunduh pada tanggal 3 Juli 2015, pukul 04.35 WIB. 1
2 Salah satu daerah yang memiliki pendapatan tertinggi di bidang pariwisata dan menjadi tujuan wisata terkenal di Indonesia adalah Bali. Pariwisata menjadi sektor andalan dalam pembangunan di Bali. Kontribusi pariwisata terhadap perekonomian Bali cukup tinggi. Hal ini terlihat dari kenaikan jumlah wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara, yakni dari sekitar 3.633.656 pada tahun 2000 menjadi 5.210.146 pada tahun 2012. Kedatangan wisatawan mancanegara membawa dampak perolehan devisa masing-masing sebesar 865,078 juta USD pada tahun 2000 menjadi 1,768 milyar pada tahun 2012 (Dinas Pariwisata Bali, 2013). Sudah tidak asing lagi jika membicarakan tentang objek wisata di Bali. Jika dibandingkan dengan daerah tujuan wisata lain di Indonesia, Bali memiliki karakteristik yang kuat dengan tradisi budaya yang khas, alam yang indah, pantai yang bersih, masyarakat yang ramah dan bersahabat, serta lengkapnya fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung. Kebutuhan wisatawan saat ini tidak hanya terbatas pada wisata alam dan wisata budaya saja. Tingginya permintaan wisatawan akan wisata tersebut membuat banyak pelaku di industri pariwisata yang berinovasi untuk memenuhi beragam kebutuhan wisatawan. Oleh karena itu mulai berkembang jenis wisata minat khusus, yaitu wisata alternatif yang disebut desa wisata. Desa wisata ini menawarkan kegiatan wisata yang menekankan pada unsur-unsur pengalaman dan bentuk wisata aktif yang melibatkan wisatawan berhubungan langsung dengan masyarakat setempat.
3 Salah satu wilayah di Bali yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata adalah Banjar Candikuning II, Desa Candikuning, Kabupaten Tabanan, Bali. Banjar Candikuning II terletak berdekatan dengan beberapa objek wisata yang sudah terkenal seperti Bedugul Danau Bratan, Kebun Raya Eka Karya dan Pura Ulun Danu. Lokasi yang strategis mendukung Banjar Candikuning II untuk dijadikan sebagai desa wisata. Ditambah potensi-potensi lain seperti kebun stroberi, kebun sayur, budaya serta adat istiadat masyarakat lokal yang menjunjung tinggi nilai agama yang menjadi daya tarik utama desa wisata ini. Dengan menonjolkan ciri budaya lokal setempat diharapkan desa wisata ini mampu bersaing dengan objek wisata lain. Dalam program KKN yang diadakan Universitas Gadjah Mada pada Tahun 2014 yang dilakukan di Banjar Candikuning II, Desa Candikuning, tim KKN melakukan perencanaan secara subjektif hanya berdasarkan observasi. Untuk itu dilakukan lagi penelitian yang lebih mendalam mengenai potensi tersebut dan membuat perencanaan serta pengembangan yang lebih terperinci. Banyaknya potensi dan daya tarik wisata yang ada sangat memungkinkan Banjar Candikuning II dijadikan sebagai desa wisata. Hanya saja untuk menjadikan Banjar Candikuning II sebagai desa wisata dibutuhkan beberapa strategi pengembangan dan perencanaan yang kongkrit berdasarkan beberapa teori pengembangan. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian untuk mengemukakan potensi dan strategi pengembangan tersebut dengan judul KONSEP PERENCANAAN BANJAR CANDIKUNING II SEBAGAI DESA WISATA DI DESA CANDIKUNING KABUPATEN TABANAN BALI.
