BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

BAB III PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KSU BMT ROBBANI KALIWUNGU. Keuangan Syariah yang bergerak dikalangan masyarakat ekonomi menengah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BPRS Bangun Drajat Warga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN. Penerapan Aspek 5C dan 1S pada Pembiayaan Murabahah di KJKS. Baituttamwil Tamzis Cabang Pasar Induk Wonosobo (PIW)

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV PELAKSANANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS BMT KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah

BAB IV PEMBAHASAN Syarat dan Ketentuan Pembiayaan Mikro Syariah Di KSPPS Tamzis Bina Utama Cabang Kejajar Wonosobo.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS TERHADAP PRODUK PEMBIAYAAN USAHA BAGI HASIL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. fiqh klasik.dewasa ini, wacana tentang Mudharabah menjadi semakin mencuat

BAB IV PENERAPAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN PENSIUN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB IV. A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan Mud{a<rabah di Koperasi. Penerapan referensi yang dilakukan di Koperasi BMT Nurul Jannah

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB IV PEMBAHASAN APLIKASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF MOTOR PADA BMT AT-TAQWA CABANG BANDAR BUAT PADANG

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB IV PEMBAHASAN. A. Mekanisme Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar ) 1. Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar )

BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Bai Bitsaman Ajil Pada Pembiayaan Multiguna Di KSPPS BMT Walisongo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat menyimpulkan beberapa hal. Selain itu juga memberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

PERBANDINGAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KUPEDES DENGAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Condition for Economic dan Syariah, serta monitoring pembiayaan. Hal ini BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah. bidang ekonomi. Dalam perekenomian salah satu bidang yang cukup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB IV. ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

Sosial Volume 13 Nomor 2 September 2011 EVALUASI SISTEM...41

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB IV. ANALISIS TENTANG PEMBERIAN PEMBIAYAAN GRIYA ib HASANAH

BAB IV PEMBAHASAN. prosedur pembiayaan griya di BSM Kantor Area Padang dapat diuraikan. 1. Tahap permohonan dan pengajuan persyaratan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mudharabah di PT BPRS Puduarta Insani maka dapat diambil kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah Pada KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwunggu Kendal BMT merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang berkembang di kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah sekarang ini. Keberadaanya merupakan sub stitusi dari bank syariah sebab BMT memiliki fungsi yang sama dengan bank yaitu sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary) yang menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dengan skala lebih kecil. Salah satu produk yang ditawarkan oleh BMT dalam rangka penyaluran dana atau pembiayaan (lending) adalah akad pembiayaan mudharabah, akad tersebut merupakan akad kerjasama usaha antara kedua pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua (mudharib) menjadi pengelola. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung shahibul maal, selama hal itu bukan akibat kelalaian mudharib. 1 KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwunggu Kendal adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang menjalankan akad pembiayaan mudharabah tersebut, keberadaan KSU BMT Robbani merupakan salah satu usaha untuk memenuhi keinginan masyarakat yang dimaksudkan untuk memajukan 1 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, hlm. 95 74

