MEDIA BRIEFING KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERINGATAN HARI LUPUS SEDUNIA TAHUN 2018

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia ini menganggap jaringan dalam tubuh sebagai benda

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

KEGIATAN DALAM RANGKA HARI KANKER SEDUNIA 2013 DI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

PANDUAN MEMPERINGATI HARI KANKER SEDUNIA DI INDONESIA TAHUN 2013

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAKSANAAN PONED. Terbitan : 01 No. Revisi : 00. Tgl. Mulai Berlaku : 16/5/2015. Halaman :

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA

TATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat (Rahajeng & Tuminah, 2009).

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan saat ini menjadi faktor paling penting diantara sekian

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PARU BATU

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN. Disampaikan Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN KAB. MAMUJU dr. Hj. HAJRAH AS AD, M.KES

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

S T O P T U B E R K U L O S I S

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lupus sendiri memiliki definisi sebagai penyakit immune atau kekebalan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

Standar Kompetensi Lulusan. Sekretaris

No. ISBN: Survei Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Volume 3. Daftar Isi i

Bab I Pendahuluan. dalam menjaga optimalisasi manusia dalam kegiatan sehari-hari membuat banyak orang

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dr. H. Lilian B Koord. Blok Kedokteran Keluarga

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu jenis penyakit yang belum diketahui secara pasti faktor penyebab ataupun

2016, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. penyakit Lupus. Penyakit ini dalam ilmu kedokteran seperti dijelaskan dalam Astuti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH PUSKESMAS LAMPASI. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAMPASI NO. 445/ /SK-C/Pusk-LPS/I/2016

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

Transkripsi:

MEDIA BRIEFING KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERINGATAN HARI LUPUS SEDUNIA TAHUN 2018

MEMAHAMI PROGRAM PROMOTIF DAN PREVENTIF PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES) dr. Asjikin Iman Hidayat Dachlan, MHA Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementeriaan Kesehatan RI

PENGERTIAN Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit inflamasi sistemik autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya menyerang wanita usia produktif dengan angka kematian yang cukup tinggi LUPUS ERTOMATOSUS SISTEMIK Data Sistem Informasi Rumah Sakit 2016 >> ada 2.166 pasien rawat inap yang didiagnosis Lupus, dengan 550 pasien diantaranya meninggal dunia. perlu mendapat perhatian khusus karena sekitar 25% dari pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia tahun 2016 berakhir pada kematian

PENGERTIAN Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik merupakan Penyakit Tidak menular Dikenal dengan istilah penyakit seribu wajah, karena memiliki variasi gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan penyakit yang beragam yang belum jelas penyebabnya Faktor genetik, imunologik dan hormonal serta lingkungan diduga berperan dalam perjalanan penyakit ini. LUPUS ERTOMATOSUS SISTEMIK Kekeliruan dalam pengenalan penyakit Lupus ini masih sering terjadi, sehingga seringkali terlambat dalam diagnosis dan penatalaksanaannya

PERAN PEMERINTAH Kemenkes dalam hal ini Direktorat P2PTM Subdit Penanggulangan Penyakit Paru Kronis dan Gangguan Imunologi (PKGI) telah melakukan penanggulangan penyakit gangguan imunologi khususnya pada penyakit LES, Psoriasis dan Arthritis rheumatoid sejak terbentuknya struktur organisasi Kemenkes yang baru di tahun 2016 Bentuk dukungan pemerintah tersebut dalam kegiatan penanggulangan khususnya penyakit Lupus selama telah dilaksanakan secara komprehensif dan terintegrasi dengan melibatkan partisipasi dan kemitraan dari lintas program, lintas sektor, organisasi profesi, perguruan tinggi, LSM, relawan, dan masyarakat madani

Kebijakan Khusus Pelayanan Kesehatan Bagi Orang Dengan Lupus (ODAPUS) Kebijakan khusus yang telah dilakukan yaitu dalam hal pengendalian penyakit LES dalam bentuk promotif dan preventif di seluruh Fasilitas Layanan kesehatan. Kebijakan pembiayaan Penyakit Lupus pada Odapus sesuai dengan UU no.40 tahun 2004 pasal 19 tentang jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip Asuransi Sosial dan ekuitas, pada tahun 2014 diharapkan semua jaminan pelayanan kesehatan akan masuk kedalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimana setiap penduduk wajib menjadi peserta JKN.

Program Yang Sudah Dilakukan Kemenkes 1. Sosialisasi pengendalian penyakit lupus melalui penyebar luasan informasi (mencetak leaflet dan banner) yang telah didistribusikan ke propinsi-propinsi dan masyarakat. 2. Meningkatkan Pengetahuan petugas kesehatan secara holistik mulai dari hulu sampai hilir dalam pengendalian LES melalui pembuatan pedoman dan petunjuk teknis penyakit lupus yang dilakukan bersamaan dengan Lintas sektor, lintas program dan para ahli penyakit lupus 3. Penyelenggaraan pertemuan ilmiah dengan organisasi profesi sehingga menghasilkan update konsep yang inovatif dan kesamaan persepsi terkait dengan lupus 4. Penyelenggaraan Peningkatan kapasitas Sumber daya kesehatan melalui pelatihan penanggulangan gangguan imunologi tahun 2017 ( Penyakit LES dan Psoriasis) 5. Mengusulkan obat-obat lupus ( selama ini obat-obat Lupus masih Off-label) kedalam DOEN 2013. Beberapa Obat LES yang diusulkan ada yang masuk kedalam DOEN 2013 dan Formularium Obat Nasional 2017. 6. Untuk pembiayaan Penyakit Lupus pada Odapus sesuai dengan UU no.40 tahun 2004 pasal 19 tentang jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip Asuransi Sosial dan ekuitas, pada tahun 2014 diharapkan semua jaminan pelayanan kesehatan akan masuk kedalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimana setiap penduduk wajib menjadi peserta JKN.