4 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang ingin dikaji adalah: 1. Apa saja potensi wisata yang terdapat di Banjar Candikuning II? 2. Bagaimana konsep dan strategi perencanaan yang dapat dilakukan untuk menjadikan Banjar Candikuning II sebagai desa wisata? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi semua potensi wisata yang terdapat di Desa Candikuning II untuk dikembangkan. 2. Mengetahui konsep dan strategi-strategi perencanaan yang dapat dilakukan untuk menjadikan Banjar Candikuning II sebagai desa wisata. 1.4 Manfaat Penelitian Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini. Manfaat yang disampaikan berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis. a. Manfaat Teoritis Penulisan ini diharapkan akan memperkaya pengetahuan, konsep, pemikiran, pengalaman, dan wawasan yang lebih dalam ilmu kepariwisataan serta dapat dijadikan acuan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. b. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yang ingin dicapai adalah:
5 1. Penelitian ini diharap dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah dan pengelola dalam menjadikan Banjar Candikuning II sebagai desa wisata di Kabupaten Tabanan. 2. Penelitian ini diharap dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran sekaligus menyadarkan masyarakat bahwa Banjar Candikuning II memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan judul adalah oleh Priyono (2014) yang berjudul Pengembangan Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, skripsi, Universitas Gadjah Mada, yang memaparkan penelitian kualitatif deskriptif dengan mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan peran dari tiap-tiap pihak yang terlibat. Hasil penelitian berupa bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengembalikan konsep desa wisata pada Desa Bejiharjo. Salah satunya dengan cara merevitalisasi daya tarik lainnya sebagai alternatif, terutama daya tarik budaya yang merupakan jalan hidup masyarakat Desa Bejiharjo. Penelitian oleh Al Habsy (2004) yang berjudul Perencanaan Strategis Kabupaten Buru dalam Pengembangan Potensi Pariwisata, tesis, Universitas Gadjah Mada, yang menggunakan metode analisis SWOT dan hasil penelitian tersebut memaparkan strategi-strategi yang perlu ditempuh Pemerintah Daerah
6 melalui analisis mengenai faktor-faktor yang menjadi pendorong maupun penghambat, deskripsi hal-hal yang berupa kondisi internal dan ekternal dalam upaya pengembangan sektor pariwisata, perumusan isu-isu strategis dalam upaya pengembangan potensi wisata dan penyusunan strategi pengembangan potensi pariwisata. Penelitian oleh Sudarmawan (2003) yang berjudul Persepsi Masyarakat Desa Candikuning terhadap Eksploitasi Panas Bumi Bedugul Tabanan Bali, tesis, Universitas Gadjah Mada, yang hasil penelitiannya memaparkan kelayakan panas bumi Bedugul untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi, penelitian mengidentifikasi perubahan lingkungan akibat pembangunan PLTP di Bedugul dan penelitian memaparkan persepsi masyarakat terhadap kelanjutan eksploitasi panas bumi. Penelitian oleh Dewi (2014) yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Tabanan, Bali, disertasi, Universitas Gadjah Mada, yang dilakukan di tiga desa di Kabupaten Tabanan yakni Desa Candikuning, Desa Kukuh dan Desa Jatiwuluh. Hasil penelitian memaparkan pemahaman masyarakat lokal atas keberadaan desa wisata, memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dan memaparkan mengenai strategi pengelolaan sumber daya pariwisata yang mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata.
7 Dari penelitian-penelitian terdahulu itu terlihat bahwa penelitian dengan judul Konsep Perencanaan Banjar Candikuning II sebagai Desa Wisata di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Bali belum pernah dilakukan oleh siapa pun. 1.6 Landasan Teori Potensi wisata adalah daya tarik yang terdapat dalam suatu objek atau daerah dalam keadaan belum atau tidak dikembangkan. Potensi daya tarik ditandai dengan belum adanya penyediaan aksesibilitas dan fasilitas, apabila aksesibilitas dan fasilitas tersebut telah tersedia, maka sudah dapat disebut sebagai daya tarik wisata (Marpaung, 2002: 78). Menurut Tarigan dalam Hadiwijoyo (2012: 6-7) perencanaan dapat dibagi atas dua versi, yaitu pertama, versi yang melihat perencanaan sebagai sebuah teknik atau profesi yang membutuhkan keahlian, sedangkan versi kedua adalah versi yang melihat perencanaan (pembangunan) adalah kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Inskeep dalam Marpaung (2002: 81) mengemukakan bahwa pengertian perencanaan sebagai upaya mengorganisasikan hal di masa yang akan datang untuk mendapatkan sasaran yang tepat. Perencanaan dan pengembangan wisata sesuai dengan teori Inskeep (1994), mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal didasarkan pada empat aspek yaitu:
8 1. Mempertahankan kelestarian lingkungan 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut 3. Menjamin kepuasan pengunjung 4. Meningkatkan keterpaduan dan unit pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zona pengembangannya. Menurut Yoeti (1997: 8) mengemukakan bahwa perencanaan dan pengembangan pariwisata dapat dilakukan dalam lima tahapan, yaitu: 1. Melakukan inventarisasi mengenai semua fasilitas yang tersedia dan potensi yang dimiliki 2. Menaksir pasaran pariwisata dan mencoba melakukan proyeksi lalu lintas wisatawan pada masa yang akan datang 3. Memperhatikan si daerah belahan dunia mana permintaan (demand) adalah lebih besar daripada persediaan atau penawaran (supply) 4. Melakukan penelitian kemungkinan perlunya penanaman modal, baik modal dalam negri maupun modal asing 5. Melakukan perlindungan terhadap kekayaan alam yang dimiliki dan memelihara warisan budaya bangsa serta adat istiadat suatu bangsa yang ada. Perencanaan yang akan dilakukan adalah perencanaan yang melibatkan seluruh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi komponen utama destinasi atau daerah tujuan wisata seperti yang dikemukakan Cooper (1993 dalam Suwena dan Widyatmaja, 2010: 88) untuk
9 dapat menjadi daerah tujuan wisata, wilayah tersebut harus didukung empat komponen utama atau yang dikenal dengan istilah 4A yaitu: atraksi (attraction), fasilitas (amenities), aksesibilitas (access), dan pelayanan tambahan (ancillary services). Uraian dari masing-masing komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Atraksi (attraction) Atraksi disebut juga objek dan daya tarik wisata merupakan komponen yang signifikan dalam menarik wisatawan. Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan. Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan itu ada tiga, yaitu (1) Natural Resources (alami) seperti: gunung, danau, pantai, dan bukit. (2) Atraksi wisata budaya seperti: arsitektur rumah tradisional di desa, situs arkeologi, benda-benda seni dan kerajinan, ritual atau upacara budaya, festival budaya, kegiatan dan kehidupan masyarakat sehari-hari, keramahtamahan, makanan; dan (3) Atraksi buatan seperti: acara olahraga, berbelanja, pameran, konferensi, festival musik. 2. Fasilitas (amenities) Secara umum pengertian fasilitas (amenities) adalah segala macam prasarana dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti:
10 a. Usaha Penginapan (accommodation) Akomodasi adalah tempat dimana wisatawan bermalam untuk sementara di suatu daerah wisata. Sarana akomodasi umumnya dilengkapi dengan sarana untuk makan dan minum. Jenis-jenis akomodasi berdasarkan bentuk bangunan, fasilitas, dan pelayanan yang disediakan, adalah seperti: hotel, guest house, homestay, losmen, perkemahan, dan vila. b. Usaha makanan dan minuman Usaha makanan dan minuman di daerah tujuan wisata merupakan salah satu komponen pendukung penting. Usaha ini termasuk di antaranya restoran, warung atau cafe. Wisatawan akan kesulitan apabila tidak menemui fasilitas ini pada daerah yang mereka kunjungi. Saran akomodasi umumnya menyediakan fasilitas tambahan dengan menyediakan makanan dan minuman untuk kemudahan para tamunya. c. Transportasi dan infrastuktur Wisatawan memerlukan alat transportasi baik itu transportasi udara, laut, dan darat untuk mencapai daerah wisata yang menjadi tujuannya. Tersedianya alat transportasi adalah salah satu kunci sukses kelancaran aktivitas pariwisata. Komponen pendukung lainnya adalah infrastuktur yang sacara tidak langsung mendukung kelancaran kegiatan pariwisata misalnya: air, jalan, listrik, pelabuhan, bandara, pengolahan limbah dan sampah. Namun, meskipun tidak semua daerah tujuan wisata memiliki komponen
11 pendukung yang baik, suatu daerah tetap bisa menarik wisatawan untuk berkunjung karena ada hal-hal unik yang hanya bisa ditemui atau dilihat di tempat tersebut. 3. Aksesibilitas (access) Jalan masuk atau pintu masuk utama ke daerah tujuan wisata merupakan akses penting dalam kegiatan pariwisata. Bandara, pelabuhan, terminal dan segala macam jasa transportasi lainnya menjadi akses yang penting dalam pariwisata. Di sisi lain akses ini diidentikkan dengan transferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Tanpa adanya kemudahan transferabilitas tidak akan ada pariwisata. Adapun faktor-faktor yang memungkinkan transferabilitas ialah: a. Konektivitas antara daaerah yang satu dengan daerah yang lain. b. Tidak adanya pengahalang yang merintangi adanya transferabilitas antardaerah. c. Tersedianya sarana angkutan antardaerah. 4. Pelayanan tambahan (ancillary services) Pelayanan tambahan (ancillary services) atau sering disebut juga pelengkap yang harus disediakan oleh pemerintah daerah dari suatu daerah tujuan wisata, baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang disediakan termasuk: pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik, telepon, dan lain-lain) serta
12 mengkoordinir segala macam aktivitas dan dengan peraturan perundangundangan baik di objek wisata maupun di jalan raya. Misalkan pelayanan informasi di Tourism Information Center (TIC), baik berupa penjelasan langsung dari jasa pemandu maupun bahan cetak seperti brosur, buku, leaflet, poster, peta dan lain sebagainya. Menurut Pariwisata inti Rakyat dalam Hadiwijoyo (2012: 68-69) yang dimaksud dengan desa wisata adalah suatu kawasan perdesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian perdesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraks, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya. Merujuk kepada defenisi desa wisata, desa-desa bisa dikembangkan dalam program desa wisata akan memberikan contoh yang baik bagi desa lainnya, penetapan suatu desa dijadikan sebagai desa wisata harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain sebagai berikut : 1. Aksesibilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. 2. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata.
