Kata kunci : aluminium foam,logam busa

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Teknik Mesin UMY 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH FRAKSI MASSA NaCl UKURAN MESH 4-16 PADA FABRIKASI ALUMINUM FOAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE MELT ROUTE

Morfologi dan Kuat Tekan Aluminium Berpori yang Diproduksi dengan Teknik Metalurgi Serbuk Menggunakan Urea sebagai Space Holder

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

HALAMAN JUDUL. PENGARUH FRAKSI MASSA NaCl UKURAN MESH 4-16 PADA FABRIKASI ALUMINUM FOAM DENGAN METODE MELT ROUTE TUGAS AKHIR

BAB II STUDI LITERATUR

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN

PENGARUH PENAMBAHAN BLOWING AGENT CaCO 3 TERHADAP POROSITAS DAN KEKUATAN TEKAN ALUMINUM FOAM DENGAN CARA MELT ROUTE PROCESS TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN MATERIAL POROUS ALUMINUM MENGGUNAKAN TEKNIK METALURGI SERBUK DENGAN SPACE HOLDER PADUAN Pb-Sn

PENGARUH PENAMBAHAN MAGNESIUM TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN (HARDNESS) DAN KEKUATAN TEKAN ALUMINIUM FOAM MENGGUNAKAN CaCO 3 SEBAGAI BLOWING AGENT

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal.

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

FABRIKASI ALUMINIUM BERPORI MEMANJANG (ELONGATED PORE) MENGGUNAKAN METODE METALURGI SERBUK DENGAN MEMANFAATKAN UREA SEBAGAI SPACE HOLDER

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

Perbandingan Kekerasan dan Kekuatan Tekan Paduan Cu Sn 6% Hasil Proses Metalurgi Serbuk dan Sand Casting

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm-

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PENELITIAN STRATEGIS

BAB II STUDI LITERATUR

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TEHADAP DENSITAS DAN KEKERASAN PADA KOMPOSIT

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

PABRIKASI ALUMINUM SANDWICH FOAM MENGGUNAKAN METODA METALURGI SERBUK DENGAN UREA SEBAGAI SPACE HOLDER

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

Bab III Metodologi Penelitian

PROSES MANUFACTURING

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB I PENDAHULUAN. perancangan maupun inovasi material yang digunakan. konstruksi juga selalu dikembangkan. Beton ringan atau lightweight concrete

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Karakterisasi Material Sprocket

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

BAB 3 Metode Penelitian

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap spesimen dimasukkan kedalam Tabel IV.1 dibawah : 1 171,2 190,8-2 Logam Las 174,3 187,3 -

Lampiran A. Densitas Dari Papan Gipsum Plafon Terhadap Sampel (Gipsum : Serbuk Batang Kelapa Sawit : Tapioka) M k M g M t ρ air Ρ

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

3. Uraikan & jelaskan perbedaan yang mendasar antara teknik pressing & sintering konvensional dengan teknik pressing & sintering modern.

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

PENGARUH PENAMBAHAN 10%wt Mg DAN KECEPATAN MILLING TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Al-Mg