75 kemandirian masyarakat kaliwunggu, yaitu dengan meningkatkan ekonomi masyarakat dan pedagang kecil melalui akad pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah tersebut diberikan ke berbagai kalangan baik sektor perdagangan, industri maupun usaha rumahan (swadaya masyarakat) yang ingin mengembangkan serta meningkatkan produktivitas usahanya. 2 Oleh karena itu, dalam rangka memajukan kemandirian dan mensejahterakan masyarakat khususnya para entrepreneur atau pedagang kecil dan menengah KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwunggu Kendal melayani pembiayaan modal usaha atau bagi hasil (mudharabah) dengan prosedur pengajuan pembiayaan yang lebih sederhana. Mekanisme dan prosedur pembiayaan mudharabah yang ditetapkan pada KSU BMT Robbani adalah Pertama, calon anggota datang langsung dan harus menjadi anggota di KSU BMT Robbani dengan membuka rekening tabungan awal dengan biaya Rp 20.000,- kemudian Kedua, mengajukan permohonan yaitu mengisi aplikasi permohonan pembiayaan dan melengkapi persyaratan administrasi diantaranya: foto copy kartu tanda penduduk (suami istri), foto copy kartu keluarga, surat persetujuan suami/istri atau surat persetujuan orang tua bagi yang belum menikah, data penghasilan laporan laba rugi/slip gaji terakhir, surat izin tempat usaha/izin guna, bukti kepemilikan agunan dan jika pembiayaan sampai 50 juta dilengkapi dengan legalitas usaha (surat-surat izin yang berkaitan dengan kegiatan badan usaha). Selanjutnya pihak KSU BMT Robbani akan melakukan pendataan atas permohonan 2 Hasil wawancara dengan Ibu Maesaroh selaku Staf Bagian Pembiayaan KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal, pada tanggal 24 Februari 2014 pukul: 11.00

76 pembiayaan mudharabah yang diajukan untuk segera dilakukan survei lapangan terhadap calon anggota beserta usaha, setelah itu dilakukan verifikasi data dan analisis kelayakan oleh tim analisis untuk segera diputuskan mengenai permohonan pembiayaan tersebut. Setelah permohonan tersebut disetujui maka akan diproses oleh bagian administrasi untuk disiapkan akad perjanjian pembiayaan mudharabah dan dilakukan penandatanganan oleh kedua belah pihak, proses pengajuan sampai dengan proses pencairan dana berkisar antara 3 s/d 4 hari kerja. Ketiga, setelah pencairan dana KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal akan melakukan pengawasan terhadap mitra agar mitra dapat melunasi semua hutang dan kewajibanya. Melihat adanya mekanisme dan prosedur yang ditetapkan KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwunggu Kendal tersebut telah sesuai dengan teori bahwa prosedur yang ditetapkan oleh layanan jasa keuangan dalam rangka penyaluran dana/pembiayaan mudharabah mempunyai syarat-syarat yang tidak bersifat administratif saja tetapi juga terdapat ketentuan yang menjadi pedoman berlakunya pembiayaan mudharabah. Seperti dalam buku Muhammad 3 Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syari'ah menyebutkan bahwa syarat administrasi tersebut diantaranya: mengisi formulir pendaftaran, menyerahkan KTP dan Kartu Keluarga, melampirkan gambaran umum usaha rencana atau prospek usaha, legalitas usaha dan laporan keuangan, seperti neraca dan laporan laba rugi, data penjualan dan foto kopi rekening tabungan. hlm. 102 3 Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syari'ah, Yogyakarta: BPFE, 2005,

77 Berdasarkan analisa penulis penerapan sistem pembiayaan mudharabah yang dilakukan oleh KSU BMT Robbani merupakan jenis pembiayaan mudharabah mutlaqoh yang mana pihak KSU BMT Robbani memberikan kebebasan kepada mitra dalam menjalankan usahanya. Tidak adanya spesifikasi khusus untuk jenis usaha yang diajukan dalam permohonan pembiayaan mudharabah, semua jenis usaha dapat diajukan dalam permohonan pembiayaan mudharabah selama usaha tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam. 4 Prakteknya dalam pengajuan permohonan pembiayaan mudharabah KSU BMT Robbani menekankan bahwa usaha yang diajukan dalam pembiayaan mudharabah adalah usaha yang sudah berjalan dalam kurun waktu satu tahun dan bukan usaha yang baru akan dirintis. ini menunjukkan bahwa KSU BMT Robbani kurang memberikan kesempatan bagi para pengusaha pemula yang memiliki prospek usaha cukup baik untuk tujuan memajukan dan meningkatkan perekonomian. Melihat adanya hal tersebut, alangkah baiknya jika KSU BMT Robbani tidak hanya memberikan pembiayaan modal usaha (mudharabah) kepada usaha-usaha yang sudah berjalan, melainkan memberikan kesempatan bagi calon anggota yang ingin berwirausaha untuk meningkatkan taraf hidup dan membangun kemandirian. Seperti tujuan dari KSU BMT Robbani sendiri yaitu untuk membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dengan memajukan kemandirian dan mensejahterakan masyarakat pada umumnya. 4 Hasil wawancara dengan Ibu Maesaroh selaku Staf Bagian Pembiayaan KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal, pada tanggal 24 Februari 2014 pukul: 11.00