Penyediaan / Distribusi Obat Pelayanan Kesehatan Lupus Eritematosus Sistemik (LES) Direktorat P2PTM dan Direktorat obat publik telah mengusulkan obat-obat lupus ( selama ini obat-obat Lupus masih Off-label) kedalam DOEN 2013. Beberapa Obat LES yang diusulkan ada yang masuk kedalam DOEN 2013 dan Formularium Obat Nasional. Terkait dengan jumlah yg disediakan yg masih terbatas, dibutuhkan informasi kebutuhan terkait ketersedian obat yang digunakan ODAPUS dalam setahun sesuai dengan stadium penyakitnya

Panduan Pelayanan Kesehatan Lupus Eritematosus Sistemik (LES) Direktorat P2PTM telah membuat dan merevisi Buku Pedoman dan Petunjuk Teknis penyakit Lupus yang dilakukan bersamaan dengan Lintas sektor, lintas program dan para ahli penyakit Lupus serta LSM pemerhati Lupus

Panduan Pelayanan Kesehatan Lupus Eritematosus Sistemik (LES) Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik (LES) Bagi Tenaga Kesehatan Sejak Tahun 2016. Penyebar luasan informasi melalui buku Pedoman, buku Petunjuk Teknis dan mencetak leaflet serta banner yang telah didistribusikan ke provinsi-provinsi dan masyarakat

Sistem Data Penyandang Gangguan Imunologi khususnya LES Direktorat P2PTM dalam proses memasukan penyakit Lupus kedalam portal Web P2PTM yang mana diharapkan data pasien yg datang ke fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia dapat diperoleh. Selain itu juga telah berkoordinasi dengan Pusdatin dan Litbangkes untuk memperoleh data pasien Lupus. Dalam hal ini diperlukan juga kerjasama dengan para ahli profesi dan LSM pemerhati Lupus untuk bersama-sama memperoleh data tersebut.

Dukungan pemerintah terhadap LSM pemerhati/ Komunitas Lupus Selama ini Kementerian Kesehatan telah bekerjasama dengan LSM Pemerhati/ Komunitas gangguan imunologi termasuk Pemerhati/ Komunitas Lupus yang ada di seluruh indonesia dalam hal kemitraan pengendalian penyakit Lupus di Indonesia. Bentuk kemitraan LSM pemerhati Lupus tersebut dalam hal melakukan edukasi publik tentang penyakit Lupus serta melakukan advokasi untuk menggalang kepedulian masyarakat dan pihak terkait serta pendampingan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kualitas hidup penyandang Lupus. LSM pemerhati Lupus juga telah aktif melakukan advokasi kepada teman-teman dinkes provinsi dan kabupaten /kota.

Dampak Sosio-ekonomi Penyakit Lupus Terkait pemenuhan kebutuhan obat bagi ODAPUS yang sering digunakan seperti hidroxychloroquin, methotrexate, mycophenolate mofetil dimana ketersediannya sangat terbatas sehingga para ODAPUS mengalami putus obat dan tidak terjadi remisi dari penyakit LES tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut menyebabkan para ODAPUS harus mengeluarkan ekstra biaya untuk pengobatannya sehingga terjadi kerugian ekonomi para ODAPUS tersebut. Oleh karena berbagai masalah dapat muncul menyertai penyakit LES ini, baik secara fisik, psikologik maupun masalah terkait fungsi sosial dari individu yang terkena. Sebagai dampaknya tentu berkaitan dengan produktivitas mereka, ketergantungan akan layanan kesehatan, dan sebagainya

Deteksi Dini Penyakit Lupus Perjalanan penyakit LES ini pun sangatlah dinamis sehingga seringkali sulit menegakan diagnosis pada awal penyakit, terutama bila tampilan gejala klinis atau keluhan yang tidak khas dan tidak lengkap. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan Lupus secara mandiri dalam bentuk SALURI (SADARI LUPUS SENDIRI). Penyakit LES yang tidak ditangani dengan baik, bila sampai berkelanjutan, bisa mempengaruhi kehidupan dan produktivitas ODAPUS.

Periksa Lupus Sendiri (SALURI) 1. Apakah Persendian anda sering terasa sakit, nyeri atau bengkak Iebih dari 3 bulan? 2. Apakah jari tangan dan/ jari kaki pucat, kaku atau tidak nyaman di saat dingin? 3. Apakah anda pemah menderita sariawan lebih dari 2 minggu? 4. Apakah anda mengalami kelainan darah sepeni: anemia, Ieukositopenia, atau trombositopenia? 5. Pemahkah pada wajah anda terdapat ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang sayapnya melintang dari pipi ke pipi? 6. Apakah anda sering demam diatas 38 C dengan sebab yang tidakjelas?

Periksa Lupus Sendiri (SALURI) 7. Apakah anda pemah mengalami nyeri dada selama beberapa hari saat menarik nafas? 8. Apakah anda sering merasa sangat Ielah dan sangat lemas, bahkan satelah cukup beristirahat? 9. Apakah Kulit anda hipersensitif terhadap sinar matahari? 10. Apakah terdapat protein pada pemeriksaan urin anda? 11. Pemahkah anda mengalami serangan kejang? Bila individu menjawab Ya untuk minimal 4 pertanyaan di atas, ada kemungkinan individu terkena lupus. Segera konsultasikan dengan dokter puskesmas atau rumah sakit setempat.