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV DATA DAN ANALISA

III. METODOLOGI PENELITIAN

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

DYAN YOGI PRASETYO I

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

SIMULASI PERILAKU MEKANIS KEKUATAN TARIK MATERIAL PADUAN ALUMINIUM MAGNESIUM FOAM DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS 14.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI FRAKSI MASSA SPACE HOLDER UREA DENGAN UKURAN MESH 16/18 TERHADAP POROSITAS DAN KUAT TEKAN ALUMINIUM FOAM Arif Prasetyo Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Intisari Aluminium foam adalah logam dengan rongga atau pori-pori di dalam strukturnya. Beberapa keunggulan dari material ini diantaranya memiliki sifat peredam getaran yang baik selain itu material logam busa ini memiliki bobot yang ringan karena material ini tidak memiliki bentuk yang padat. Salah satu contohnya adalah aplikasi pada rangka mobil, Jika material rangka mobil dari logam busa, maka ketika menerima impak atau tekanan dari luar, energi impak diserap seluruh atau sebagian oleh logam busa ini. Oleh karena itu kerusakan yang terjadi dibagian dalam mobil dapat dikurangi. ` Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium serbuk dan urea yang berukuran mesh 16/18. Dengan variasi perbandingan 50%, 60%, 70%, 80% fraksi massa urea. Serbuk aluminium dan urea dicampur dengan alat drum mixer selama 5 menit. Hasil pencampuran aluminium dan urea dimasukkan kedalam cetakan kemudian dikompaksi dengan parameter penekanan 300 kg/cm 2. Hasil dari proses kompaksi kemudian disinter pada dapur pemanas yang dilakukan dalam 2 tahap. Pada tahap pertama temperature sintering adalah 200 o C dengan waktu penahanan selama 1 jam, dan dilanjutkan tahap kedua dengan temperature sintering 650 o C dengan waktu penahanan selama 1 jam. Spesimen hasil sintering kemudian didinginkan di dalam dapur pemanas hingga sampai suhu kamar. Pengujian aluminium foam dalam penelitian ini meliputi pengujian porositas, struktur makro, struktur mikro dan kuat tekan. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan alat UTM, sedangkan untuk struktur makro menggunakan mikroskop optik dan untuk pengujian struktur makro menggunakan kamera Canon EOS 650D. Hasil pengamatan struktur makro dan mikro menunjukkan pori-pori yang terdistribusi secara merata pada setiap fraksi masa urea dengan bentuk pori yang seperti bentuk space holder. Dari pengujian porositas dan kuat tekan menggunakan fraksi massa 50% urea menghasilkan porositas 62,68%, tegangan luluh 0,27 MPa, modulus elastisitas 0,53 MPa. Pada fraksi massa 60% urea menghasilkan porositas 72,50%, tegangan luluh 0,25 MPa, modulus elastisitas 0,40 MPa. Pada fraksi massa 70% urea menghasilkan porositas 80,81%, tegangan luluh 0,15 MPa, modulus elastisitas 0,21 MPa. Pada fraksi massa 80% urea menghasilkan porositas 80,77%, tegangan luluh 0,13 MPa, modulus elastisitas 0,21 MPa. Hasil pengujian porositas menunjukkan semakin meningkatnya fraksi massa urea nilai porositas yang didapat semakin tinggi. Sedangkan untuk pengujian kuat tekan menunjukkan semakin meningkatnya farksi massa urea nilai tegangan luluh dan modulus elastisitas semakin menurun. Kata kunci : aluminium foam,logam busa Perkembangan material saat ini sudah mencapai tingkat advance yang banyak dipublikasikan dalam hal kasus yang memerlukan modifikasi dari material untuk kondisi tertentu. Salah satu material advance yang di gunakan adalah Metal foam atau logam busa (Effendi, 2008).

Aluminium berpori adalah logam dengan rongga atau pori-pori di dalam strukturnya. Keterkaitan adanya pori-pori pada logam ini banyak diaplikasikan dalam industri manufaktur khususnya industri komponen otomotif. Beberapa keunggulan dari material ini diantaranya memiliki sifat peredam getaran yang baik (energy adsorbsi). Solid foam sering kali disebut dengan cellular foam karena fase gas yang terdispersi dalam solid membentuk konstruksi sel, jika solid foam berasal dari material logam (metal) maka dinamakan metal foam (Banhart, 1999). Logam berongga atau yang dikenal dengan istilah metal foam merupakan advance material yang memili struktur berongga pada material berongga yang solid dengan volume porositas 75% - 95%. (Kennedy, 2012) Dilihat dari struktur porinya, Metal foam memiliki dua jenis struktur pori yaitu closed-cell foam dan open-cell foam. Closed-cell foam adalah cellular material yang tiap cell-nya tertutup dengan lebar cell-nya dan memiliki kekuatan yang baik. sedangkan open-cell foam adalah cellular material yang tiap cell-nya terhubung dengan lebar cell-cellnya sekitar dalam banyak kasus jenis pori open-cell memili kekuatan yang lemah (Kennedy, 2012). Proses pembuatan Metal foam melalui fase cair umumnya menggunakan suatu bahan pembentuk pori (foaming agent). Bahan pembentuk pori dipilih yang dapat mengsailkan gas saat dipanaskan bersamaan dengan logam yang akan dijadikan Metal foam. Foaming agent yang umum di gunakan adalah TiH2 dan ZrH2 (Frantisek, 2001). Selain menggunakan foaming agent, pembuatan Metal foam melalui jalur cair juga bias di lakukan dengan metode dissolve gas dan external gas. Pada metode ini pembuatan Metal foam dibentuk oleh gas-gas yang terlarut dalam logam cair. Pada saat solidifkasi gas tersebut meniggalkan logam sehingga terbentuk pori. Gas yang digunakan pada metode ini adalah hydrogen dan oksigen nuntuk dissolve gas dan nitrogen dan argon untuk external gas. Proses sinter dan pelarutan atau sintering-dissolution process (SDP) merupakan teknik pembuatan logam busa dari bahan baku serbuk merupakan eksperimen (Zhao,2001). Pada penelitian ini proses pembuatan aluminum foam dengan proses mtalurgi serbuk. Beberapa kelebihan dari proses ini adalah bentuk, ukuran, jumlah pori yang dihasilkan dapat dikontrol melalui pemilihan material yang digunakan. Kelebihan lain dari proses ini adalah produksi yang dihasilkan hampir mendekati yang sebenarnya sehingga proses machining sangat sedikit. Aluminium foam dibuat dengan metode metalurgi serbuk dan dihasilkan jenis busa closed cell. Beberapa penggunaan aluminium foam di antaranya adalah untuk industri otmotif, aplikasi mesin, komponen kapal laut (Ashby, 2000) 1. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini pembuatan logam busa adalah aluminium serbuk merk fine powder, stabilized m=26,98 gram/mol dengan spesifikasi assay (90%),heavy metals (0,03%), As (0,0005%), Fe (1,0%), Fat (2,0%). Dan bahan yang digunakan sebagai foaming agent adalah urea dengan ukuran partikel serbuk1,7mm. Alatan cetakan yang digunakan berdiameter 12mm. Penyiapan sampel berat aluminium yang digunakan pada experimen menyesuaikan urea yang digunakan sebagai space holder. Sebelum proses pencampuran serbuk urea disaring dengan ayakan dengan ukuran 1,7mm (12 mesh) urea dan aluminium ditimbang dengan timbangan digital dengan ketelitian 0,01. Setelah itu pencampuran urea dengan serbuk aluminium menggunakan metode dry powder mixing menggunakan drum