78 Pelaksanaan pembiayaan mudharabah di KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal tersebut juga menetapkan keharusan mengenai adanya agunan. 5 semestinya KSU BMT Robbani tidak harus selalu berpatok pada adanya agunan dan seharusnya agunan hanya sebagai instrumen tambahan (aspek komplementer) sebab banyaknya calon anggota yang mengajukan permohonan pembiayaan mudharabah adalah para pengusaha kecil dan menengah sehingga tidak adanya barang berharga yang mungkin bisa dijadikan agunan membuat calon anggota menjadi kesulitan. Berbeda dengan layanan jasa keuangan di KJKS Bina Umat Sejahtera Kendal yang bersedia memberikan pembiayaan mudharabah tanpa adanya agunan karena adanya mitra yang kurang bisa memberikan agunan akan tetapi KJKS Bina Umat Sejahtera melihat bahwa mereka mempunyai usaha dengan prospek yang cukup menjanjikan. KJKS Bina Umat Sejahtera tidak membatasi mengenai jangka waktu berdirinya usaha yang diajukan dalam pembiayaan mudharabah seperti yang ada di KSU BMT Robbani. 6 Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada agunan akan tetapi agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta agunan dari mudharib atau pihak ketiga. Agunan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. 7 5 Hasil wawancara dengan Ibu Maesaroh selaku Staf Bagian Pembiayaan KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal, pada tanggal 24 Februari 2014 pukul: 11.00 6 Studi banding hasil wawancara dengan Ibu Nurul selaku Teller KJKS Bina Umat Sejahtera Kendal, pada tanggal 04 maret 2014 pukul: 09.00 7 Fatwa Dewan Syariah Nasional No:07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah.

79 Perkembangan jumlah pembiayaan mudharabah di KSU BMT Robbani dapat dilihat pada tabel berikut: Tahun Jumlah Pembiayaan Mudharabah Perkembangan Rp % 2010 Rp 505.820.800 - - 2011 Rp 613.250.000 Rp 107.429.200 21,24 2012 Rp 826.735.300 Rp 213.485.300 34,81 2013 Rp 1.018.563.000 Rp 191.827.700 23,20 Sumber: Data primer diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah pembiayaan mudharabah di KSU BMT Robbani menunjukkan adanya perkembangan dari tahun ke tahun. Yaitu pada tahun 2010 jumlah pembiayaan mudharabah sebesar Rp 505.820.800 sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp 613.250.000 yang mana pembiayaan tersebut mengalami perkembangan sebesar Rp 107.429.200 atau 21,24%. Dan pada tahun 2012 jumlah pembiayaan mudharabah Rp 826.735.300 yang mengalami perkembangan sebesar Rp 213.485.300 atau sekitar 34,81%. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah pembiayaan mudharabah mencapai Rp 1.018.563.000 yang mengalami perkembangan sebesar Rp 191.827.700 atau sekitar 23,20%. Berdasarkan hasil analisis dari tabel di atas terlihat jelas bahwa jumlah pembiayaan mudharabah di KSU BMT Robbani dari tahun 2010 sampai 2013 mengalami peningkatan tiap tahunnya.

