BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. (Marlene et al, 2011). Selain itu, OA secara luas diakui sebagai penyebab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari,

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan lansia di seluruh dunia (Joern, 2010).OA juga dikenal sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan (disability) pada penderita sehingga

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I.PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang. paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dunia, menurut Arthritis Research UK (2013) osteoartritis dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri pinggang bawah atau dalam istilah medisnya Low Back Pain (LBP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

I. PENDAHULUAN. baru pada permukaan sendi (Khairani, 2012). Terjadinya osteoarthritis itu

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Lampung pada Poli Ortopedi dengan judul Hubungan Intensitas Nyeri dan

BAB I PENDAHULUAN. umum dijumpai diusia tua. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada perempuan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. udara termasuk oksigen. Secara alamiah paru-paru orang yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil desain penelitian cross sectional mengamati hubungan indeks

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

Penetapan Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan.

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis (OA), atau yang biasa dikenal. dengan penyakit sendi degeneratif, merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif atau kelainan sendi yang merupakan salah satu penyebab dari ketidakmampuan (disability) di dunia. Ketidakmampuan itu ditunjukkan dengan adanya nyeri yang mengganggu dalam aktivitas. (Marlene et al, 2011). Selain itu, OA secara luas diakui sebagai penyebab paling umum dari cacat pada populasi lansia, dengan sekitar 85% dilakukan terapi replacement lutut dan pinggul. Osteoarthritis merupakan gangguan ketidakseimbangan antara kerusakan dan perbaikan dari tulang rawan di sendi dan terjadi akibat beberapa faktor resiko termasuk mekanik yang berlebihan (obesitas, angkat berat),trauma, dan predisposisi genetic. (Jevsevar et al, 2015). Pada kelompok penyakit muskuloskeletal, osteoarthritis (OA) adalah dianggap yang paling banyak prevalensinya. (Marlene et al, 2011) Menurut WHO, prevalensi osteoarthritis di dunia terbilang cukup tinggi mencapai 151 juta jiwa kisaran 25% orang berusia 65 tahun di dunia menderita OA. Di Amerika, Osteoarthritis terjadi pada 10% laki-laki dan 13% perempuan pada usia 60 tahun atau lebih dimana menjadi gangguan persedian paling umum terjadi. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa pada usia 65 tahun memiliki gejala-gejala osteoarthritis lutut sekitar 10% sampai dengan 13% pada laki-laki dan wanita. (Yofara,2014). 1

2 Menurut Hasil survey Korean National Health and Nutrition Examination Survey (KNHANES), kejadian osteoarthritis pada populasi di korea berumur 50 tahun atau lebih yaitu berkisar 3,3% pada laki-laki dan 16% pada perempuan. Sementara di kawasan Asia Tenggara, jumlah penderita OA mencapai 24 juta jiwa. (WHO,2004). Osteoarthritis mempunyai tingkat kejadian di Indonesia yang cukup tinggi dimana pada pria mencapai 15,5% dan pada wanita 12,7%. Dimana kejadiannya tersebar pada usia> 40 tahun, usia 40-60 tahun, dan usia >61tahun. Masing-masing persentase sebesar 5% untuk usia <40 tahun, 30% untuk usia 40-60 tahun, dan untuk usia >61 tahun ada 65%. (Isbagio H,2006). Pemahaman Masyarakat masih minim terhadap penyakit Osteoarthritis (OA). Padahal penyakit degeneratif ini banyak sekali menyerang sendi tulang dan menyebabkan ketidaknyamanan karena timbul nyeri. Banyak yang mengira bahwa apa yang dialami adalah penyakit asam urat (Republika,2015). Osteoarthritis pada seseorang bisa mengalami keparahan baik dari segi gejala klinis ( nyeri menggunakan VAS atau WOMAC) dan progresi dari struktur sendi (umumnya diukur dengan radiologi). Progresi dari struktur bisa diukur dengan teknik scoring termasuk tingkatan menurut Kellgren and Lawrence, pengukuran joint space width (JSW) atau menggunakan atlas OARSI (Osteoarthritis Research Society International(OARSI). (L.Gossec, 2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi progresivitas atau keparahan pada osteoarthritis adalah salah satunya obesitas dimana efek beban/mekanik yang berlebihan pada tulang rawan sendi dapat menjelaskan bagian dari peningkatan