mixer. Perhitungan masing-masing serbuk dalam setiap spesimen dapat dilihat pada Tabel 1 : Table 1 Hubungan berat spesimen dengan space holder Spesimen Al (g) Urea (g) 50% 50 50 60% 40 60 70% 30 70 80% 20 80 Setelah serbuk aluminium dan urea dimasukkan dalam cetakan (dies) proses selanjutnya adalah penekanan dengan mesin kompaksi, Metode penekanan yang diberikan yaitu satu arah (single end compaction) dan punch berada pada bagian atas dan bergerak dari atas ke bawah. Parameter penekanan yang diberikan pada sampel aluminium serbuk yaitu 300kg/cm 2. proses sintering dilakukan didalam dapur pemanas (Naberterm furnace), parameter yang digunakan sebesar 200 o C dan penahanan selama 60 menit lalu temperature ditingkatkan menjadi 650 o C dengan waktu penahanan 60 menit. Untuk pengamatan mikroskop optik, sampel dipoles dengan menggunakan amplas 400, 800, dan 1000 secara bertahap. Proses etsa dilakukan dengan menggunakan larutan etsa (etsa reagent) dengan komposisi campuran cairan 85% aquades, 5ml HNO3, 3ml HCL, 2ml HF dan direndam selama 10-15 menit dan setelah itu dibesrsihkan dengan alcohol 90% kemudian dikeringkan. Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan dari aluminium foam, pengujian kuat tekan dilakukan dengan mesin united testing machine, pengujian kuat tekan dilakukan dengan kecepatan sama di masing masing specimen, yaitu 1.270 mm/menit. Sedangkan untuk penghitungan porositas dilakukan dengan rumu: Porositas = (1 )X 100. ( 1 ) Penelitian ini dilakukan untuk membuat aluminium foam dengan metode metalurgi serbuk dan urea sebagai space holder, dimana variabel terikat adalah porositas, densitas, kuat tekan, struktur makro, struktur mikro dan modulus elastisitas. Foaming agen urea divariasikan dengan massa 50%, 60%, 70%, dan 80% dengan suhu sinter yang sama dan penekanan kompaksi yang sama. 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahap persiapan serbuk dilakukan penimbangan masing-masing serbuk aluminium dan urea. fraksi massa aluminium dan urea adalah 50%, 60%, 70%, 80% dengan jumlah total 10 gram untuk masing-masing spesimen aluminium foam. 3.1 Hasil kompaksi aluminium foam Pada tahapan kompaksi, tekan (pressure) merupakan parameter yang sangat penting dalam menuntukan hasil spesimen (green compact). Semakin besar Space Holder yang diberikan maka densitas bakalan akan semakin meningkat dan persentase porositas akan menurun. Table 1 Hubungan berat spesimen dengan tinggi green compact Spesimen Tinggi green compact(mm) Massa urea(gram) 50% 41 50 60% 53 60 70% 57 70 80% 60 80 Pada Table 1 dapat dilihat perbedaan ketinggi setiap green compact ini disebabkan perbedaan pemasukan serbuk kedalam cetakan (dies) yang berbeda-beda sehingga densitas untuk setiap variabel akan berbeda