80 B. Analisis Terhadap Penerapan Prinsip Kehati-hatian Pada Pembiayaan Mudharabah di KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwunggu Kendal Pembiayaan mudharabah merupakan salah satu pembiayaan yang beresiko tinggi, karena BMT memberikan kepercayaan penuh kepada mudharib untuk memanfaatkan fasilitas pembiayaan tersebut sebagai modal usaha. Oleh karena itu mudharabah dapat dikatakan pembiayaan yang cukup rentan terhadap resiko karena dikhawatirkan mudharib melakukan suatu kecurangan yang tidak diketahui oleh BMT. Dalam setiap penyaluran dana atau pembiayaan diperlukan adanya pertimbangan serta unsur kehati-hatian agar kepercayaan benar-benar terwujud, sehingga penyaluran dana atau pembiayaan yang diberikan dapat mengenai sasaran dan pengembalian pembiayaan tepat waktu sesuai kesepakatan. Adanya permasalahan mengenai tidak kembalinya pembiayaan yang telah diberikan merupakan salah satu resiko dalam penyaluran pembiayaan. sebenarnya resiko tersebut dapat diperkecil dengan adanya prinsip kehatihatian yang tujuanya tidak lain untuk mempertimbangkan serta menilai kemampuan calon anggota/mitra dalam mengembalikan pembiayaan. Berdasarkan analisa penulis dalam hal ini KSU BMT Robbani melaksanakan prinsip kehati-hatian pada pembiayaan mudharabah dengan melakukan analisis kelayakan, artinya disini pihak KSU BMT Robbani menilai calon anggota dan kemampuan dari calon anggota yang ingin mengajukan pembiayaan mudharabah dengan melakukan kroscek terlebih dahulu melalui survei lapangan untuk menilai adanya kelayakan.

81 Proses tersebut dimulai dengan memeriksa legalitas berkas pengajuan pembiayaan mudharabah, jika legalitas berkas pengajuan telah memenuhi syarat kemudian dilakukan survei lapangan terhadap calon anggota tersebut. hal-hal yang diperhatikan diantaranya: 8 1. Menganalisa character atau sifat dari calon anggota dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber seperti: pemasok/kolega, anggota lama, tetangga maupun lembaga keuangan lain. hal ini dilakukan dengan mencocokkan informasi yang diberikan calon anggota dengan informasi yang didapat dari luar, mencari tahu apakah calon anggota mempunyai masalah dan melihat track racord angsuran sebelumnya. 9 Langkah tersebut dilakukan agar pihak KSU BMT Robbani dapat mengetahui perilaku, gaya hidup maupun latar belakang calon anggota, dan mengetahui bahwa calon anggota tidak mempunyai masalah dan watak menyimpang, ingkar janji atau penipu sehingga nantinya dapat dilihat i tikad kemauanya dalam membayar kewajiban. Dari informasi yang diperoleh tersebut maka pihak KSU BMT Robbani dapat mengevaluasi apakah calon anggota layak diberikan pembiayaan ataukah tidak. Namun pada kenyataanya penilaian character ini merupakan penilaian yang paling sulit, karena untuk menilai watak atau sifat seseorang tidak cukup dengan waktu singkat sebab watak atau sifat seseorang dapat berubah-ubah. Oleh karena itu pihak KSU BMT Robbani 8 Hasil wawancara dengan Ibu Umiyati selaku Manajer KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal, pada tanggal 25 Februari 2014 pukul: 13.00 9 Ibid