3 risiko osteoarthritis, setidaknya untuk osteoartritis lutut, pada orang yang kelebihan berat badan.. (Pottie,2006). Obesitas merupakan faktor resiko yang signifikan pada osteoarthritis lutut dan juga meningkatkan resiko osteoarthritis pada sendi jari tangan. Naglaa dan Gihan,2015). Obesitas merupakan faktor resiko independen untuk insidensi dan progresivitas pada osteoarthritis lutut. (Rajiv et al,2010). Pada proses pengaruh obesitas terhadap osteoarthritis dijelaskan adanya proses biomekanik dan inflamasi. Jaringan adiposa, dan lemak infrapatellar khususnya, adalah sumber lokal mediator pro-inflamasi yang meningkat dengan obesitas dan telah terbukti meningkatkan degradasi kartilago dalam sel dan kultur jaringan model. Leptin merupakan mediator penting dari osteoarthritis terkait obesitas dengan sitokin inflamasi lainnya. Faktor biomekanik juga dapat meningkatkan risiko osteoarthritis dengan mengaktifkan inflamasi selular dan menyebabkan stres oksidatif. Rita,2012) Dalam sebuah penemuan baru ditemukan adanya mechanoreceptors di permukaan kondrosit, yang sensitif terhadap tekanan dan tautan lingkungan ekstraseluler ke intraseluler kaskade sinyal. Tiga jenis mechanoreceptors pada kondrosit: kanal ion yang teraktivasi oleh kekuatan mekanik, integrin α-5β1 dan CD44. Kompresi dan peregangan merangsang integrin dan peregangan saluran diaktifkan menuju ke aktivasi jalur sinyal (mitogen-diaktifkan protein kinase, NFkB), serta pelepasan second messenger seperti kalsium, Inositol trifosfat dan Adenosin monofosfat siklik. Setelah aktivasi mechanoreceptor, sitokin, faktor

4 pertumbuhan dan metaloproteinase dapat diekspresikan, dan mediator seperti prostaglandin atau oksida nitrat dapat diproduksi. (Pottie,2006) Obesitas merupakan faktor risiko yang diakui untuk osteoarthritis lutut (OA), dan penurunan berat badan mengurangi risiko perkembangan dari osteoarthritis. Secara umum, indeks massa tubuh (BMI) telah digunakan sebagai indicator untuk obesitas dan telah terbukti memiliki hubungan dengan risiko perkembangan osteoarthritis lutut. Namun demikian, mekanisme obesitas meningkatkan risiko perkembangan osteoarthritis lutut tidak jelas. BMI tidak menjelaskan perbedaan massa adiposa dari tubuh. Hal ini tidak diketahui apakah berat badan atau komponen tertentu dari komposisi tubuh seperti otot dan massa lemak adalah penentu utama dari struktur sendi. (Pottie,2006) Seperti penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu yang berlebihan dapat memicu penghambatan sintesis matriks dan degradasi tulang rawan,sehingga kemungkinan obesitas dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan melalui aktivasi mechanoreceptors ini. Dalam cara yang sama, mechanoreceptors diekspresikan pada osteoblasts mungkin juga terlibat dalam respon gangguan kondrosit dimana beban yang terlalu berat itu karena obesitas. (Pottie,2006) Salah satu tipe obesitas yaitu obesitas sentral dianggap sebagai salah satu faktor resiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degenerative/kronis. Untuk prevalensi obesitas sentral itu sendiri pada tingkat nasional adalah 25,6% dengan memiliki angka prevalensi obesitas sentral provinsi 25,6%.. Standar dikatakan obesitas sentral menurut WHO jika laki-laki dengan lingkar pinggang

5 diatas 0 dan perempuan diatas 80. Riskesdas,2013). Peningkatan lingkar pinggang dikaitkan dengan kualitas hidup yang rendah, penurunan fungsi fisik, dan risiko sedikit lebih tinggi dari kecacatan dari waktu ke waktu. (John et al, 2014). Dengan angka kejadian osteoarthritis yang masih cukup tinggi dan juga prevalensi obesitas sentral yang tinggi maka peneliti ingin memperdalam lebih lanjut hubungan obesitas sentral sebagai salah satu tipe obesitas yang merupakan faktor resiko yang ikut andil dalam perkembangan osteoarthritis. Apabila dalam kehidupan,seseorang diuji dengan adanya suatu penyakit (penyakit sendi yaitu osteoarthritis) maka hendaknya bersabar dimana kita menerima takdir yang Allah SWT berikan namun tetap diiringi dengan berikhtiar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sabar berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu). Seperti disebutkan dalam Al-qur an, Alloh mencintai orang-orang yang sabar. Tidak di sebut sabar apabila orang yang tahan dalam menghadapi penderitaan dan ujian tanpa melakukan usaha apa-apa atau menyerah begitu saja pada nasib. Akan tetapi yang dimaksudkan sabar adalah berikhtiar terus sampai berhasilnya cita-cita dengan ketetapan hati yang teguh tak menghiraukan pekerjaan itu berat atau ringan. Ikhtiar yang dimaksud adalah dimana kita berusaha agar penyakit yang diderita tidak bertambah buruk,misal dalam kasus osteoarthritis,kita dianjurkan untuk menjaga pola makanan yang semestinya sehingga tidak timbul obesitas yang dapat memperparah osteoarthritis seperti dalam hadist bukhori Jauhilah kamu makan dan minum yang berlebih-lebihan, karena yang demikian dapat merusak