Dari Gambar 2 terlihat bahwa spesimen yang terdapat kandungan urea tinggi seperti spesimen 80% urea mempunyai bentuk pori yang tidak beraturan di banding dengan spesimen 50%, ini dikarenakan perbedaan massa urea yang semakin tinggi massa urea maka pori yang terbentuk juga semakin merata. Gambar 1 Spesimen hasil kompasi Dapat dilihat pada Gambar 1 hasil kompaksi yang didapat dalam penelitian ini yang berupa tidak meratanya urea dalam aluminium atau terjadi segregasi dalam hasil kompaksi Gambar 1(a) bagian yang menunjukan terdapat banyak pori, Gambar 1(b) menunjukkan bagian yang sedikit terdapat pori. Segregasi ini disebabkan oleh perbedaan berat jenis serbuk yang besar antara urea dengan aluminium sehingga dalam proses penuangan serbuk dalam dies tidak terjadi pengaturan serbuk yang merata karena berat jenis yang lebih berat aluminium akan lebih dahulu sampai kedasar dies dibanding serbuk yang berat jenisnya rendah (urea). 3.2 Hasil sinter proses sinter aluminium foam Dalam penelitian yang dilakukan, temperature sinter yang digunakan adalah 200 0 C penahanan selama1 jam dan 650 0 C penahanan selama 1 jam. Dengan tekanan 300 kg/cm 2. Gambar 2 Foto dengan berbagai variasi urea tampak samping 3.3 Hasil Pengamatan Struktur Makro Foto makro di ambil dengan pembesaran 7X sehingga terlihat jelas bagian dalam yang berpori. Gambar 3 Struktur makro dari berbagai variasi urea. Dari Gambar 3 diatas terlihat perbedaan jarak antar pori dimana pada persentase berat 50% dan 60% urea memiliki jarak antar pori yang lebih besar dibanding persentase 70% dan 80% urea. Jarak pori atau dinding pori yang lebih kecil akan mudah hancur dibanding jarak pori yang lebih besar ketika suatu material terkena beban. Jarak antar pori ini akan mempengaruhi perilaku aluminium foam dalam pengujian tekan sehingga menyebabkan energi yang diserap pada aluminium foam dengan variabel persentase berat 50% dan 60% lebih besar dibanding aluminium foam dengan variabel persentase berat 70% dan 80%.

3.4 Hasil Pengamatan Struktur Mikro Jumlah pori-pori yang terbentuk ditentukan oleh proses disolasi urea. Semakin banyak urea yang larut, maka pori yang terbentuk semakin banyak. Jika dilihat dari penurunan densitas. Gambar 4 Foto struktur mikro spesimen 50% dan 60% Pada spesimen 50% dihasilkan pori yang tidak seragam tetapi pori-pori tersebut terdistribusi secara merata. Sedangakan untuk spesimen 60% terlihat pori-pori yang sangat kecil dan jarak antar rongga berdekatan. Pori-pori tersebut akan mengalami pengumpulaan sehingga membentuk pori yang lebih besar. Jarak antar pori sangat mempengaruhi kekuatan tekan suatu material. Semakin dekat jarak antar pori maka konsentrasi tegangan pada setiap pori lebih besar sehingga kekuatan tekan menjadi lebih rendah. Oleh karena itu diharapkan jarak antar pori yang optimal sehingga beban (energi) yang diterima dapat didistribusikan secara merata ke setiap pori dan kekuatan tekan sepesimen lebih optimal. 3.5 Hubungan massa urea terhadap Density Tabel 2 fraksi massa urea terhadap density green compact dan density sintering Sampel Density green compact (g/cm 3 ) Density sintering (g/cm 3 ) (50%) 1.904 1.007 (60%) 1.444 0.742 (70%) 1.445 0.518 (80%) 1.325 0.303 Terlihat dari Table 3 dapat dismpulkan dengan meningkatnya fraksi volume urea density green campact dan density sintering semakin meningkat. Gamabar 5 Gambar fraksi berat garam terhadap densitas aluminium foam 3.6 Hubungan massa urea terhadap porositas Gambar 6 Gambar hubungan fraksi berat urea terhadap porositas Pengujian porositas dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio persentase aluminium dan urea terhadap porositas yang dihasilkan aluminium foam. Gambar 6 terlihat hubungan persentase berat urea dengan porositas terlihat semakin tinggi persentase urea yang terkandung dalam aluminium foam maka porositas akan semakin tinggi dengan nilai porositas. Hal ini disebabkan oleh poripori yang ada dalam aluminium foam bukan hanya dihasilkan pada saat proses