82 perlu melakukan pendekatan yang lebih intensif lagi untuk mendapatkan informasi yang valid. 2. Menganalisa capacity atau kemampuan dari calon anggota dalam mengelola dan menjalankan usahanya untuk memperoleh keuntungan karena dalam pembiayaan mudharabah pendapatan yang diperoleh adalah dari bagi hasil keuntungan usaha yang dikelola, sehingga pendapatan sangat tergantung pada kemampuan dalam menjalankan usaha untuk memperoleh laba. Disini pihak KSU BMT Robbani menilai kemampuan calon anggota dalam melakukan perputaran usaha dilihat dari laporan perhitungan usaha, omset yang diperoleh perbulan, penghasilan lain yang diperoleh dan menilai kemampuanya memasarkan produk melalui nota penjualan/kwitansi sehingga dapat melihat volume usaha dan pengeluaran biaya usaha, kemudian menilai keseriusan calon anggota dalam menjalankan usaha. 10 Melihat adanya langkah yang dilakukan tersebut bertujuan agar pihak KSU BMT Robbani dapat mengetahui seberapa tingkat kemampuan calon anggota dalam mengembalikan pembiayaan dilihat dari perolehan pendapatan dan pengeluaran usaha sehingga dari keuntungan tersebut diharapkan nantinya calon anggota dapat membayar kewajibanya. Seperti yang telah dijelaskan dalam buku Kasmir 11 Dasar-Dasar Perbankan yang menyebutkan bahwa penilaian capacity digunakan untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar pembiayaan terlihat dari kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis, yang dihubungkan dengan 10 Hasil wawancara dengan Ibu Umiyati selaku Manajer KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal, pada tanggal 25 Februari 2014 pukul: 13.00 11 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 118

83 latar belakang pendidikan dan pengalamanya dalam mengelola usahanya atau sering juga disebut capability. 3. Menganalisa capital atau modal sendiri yang digunakan selama ini, dalam hal ini pihak KSU BMT Robbani dapat mengetahui modal yang dimiliki calon anggota dengan melihat mutasi rekening tabungan yang dimiliki, menanyakan komposisi kebutuhan modal yang sudah ada kemudian tanah atau status rumah (permanen/semi permanen). 12 Melihat adanya langkah yang dilakukan tersebut, pihak KSU BMT Robbani berharap dapat mengetahui sisi keuangan calon anggota dengan menilai seberapa besar modal yang dimiliki calon anggota dan persentase modal pinjaman yang akan digunakan untuk membiayai usaha, aspek ini tidak terlalu diperhitungkan sebab KSU BMT Robbani lebih mengutamakan pada aspek collateral (agunan) yang akan diberikan mitra. Seperti yang telah dikemukakan dalam teori bahwa capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk prosentase modal yang digunakan untuk membiayai usaha yang dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman. 13 4. Menganalisa condition atau keadaan baik keadaan lingkungan maupun kegiatan usaha calon anggota/mitra. Disini pihak KSU BMT Robbani menilai apakah usaha tersebut memiliki letak yang strategis dan diminati masyarakat, mencari tahu kondisi dan status usaha milik pribadi atau 12 Hasil wawancara dengan Ibu Umiyati selaku Manajer KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal, pada tanggal 25 Februari 2014 pukul: 13.00 13 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 118

84 kontrak, memastikan kemungkinan adanya penggusuran lahan kepada petugas pasar dan menganalisa faktor pendukung atau faktor penghambat dari usaha dengan melihat kondisi terakhir calon anggota. 14 Pada kenyataanya aspek kondisi menjadi aspek yang kurang perhitungkan oleh KSU BMT Robbani dan hanya sebagai aspek tambahan saja, karena tertutup dengan adanya aspek (capacity) kemampuan dalam mengembalikan pembiayaan dilihat dari omset yang diperoleh dari usaha yang dijalankan, sehingga pihak KSU BMT Robbani merasa cukup dan mengesampingkan aspek condition (kondisi) calon mitra. Padahal penilaian ini sangat penting dilakukan sebab berpengaruh pada tingkat pengembalian dan bagi hasil pembiayaan mudharabah. misalnya jika usaha yang diajukan berjenis musiman maka dapat dilihat apakah saat itu jenis usaha tersebut cukup baik untuk dibiayai. Seperti yang dijelaskan dalam teori bahwa penilaian condition of economy bila tidak melihat adanya prospek dari usaha tersebut, maka bisa jadi pembiayaan yang dikucurkan tidak memberikan manfaat apapun sehingga mengancam kelangsungan pembiayaan yang diberikan. 15 5. Menganalisa collateral atau agunan yang diberikan calon anggota tentang keabsahan yang meliputi keaslian dokumen tersebut dan juga status kepemilikanya. 16 Dalam hal ini KSU BMT Robbani menetapkan ketentuan mengenai adanya agunan yang mengacu pada peraturan khusus Standar 14 Hasil wawancara dengan Ibu Umiyati, Ibid 15 Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010, hlm. 12 16 Hasil wawancara dengan Ibu Maesaroh selaku Staf Bagian Pembiayaan KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal, pada tanggal 24 Februari 2014 pukul: 11.00