13 3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya. 4. Keamanan di desa tersebut terjamin. 5. Tersedianya akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. 6. Beriklim sejuk dan dingin. 7. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu berkaitan dengan hal tersebut terdapat 2 (dua) konsep penting dalam komponen desa wisata, yaitu: 1. Akomodasi: sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. 2. Atraksi: seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kursus tari, bahasa, membatik, dan lain sebagainya yang lebih spesifik. 1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Jenis Penelitian Berdasarkan pada masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
14 1.7.2 Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui berbagai sumber seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. b. Data Sekunder Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan bersumber dari penelitian terdahulu, artikel, jurnal, skripsi, arsip-arsip desa, brosur dan lain-lain yang sesuai dengan penelitian. 1.7.3 Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data ketika penyusunan laporan dalam mencapai tujuan penulisan laporan adalah dengan beberapa studi sebagai berikut. a. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mencari, mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur berupa buku-buku teori, laporan penelitian, arsip-arsip desa dan web yang terkait dengan judul penelitian. Data yang diperoleh dalam studi pustaka seperti buku profil Banjar Candikuning II, buku profil Desa Candikuning, buku profil Kabupaten Tabanan, peta wisata Candikuning II, analisis komponen perencanaan destinasi, SWOT, strategi pengembangan desa wisata dan dokumen-dokumen lain yang terkait penelitian.
15 b. Observasi Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung atau peninjauan secara langsung di Banjar Candikuning II, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, untuk mempelajari lokasi penelitian, mengetahui kondisi serta potensi yang terdapat dilapangan dan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pariwisata tersebut. Pengambilan data penelitian dilakukan selama bulan Juli 2014 hingga Agustus 2014. c. Wawancara Wawancara dilakukan kepada kelihan dinas (kepala dusun) yang bertanggung jawab sebagai pengelola wisata Banjar Candikuning II. Wawancara juga dilakukan kepada beberapa masyarakat yang memiliki peran dan terlibat dalam pengembangan Banjar Candikuning II sebagai desa wisata. 1.7.4 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis SWOT. Analisis SWOT diartikan sebagai alat identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis SWOT dilakukan berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan potensi dan kesempatan namun secara bersamaan dapat meminimalisasi kendala dan ancaman sehingga akan memberikan output berupa target atau perlakuan untuk mencapai tujuan.
16 Data data yang telah penulis peroleh kemudian dianalisis dengan melihat faktor kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Kekuatan dan kelemahan lebih banyak terjadi di lingkungan dalam (internal), sedangkan peluang dan ancaman banyak terjadi diluar lingkungan (eksternal). Analisis ini digunakan untuk mengetahui strategi - strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk menjadikan Banjar Candikuning II sebagai desa wisata terkenal di Bali dengan mengidentifikasi beberapa faktor dan mengembangkan peluang serta potensi yang ada (Rangkuti, 2014: 19). Dari hasil analisis SWOT akan dihasilkan beberapa strategi, antara lain : a. Strategi SO, strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesarbesarnya. b. Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. c. Strategi ST, strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. d. Strategi WT, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
17 Tabel 1.1 Matrik SWOT Internal Strenghts (S) Weakness (W) Eksternal Tentukan 5-10 faktor - faktor kekuatan internal Tentukan 5-10 faktor - faktor kelemahan internal Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor - faktor peluang eksternal Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Tentukan 5-10 faktor - faktor ancaman eksternal Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman (Sumber: Rangkuti, 2014: 83) 1.8 Sistematika Penulisan Untuk mengetahui garis besar dari penyusunan skripsi ini, maka dibuat sistematika bahasan sebagai berikut : Judul : Konsep Perencanaan Banjar Candikuning II sebagai Desa Wisata di Desa Candikuning Kabupaten Tabanan Bali BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian yang diikuti dengan sistematika penulisan.
18 BAB II : Gambaran umum Kabupaten Tabanan, gambaran umum Desa Candikuning dan profil Banjar Candikuning II yang berisi sejarah singkat, profil, lokasi, logo, struktur organisasi pemerintah, serta objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Desa Candikuning. BAB III : Pembahasan yang berisi tentang potensi wisata dan kondisi pariwisata yang ada di Banjar Candikuning II saat ini, serta analisis SWOT dan strategi perencanaan yang dapat dilakukan untuk menjadikan Banjar Candikuning II sebagai desa wisata. BAB IV : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.