6 kesehatan tubuh, menimbulkan penyakit, dan memberi kemalasan (kesulitan) ketika akan sholat. Dan hendaklah bagimu bersikap sedang (cukupan) karena yang demikian akan membawa kebaikan pada tubuh dan menjauhkan diri dari sikap berlebih-lebihan. (HR. Bukhori). Rasulullah bersabda: Tidak ada seorang yang memenuhi satu bejana yang lebih buruk dari pada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Kalau harus memenuhinya maka hendaknya yang sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya untuk nafas. (HR. Ahmad, Tirmizi dan lainnya). B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan obesitas sentral dengan tingkat keparahan osteoarthritis? C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Mengetahui adanya hubungan obesitas sentral dengan tingkat keparahan osteoarthritis lutut Tujuan Khusus : 1. Mengetahui adanya hubungan obesitas sentral dengan tingkat keparahan osteoarthritis berdasarkan keparahan radiologi sesuai derajat menurut Kellgren-Lawrence

7 2. Mengetahui adanya hubungan obesitas sentral dengan tingkat keparahan osteoarthritis berdasarkan keparahan klinis menggunakan derajat skor WOMAC D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan dan pasien osteoarthritis terhadap pentingnya pengelolaan obesitas terkhususnya obesitas sentral yang dapat mempengaruhi keparahan osteoarthritis. Manfaat Praktis 1. Memberi pengetahuan mengenai keterkaitan lingkar pinggang sebagai indikator obesitas yang dapat menimbulkan keparahan osteoarthritis 2. Memberikan informasi terhadap masyarakat bahwa penimbunan lemak pada daerah perut dapat menjadi faktor resiko dari osteoarthritis 3. Memberikan informasi akan pentingnya menjaga pola hidup sehat dengan keseimbangan antara intake makanan dan aktivitas fisik yang cukup agar mencegah terjadinya osteoarthritis bagi yang mempunyai resiko atau bukan

8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian NO. PENELITI TAHUN Refangga. FKIK Unimus, 2015. Reijman et al,2007 JUDUL SUBJEK METODE HASIL PERBEDAAN PERBEDAAN PENGARUH OBESITAS SENTRAL DAN PERIFER TERHADAP KEPARAHAN OSTEOARTHRITIS LUTUT HUBUNGAN IMT DENGAN ONSET DAN PROGRESIVITAS OSTEOARTHRITIS PADA LUTUT : ROTTERDAM STUDY Orang dengan usia 50 tahun keatas di Kota Semarang dengan menggunakan metode simple random sampling 3585 people aged > or =55 years were selected from the Rotterdam Study, on the basis of the availability of radiographs of baseline and follow-up. Penelitian cross-sectional dengan pendekatan retrospektif. Data dianalisis dengan korelasi rank spearman dan anova. Studi kohort dengan menggunakan x Rays pada lutut dan panggul dan di follow up selama 6,5 tahun dan diukur IMT nya. Obesitas mempengaruhi keparahan osteoarthritis lutut. Semakin besar indeks massa tubuh, semakin besar pula tingkat keparahan osteoarthritis lutut. 73% tingkat keparahan osteoarthritis lutut dipengaruhi oleh obesitas dengan perbedaan pengaruh yang tidak signifikan antara obesitas sentral dan perifer terhadap kejadian osteoarthritis lutut. IMT yang tinggi >27 dihubungkan dengan progresivitas OA lutut,tetapi tidak pada OA panggul. Dengan OR 3,2. Perbedaan terdapat pada Subjek penelitian untuk peneliti menggunakan criteria inklusi pasien dengan osteoarthritis berusia lebih dari 4 tahun dan uji analisis chi-squre. Perbedaan terdapat pada variabel bebas yaitu dengan lingkar pinggang yang akan diklasifikasi menjadi obesitas sentral dan bukan obesitas sentral. Studi pada penelitian juga berbeda dimana studi yang dipakai studi cross sectional