85 Operasional Prosedur (SOP) pemberian pembiayaan di KSU BMT Robbani tidak terkecuali pada pembiayaan mudharabah. persyaratan agunan harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan KSU BMT Robbani. Langkah ini bertujuan untuk meyakinkan mitra agar tidak main-main dan sesuai dengan batasan kontrak yang telah disepakati bersama. Hal ini juga dirasakan oleh anggota yang melakukan pembiayaan di KSU BMT Robbani, sebagaimana wawancara dengan Ibu Hj. Munawaroh selaku pemilik toko Isna Kaliwunggu yang mengatakan bahwa melakukan pembiayaan mudharabah dengan KSU BMT Robbani tetap dilakukan survei dan pengecekan terhadap usaha anggota maupun yang lainya. hal ini untuk memastikan pihak KSU BMT Robbani selaku pemberi modal. 17 Wawancara dengan Bpk Budi Santoso selaku pemilik usaha counter mengatakan bahwa saat melakukan pembiayaan pihak KSU BMT Robbani benar-benar melakukan pengecekan secara mendalam terhadap anggota yang melakukan pembiayaan mudharabah dan setelah diketahui dari anggota yang melakukan pembiayaan serta melihat data-data dan agunan yang ada baru bisa dicairkan pembiayaan mudharabah tersebut. 18 Adanya analisis mengenai character, capacity, capital, condition, dan collateral terhadap calon anggota yang mengajukan pembiayaan mudharabah tersebut menjadikan alat bagi KSU BMT Robbani untuk mengevaluasi apakah calon anggota layak diberikan pembiayaan ataukah tidak. 17 Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Munawaroh selaku anggota KSU BMT Robbani Kaliwungu Kendal, di rumahnya desa Sawahjati Kaliwungu, tanggal 27 Februari 2014 18 Hasil wawancara dengan Bpk Budi Santoso selaku anggota KSU BMT Robbani Kaliwungu Kendal, di Tokonya Pandean Kaliwungu, tanggal 27 Februari 2014

86 Sebagaimana dijelaskan dalam buku Abdul Ghofur Anshori berjudul Implikasi Pengaturan Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah bahwa pisau analisis terhadap kelayakan suatu pembiayaan antara lain dengan mengunakan The 5 C principles yang terdiri dari character, capacity, capital, condition dan collateral. dalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa dengan melaksanakan prinsip 5C sebagai analisis pembiayaan, berarti lembaga keuangan sudah melaksanakan prinsip kehati-hatian. 19 Dalam pelaksanaanya dari kelima prinsip analisis kelayakan tersebut KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal lebih mengutamakan pada aspek analisis capacity dan collateral sedangkan analisis caracter, capital dan condition hanya sebagai aspek tambahan saja. Dalam proses analisis yang dilakukan KSU BMT Robbani, jika dari kedua aspek analisis tersebut dirasa cukup maka pembiayaan mudharabah akan disetujui. Berdasarkan analisa penulis, KSU BMT Robbani juga melakukan prinsip kehati-hatian dengan menetapkan adanya BMPP (Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan) hal ini dilakukan oleh pihak KSU BMT Robbani untuk meminimalisir resiko besarnya pembiayaan yang disalurkan, dimana dalam pengajuan pembiayaan mudharabah berkisar minimal 1.000.000 dan maksimal 50.000.000. Dalam rangka pengamanan usaha lembaga keuangan dan penyebaran resiko, maka lembaga keuangan wajib menetapkan Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP) dan besarnya BMPP mengacu 19 Abdul Ghofur Anshori, Implikasi Pengaturan Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010, hlm. 24