kompaksi namun pori-pori dalam jumlah yang banyak juga disebabkan oleh proses pelarutan urea (dissolution). Penggunaan banyaknya urea akan mempengaruhi jumlah porositas yang dihasilkan aluminium foam. 3.7 Hubungan massa urea terhadap tegangan dan regangan Gambar 7 Grafik hubungan antara tegangan dan regangan dari pengujian tekan Adanya porositas dalam aluminium foam akan mempengaruhi sifat mekanis aluminium foam. Gambar 7 terlihat semakin kecil persentase berat urea dalam sampel aluminium foam maka energi yang diserap semakin kecil. Porositas dalam material merupakan suatu kerugian jika material tersebut terkena beban. Gambar 9 Hubungan antar persentase urea terhadap tegangan luluh Dari Gambar 7 dan 8 terlihat bahwa semakin tinggi persentase urea maka nilai modulus elastisitasnya dan tegangan luluh semakin kecil. Menurunya nilai moduls elastisitas ini disebabkan tingkat porositas yang semakin tinggi seiring dengan bertambahnya persentase urea. Foto hasil pengujian tekan 3.8 Pengaruh persentase urea terhadap modulus elastisitas aluminium foam Gambar 10 Foto hasil uji tekan dari berbagai variasi urea Gambar 8 Hubungan antar persentase urea terhadap modulus elastisitas Keseragaman dan jumlah pori yang lebih banyak sangat mempengaruhi deformasi spesimen, seperti ditunjukkan pada spesimen 50% dan 60% jumlah pori lebih banyak terjadi pada bagian atas sehingga deformasi terkonsentrasi pada bagian atas berbeda pada spesimen 70 % dan 80% yang konsentrasi pori terjadi pada bagian tengah dan pada bagian hamper keseluruhan bagian spesimen

Kesimpulan Aluminium foam dengan urea sebagai space holdernya telah berhasil difabrikasi dengan metode metalurgi serbuk Pada penelitian pembuatan aluminium foam dihasilkan persentase porositas pada fraksi massa 50% sebesar 62,68%, fraksi massa 60% sebesar 72,50%, fraksi massa 70% sebesar 80,81%, fraksi massa 80% sebesar 88,77%, dapat disimpulkan semakin tinggi fraksi massa semakin tinggi nilai porositas yang dihasilkan. Frantisek simancik, et al., alulight-highly porous foamed aluminium panel with outstanding propertis at low density, alulight international GmbH, Rans hofen, Austria. 2001. Zho, y.y., sun D.X., 2001. A noval sintering-dissolution process for manufacturing Al foams. Scripta materia Hasil pengujian tekan didapatkan tegangan luluh pada fraksi massa 50% urea sebesar 0.27 Mpa, fraksi massa 60% urea sebesar 0,25MPa, fraksi massa 70% urea sebesar 0,15MPa, fraksi masa 80% urea sebesar 0,13MPa sedangkan untuk modulus elastisitas pada fraksi massa 50% urea sebesar 0,53MPa, fraksi massa 60% urea sebesar 0,30MPa, fraksi massa 70% urea sebesar 0,21MPa, fraksi massa 80% urea sebesar 0,21MPa. Hasil ini meyimpulkan semakin tinggi fraksi massa yang digunakan untuk aluminium foam maka semakin rendah nilai tegangan luluh dan modulus elastisitas dan mengakibatkan kuat tekan aluminium foam semakin menurun.. Daftar Pustaka Ashby, M.F; A.G. Evans, Metal Foams: A Design Guide, Boston : ButterworthHeinemman, 2000 Kennedy,A,. 2012 porous metal and metal foams made from powders university of Nottingham, UK Banhart, J. 1999. Manufacture, characterization and application of cellular metals and metal foams. Progress in Materials Science, 46, 559-632. Efendi, A., 2008, pembuatan aluminium busa melalui proses sinter dan pelarutan, Tugas Ahir Fakultas Teknik Universitas Indonesia.