87 pada ketentuan yang berlaku. 20 KSU BMT Robbani menentukan besarnya BMPP tersebut dinilai melalui analisis dari capacity (kemampuan), dan collateral (agunan) calon anggota. 21 Selain itu, terdapat pula adanya batasan yang dilakukan oleh KSU BMT Robbani dalam rangka pemberian pembiayaan mudharabah yakni dengan pengawasan. Efektivitas penerapan prinsip kehati-hatian pada pembiayaan mudharabah yang dilakukan pihak KSU BMT Robbani dapat dilihat melalui persentase pembiayaan bermasalah/ NPF (Non Performing Financing). NPF merupakan rasio untuk menghitung banyaknya nilai kewajiban atas nilai pembiayaan yang belum dibayar oleh mitra. Jumlah pembiayaan mudharabah bermasalah pada tahun 2011 sebesar 31.955 (dalam ribuan rupiah) dan pada tahun 2012 sebesar 33.069 (dalam ribuan rupiah) kemudian tahun 2013 sebesar 47.835 (dalam ribuan rupiah). Adapun tingkat perkembangan NPF (Non Performing Financing) yang terjadi selama tiga tahun adalah sebagai berikut: Keterangan 2011 2012 2013 NPF 5,21% 3,99% 4,70% Dari tabel diatas terlihat adanya penurunan pembiayaan bermasalah dilihat dari tingkat NPF pada tahun 2012 hanya sebesar 3,99% yang semula sebesar 5,21%, akan tetapi kondisi tersebut berbanding terbalik pada tahun 2013 dimana terjadi kenaikan tingkat NPF menjadi 4,70% atau sebesar 0,71%. 20 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2009, hlm. 97 21 Hasil wawancara dengan Ibu Umiyati selaku Manajer KSU BMT Robbani Sekopek Kaliwungu Kendal, pada tanggal 25 Februari 2014 pukul: 13.00

88 keadaan tersebut disebabkan oleh lemahnya pengawasan terhadap mitra yang memperoleh pembiayaan mudharabah. Adanya kenaikan tingkat NPF tersebut menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian yang dilakukan KSU BMT Robbani belum maksimal sebab dalam kenyataanya tidak semua pembiayaan yang disalurkan berjalan mulus sesuai yang diperjanjikan. hal ini dikarenakan KSU BMT Robbani lebih mengutamakan pada dua aspek analisis yaitu analisis capacity (kemampuan) dan collateral (agunan) namun kurang memperhatikan adanya aspek condition (keadaan), padahal aspek yang paling menunjang dalam analisis pembiayaan mudharabah adalah analisis kondisi mitra dengan melihat prospek usaha yang dijalankan dan melihat faktor internal maupun eksternal mitra. Pada dasarnya seluruh rangkaian prinsip kehati-hatian tersebut akan lebih efektif apabila didukung dengan adanya komunikasi dan program pendampingan yang intensiv terhadap anggota yang memperoleh pembiayaan. Oleh karena itu KSU BMT Robbani harus lebih memperhatikan konsistensi dalam analisis pembiayaan khususnya mudharabah dan adanya program pengawasan dengan melakukan kunjungan ke lokasi usaha mitra, sehingga apabila ada side streaming (pemakaian pembiayaan yang menyimpang dari perjanjian) dan permasalahan terhadap mitra akan segera terdeteksi sejak awal.